Happy Cooking with Mama

Sabtu, Maret 31, 2018



Ceritanya Mama lagi rajin, nih. Jadi, Sabtu pagi yang cerah Mama keidean masak soto betawi yang dari namanya aja udah kebayang lezatnya. Sejak pukul sembilan pagi Mama sudah mulai hunting bahan yang akan dibuat Soto Betawi.

Sepulang dari pasar, Mama langsung ke dapur karena proses membuat soto Betawi cukup lama di bagian merebus daging. Mama langsung menyiapkan sayur, bumbu dan daging yang akan dimasak. Valya yang mengekor di belakang saya langsung berbinar. Dia suka menemani saya di dapur.

Valya membuat dapur ramai dengan celotehnya. Kadang dia bertanya, "apa ini?" Atau meminta saya memotong sayur, menggoreng tempe, dll. Tapi ngga cuma meminta ini-itu, Valya juga membantu saya mengupas bawang merah dan menunggui saya dengan sabar ketika mengulek bawang yang dikupasnya. Momen memasak itu saya jadikan ajang untuk mengenalkan aneka bumbu dan sayur serta alat masak di dapur. Juga saya manfaatkan untuk melatih tangung jawab terhadap tugas dengan cara meminta ia mengambilkan benda yang saya inginkan seperti centong, garam dll. Tentu saja aja saya memberi tahu dulu nama bendanya, menunjukkan padanya baru dia ambil dan menyerahkan pada saya.

Valya riang membantu mama sekaligus belajar mengenal benda di dapur.

Ketika waktu makan siang tiba, Valya makan dengan lahap. Mungkin karena dia merasa ikut andil, hihihi. Eh tapi memang karena enak, kok :D

#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#gamelevel9
#thinkcreative

Riang Menyanyi dengan Alat Musik Mainan

Rabu, Maret 28, 2018

Hari ini, Rabu, 28 Maret 2018, ayah baru saja datang dari luar kota. Karena ayah kurang suka Valya main playdough, Jadi semua playdough-nya sementara diumpetin dulu, deh.

Tapi dari pagi hingga siang Mama sibuk bantu beres-beres di rumah Mbah. Jadi Valya asyik nonton Upin Ipin sementara Mama bersihin rumah. Sampai rumah pun Valya malah main sendiri.

Sampai ketika malam hari, Valya mainin piano mainannya yang sudah ngga ada baterainya. Dia bergaya bak pianis, menggerakkan jarinya di tuts piano mainan. Kebetulan kakak Mahira ada di dekatnya, dia ikut pura-pura jadi penyanyi. Lagu yang dibawakannya adalah lagu Upin Ipin yang berjudul Selamat Pengantin Baru.



Tidak ketinggalan, kebetulan ada rebana mainan di samping Valya, saya ambil rebana itu dan ikut bernyanyi sambil memukul rebananya. Valya terlihat senang sekaligus malu-malu, karena biasanya dia nyanyi-nyanyi kecil sendirian.

Kami bergembira bersama dengan menyanyi bareng lagu anak-anak dengan iringan alat musik mainan.

#tantangan10hari
#bunsayiip
#gamelevel9
#thinkcreative

Be Creative With Kiddos

Selasa, Maret 27, 2018

Well, makin ke sini, game di kuliah Bunda Sayang IIP makin bikin saya klepek-klepek, deh! Makin menantang sekaligus bikin mikir keras. Saya yang dominan otak kiri, harus berusaha lebih keras untuk mengeksekusi game level sembilan ini.

Tapi, ibu profesional tidak mudah menyerah! Saya terima tantangan ini, dan here we come!

Baiklah, game kali ini adalah tentang kreatifitas dalam menstimulus si kecil. Tuing-tuing, kira-kira apa yang yang bisa saya lakukan, ya?

Jadi gini, hari ini Valya kebetulan nemuin playdough-nya yang sudah diumpetin ayah karena bikin kotor  (omaigod, duh coba ini ayahnya gimana sih, wkwkwk). Saking girangnya Valya mau main itu terus. Dibentuk bulat, digulung, dipipihkan, sampai dijejalkan di sela mainannya. Pokoknya semua tentang playdough.



Ketika asik main, tiba-tiba dia bilang: Donat! Donat!

Rupanya dia ingin dibuatkan bentuk donat. Baiklah, itu tak sulit. Saya buatkan bentuk donat berbagai ukuran dan tiba-tiba cling! Keidean untuk membuat wajah manusia dari donat tersebut. Akhirnya saya dan Valya menyusun donat dan bentuk lain membentuk wajah yang disebut Valya sebagai wajah ayah. Lantas ia dengan lancar menyebutkan bagian-bagian wajah seperti nose, mouth, ear dst.

Ternyata Valya cermat, di bulatan donat yang disebutnya sebagai mata, dia tambahkan satu bulatan kecil. Bulatan kecil itu dianggapnya mata, sementara bulatan donat sebagai kacamata. Hihi, benar juga sih, kan ayah pake kacamata. Pinter Valya!




Setelah puas main dengan wajah ayah, akhirnya ia menyatukan lagi semua playdough-nya. Permainan selesai. Kira-kira besok dia akan buat apa lagi ya? We'll see deh!

#tantangan10hari
#gamelevel9
#kelasbunsayiip
#thinkcreative

Bait-Bait Hujan

Sabtu, Maret 17, 2018

Oleh: Mabruroh



Hujan adalah bait-bait kerinduan, renjana panjang akan seorang kawan. Ia sanggup menjelma berbaris puisi dan tentu saja dia dalam tiap rinainya. Karena hujan adalah dia, impian, juga doa-doa yang terpanjatkan.

Hujan masih menyimbah sejak petang, menghadirkan kenangan tentangnya yang tak pernah lekang. Seandainya dia di sini, di saat satu impian yang pernah kupinta bersamanya kala hujan telah jadi kenyataan. Buku pertamaku telah terbit, buku yang kutulis tentang kami, tentang hujan.
#

Empat tahun silam, tahun ketiga di SMA.
Saat itu, Jumat terakhir di bulan Oktober. Setelah bel pulang berdentang, hujan kedua mulai menyapa setelah enggan muncul berbulan lamanya.

"Rena! Hujan!" katanya dengan mata berbinar.
"Alhamdulillah!" balasku setengah berteriak.
"Kita keluar?" ajaknya. Aku terdiam sejenak, ragu. Tetapi, demi melihat binar matanya, aku tak sampai hati menolak.
"Baiklah!"

Kami bergandengan tangan menuju teras kelas, lalu menadah rinai hujan dengan tangan, membiarkan tempiasnya menyegarkan wajah lelah setelah berjam-jam berkutat dengan pelajaran di kelas. Jilbab kami basah, tetapi kami tak peduli. Hujan bagi kami adalah tentang berbagi cerita, tentang memanjatkan doa akan impian, juga tentang saling terikat dengan ikatan yang tak mereka mengerti.

"Kamu mau berdoa apa?" tanyanya riang. Aku memejamkan mata, memanjatkan doa dalam hati kemudian tersenyum padanya. Aku berdoa agar Allah memberimu kesembuhan, supaya bisa selalu menikmati hujan bersamaku.  Batinku.

"Apa doamu?" tanyaku. Gadis berkulit putih itu tersenyum samar.
"Aku doakan cita-citamu menjadi penulis terkabul." ujarnya.
"Amin...." Kami berseru bersamaan.
"Kamu dulu." Aku mempersilakannya bercerita lebih dulu. Ia mengangguk.
"Kemarin aku menanam kaktus yang kusimpan di samping kamar. Kuharap bisa melihatnya ketika berbunga nanti."

Aku tertegun. Seingatku, kaktus milik ibuku memakan waktu lama untuk sampai berbunga. Hujan sebelumnya, ia bercerita tentang bibit pohon yang ditanam di depan rumah. Ia tak yakin akan melihat pohon itu kelak, namun ia berkata setidaknya ia akan dikenang melalui pohon itu. Ia katakan hal itu tanpa sedih sedikit pun.

"Kaktus pilihan yang bagus. Aku juga suka kaktus," ujarku untuk menyenangkannya, "apa Mama membolehkanmu menanam kaktus? Durinya bisa melukaimu."
Dia tertawa kecil. "Sepertinya semua orang berpikir hal yang sama, mereka ingin memberikan semua yang kuminta karena takut aku pergi sebelum keinginanku terpenuhi." katanya tanpa ekspresi.

Aku hanya tersenyum. Mia yang mengidap kanker kelenjar getah bening sejak SMP kelas tiga, sudah melewati masa-masa sulit ketika ia menolak takdir. Marah, sedih, kecewa, putus asa, bahkan menggugat Tuhan pernah dia lalui. Ia beruntung memiliki ibu yang terus memberinya semangat untuk sembuh dan hidup bahagia. Mia bercerita, ibu selalu membacakanya Alquran sebagai terapi pengobatan dan sejak saat itu kondisi kejiwaan Mia berangsur membaik.

Kini, ia telah berdamai dengan diri dan penyakitnya. Ia tabah menjalani serangkaian pengobatan sambil terus bersekolah. Dari raut wajah dan ucapannya, sepertinya ia telah pasrah dengan apapun keputusan Tuhan terhadapnya.

Meskipun begitu, kukatakan padanya di suatu kesempatan, bahwa mati adalah hak prerogatif Tuhan. Tak ada yang menjamin vonis dokter selalu benar. Buktinya, eyangku yang puluhan tahun sakit kronis, malah didahului tante yang sehat bugar.

"Apa yang ingin kamu ceritakan?" tanya Mia antusias.
Wajahku muram seketika. Bayangan wajah ayah memenuhi otakku. Ia yang dengan keras berkata bahwa aku tidak boleh menulis sampai lulus dengan hasil terbaik di sekolah.
"Ayah membandingkanku dengan dua kakakku yang selalu juara kelas. Ia ingin aku seperti mereka." Aku mulai bercerita. Mia mendesah, matanya yang cekung mengirim empati padaku.
"Seberapa besar keinginanmu menjadi penulis?" tanyanya
"Sebesar keinginanku melawan ayah." jawabku sekenanya.

Mia mengarahkan pandangan ke lapangan basket di hadapan kami.
"Rena, kata Pak Guru Agama, rida Allah tergantung rida orang tua. Tidak ada yang perlu  dipertentangkan. Jika menjadi lulusan terbaik akan membuat ayah rida, maka kejarlah. Penuhi syarat yang diminta ayah agar kamu dibebaskan menulis." Mia memberi nasihat.

Aku menatapnya ragu. "Kamu bercanda, ya? Masuk sepuluh besar saja sudah untung. Mana mungkin aku bisa mengalahkan anak-anak langganan juara kelas itu?"
"Kamu tidak yakin kamu bisa?"
Aku meragu. Antara iya dan tidak. Aku memang tidak pernah juara kelas, tetapi rasanya aku tak terlalu bodoh untuk menguasai pelajaran.
"Kalau kamu sendiri ragu dengan kemampuanmu, apalagi orang lain, Rena?!" seru Mia.

Aku tercenung. Sebuah syarat yang berat. Tetapi, menulis adalah jiwaku. Tak sanggup kubayangkan hidup tanpa menulis.
"Memang benar umur manusia itu rahasia Tuhan. Jika aku yang hanya punya waktu beberapa tahun saja masih ingin mengejar impian, maka seharusnya kamu jauh lebih bersemangat karena mungkin kamu akan merasakan manisnya hasil perjuangan, sementara aku mungkin tidak." katanya dengan suara bergetar, "setelah orang tua rida, aku percaya jalan untuk menjadi penulis tidak akan sulit. " lanjutnya.

Aku menghembuskan napas berat. Mungkin Mia benar, tetapi hati kecilku tetap saja merasa ini tidak adil. Kedua kakakku tidak dimintai syarat apapun untuk menjadi yang mereka inginkan.

"Entahlah, Mia," jawabku pendek, "sementara itu, mari kita berkhayal telah menjadi penulis dan telah menjadi guru seperti mimpimu."
Mia tertawa riang. Lalu, gemuruh hujan berlomba dengan suara kami yang makin keras melambungkan bait-bait mimpi. Imajinasi tanpa batas akan menjadi pemenang di masa depan. Membayangkannya saja sudah senang, apalagi jika benar terjadi. Entah mengapa, setiap  habis hujan, aku pulang dengan semangat dan kekuatan yang lebih dari sebelumnya.

Namun, malang bagi Mia, setiap habis hujan, ia akan kembali ke kasur  dan istirahat seminggu penuh untuk memulihkan kondisinya. Mia meyakinkanku bahwa hujan tak salah, begitu pun denganku yang setia menjadi kawan ketika hujan. Pun, ia tak menyalahkan sakitnya. Ia hanya ingin menikmati hujan, yang diyakininya sebagai rahmat Allah dan waktu paling mustajab untuk berdoa.

Sebenarnya, dokter sudah melarangnya sekolah agar kondisinya tidak melemah. Tetapi, Mia bukanlah gadis biasa. Meski sering ambruk, ia nekad sekolah ketika sudah baikan. Sekolah akhirnya memberi keistimewaan seolah ingin meluluskan permintaan terakhir agar Mia tetap bahagia. Dengan bahagia, semoga Mia lebih cepat sembuh, meski tampaknya itu mustahil.
Mia bersahabat denganku sejak awal kelas tiga. Awalnya, aku terlambat datang di hari pertama sekolah dan tak  mendapat teman sebangku ketika perebutan bangku pada hari itu. Hanya ada sisa satu bangku di sebelah Mia yang kebetulan absen. Sejak saat itu, aku resmi menjadi teman baiknya.

Ternyata ia tak seseram penyakitnya. Dibalik sosok ringkih berwajah manis itu, ia menyimpan semangat hidup dan keyakinan luar biasa. Ia gadis istimewa yang dikirim Tuhan untuk membuatku sadar bahwa selalu ada harapan selama terus berusaha dan berdoa.

Tak butuh waktu lama untuk dekat dengan Mia. Apalagi hobi kami sama: menikmati hujan. Sebuah hobi yang sukses membuat kami dijuluki orang aneh.
#
Setelah Januari berlalu, hujan makin langka ditemui di bulan berikutnya. Aku tahu Mia rindu hujan, begitu pun aku. Tetapi, musim telah berganti menjadi kemarau yang panjang.
Mia tak kekurangan akal, sepulang sekolah ia akan mengajakku duduk di kolam ikan di halaman sekolah, menikmati gemericik air dan tempias yang pelit dari air mancur kolam.

Namun, itu hanya terjadi empat kali dalam empat bulan, karena sisanya Mia terbaring di rumah sakit. Ia roboh lagi, kondisinya makin memburuk mendekati vonis dokter akan batas waktunya. Semangat hidup dan mimpi Mia tak cukup kuat melawan sel ganas dalam tubuh  yang terus menggerogoti organ penting dalam tubuhnya.

Di Minggu pagi pertengahan bulan Juni, kudatang padanya membawa kabar. Aku telah menaklukkan empat mata pelajaran penentu kelulusan UN dan menjadi terbaik ketiga di sekolah kami. Meski bukan juara pertama, ayahku sangat bangga. Ia memenuhi janjinya, aku boleh menulis dan menjadi penulis.

Sayang, Mia tengah tak sadar ketika kudatang. Ia koma beberapa hari setelah anfal. Kaktusnya telah berbunga, pohonnya telah meninggi. Dan, impianku telah terwujud. Namun, dua hari kemudian ia akhirnya benar benar pergi.

Hujan seakan tahu Mia mencintainya, siang itu ia mengiringi kepergian Mia dengan derai tak biasa. Hujan turun perlahan di tengah terik mentari yang memendarkan cahaya menjadi pelangi. Seolah langit pun tahu, Mia pantas mendapat sambutan.

Aku tergugu. Pilu. Haru. Sendu.

Tetap Gaya dengan Busana Syar'i: Rosmala Comfort Syar'i

Rabu, Maret 14, 2018

Tren penggunaan busana muslim yang sesuai syariat masih terus diminati. Hampir semua kalangan menggemari busana syar'i mulai dari ibu rumah tangga hingga para selebritis tanah air yang berhijrah. Kebutuhan busana syar'i ini pun disambut baik oleh para produsen busana muslim dengan menyediakan beragam pilihan model dan warna sesuai selera masyarakat. Ada yang imut, mewah, feminin-anggun bak princess, sampai yang casual sporty.

Saya sudah berhijab sejak SMA dan sudah suka pakai gamis dan kerudung lebar untuk kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman, saya menyimpulkan bahwa ternyata pemilihan bahan dan model sangat mempengaruhi kenyamanan pemakainya. Kebayang kan, kalau seharian pakai gamis yang bahannya nggak nyaman dan nggak menyerap keringat, rasanya nggak betah dan ingin segera pulang ke rumah untuk ganti baju. Ditambah dengan model yang ribet atau terlalu banyak detail juga membuat ruang gerak nggak leluasa. Memang pada dasarnya saya orangnya nggak  suka ribet dan agak tomboi, sehingga saya selalu suka dengan model gamis yang simpel dan yang penting nyaman dipakai.

Apapun pilihan model dan bahannya, yang terpenting busana syar'i itu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Tidak tipis / tidak menerawang
2. Tidak membentuk lekuk tubuh
3. Menjulurkan kerudung untuk menutup dada
4. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
5. Warna dan  model yang tidak mencolok perhatian.

Namanya juga manusia, meskipun syar'i tapi tetap pengen kelihatan modis dan kece, kan? Bagaimana pun tampilan indah pun perlu sebab Allah mencintai keindahan. Tampilan yang menarik juga merupakan syiar agar semakin banyak yang tertarik menggunakan busana syar'i. Tetapi tentu saja tidak boleh berlebihan sehingga terlalu menarik perhatian yang ujung-ujungnya jadi ngga syar'i lagi.

Dari sekian banyak model gamis dan kerudung, ada yang selau bikin saya baper banget setiap melihat koleksinya. Benar-benar sesuai kriteria syar'i dan sesuai dengan selera saya yaitu simpel dan nyaman. Apalagi melihat tampilannya, meskipun simpel tapi elegan dan kece banget. Cocok buat sehari-hari ataupun dipakai jalan-jalan. So casual and trendy.

Penasaran kan, siapa sih pencuri hati ini? Perkenalkan, dia adalah brand Rosmala Syar'i yang mengusung tagline comfort syar'i. Jelas dari tagline-nya saja kita bisa tahu bahwa yang ditonjolkan adalah kenyamanan dalam balutan busana syar'i. Harapannya tentu tidak ada lagi alasan untuk tidak syar'i karena alasan gerah, ribet, atau nggak trendi. Rosmala Syar'i adalah brand fashion muslim yang berasal dari Bandung milik Teh Santi Rosmala.




Gimana, kece kan? So simpel, elegan dan casual banget. Nggak heran kalau peminatnya sampai repeat order lagi, sampai ada yang koleksi gamis asma hingga lima warna. Kalau ngga bikin jatuh hati kan nggak mungkin repeat order berkali-kali. Ya, kan?

Kenyamanan yang ditawarkan Rosmala Syar'i disebabkan karena pemilihan bahan yang berkualitas bagus, menyerap keringat dan adem dipakai. Contohnya katun toyobo yang sedang naik daun untuk gamis dan ceruty ultimate untuk kerudung.

Selain memproduksi gamis dan kerudung, brand Rosmala juga memproduksi handsock dan ciput rajut yang menggunakan bahan premium yang dijamin nggak melar dan ngga panas dipakai. Jadi, pasti nyaman dan bikin tampilan lebih manis.


Qodarullah, oleh suatu sebab adanya kompetisi di grup nulis, dimana Rosmala jadi sponsornya, tulisan saya terpilih jadi salah satu tulisan terbaik dan berhak atas sebuah kerudung cantik berwarna salem-abu muda dari Rosmala Syar'i. Alhamdulillah.



Kerudung yang nyaman dengan bahan bubble crepe yang adem, jatuh dan tidak nerawang membuat saya nyaman berhijab walaupun dipakai tanpa dalaman.

Rosmala Syar'i tersedia dalam berbagai ukuran sesuai size tubuh kita jadi jangan khawatir dengan ukuran. Pengen ukuran yang pas dengan badan sendiri juga bisa, tinggal hubungi CS-nya dan gamis siap diproduksi sesuai pesanan. Koleksi Rosmala Syar'i bisa dilihat di instagramnya @gerairosmala atau di facebooknya: gerai rosmala. Atau langsung ke websitenya di www.gerairosmala.com

Pengen gamis yang syar'i tetapi tetap modis dan nyaman? Ya, Rosmala Comfort Syar'i!