Dongeng Day 2

Rabu, April 25, 2018

Hari kedua mendongeng untuk Valya saya mendongeng tentang kehidupan di bawah lain. Saat menggunakan media karpet lantai bergambar hewan-hewan laut seperti ubur-ubur, penyu, ikan badut, lumba-lumba, kelomang dll.

Saya bercerita tentang hewan laut yang sibuk mencari sarapan di pagi hari. Kemudian mereka beramai-ramai pergi ke sekolah. Saya menirukan gerakan dan suara hewan laut agar dongeng lebih hidup. Valya tertawa-tawa melihat ekspresi saya. Sayangnya, belum selesai saya bercerita, datanglah ayah dari luar kota. Akhirnya dongeng pun terpending sementara. Besok dilanjutkan lagi insyaAllah

#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#level10

Dongeng Day 1

Sabtu, April 21, 2018

Hari pertama mendongeng untuk Valya, saya bacakan dongeng Ras Ras yang Rakus. Buku tersebut bercerita tentang gajah kecil yang sangat suka makan. Saking sukanya makan sampai-sampai hampir semua makanan mau dihabiskan. Ras-ras sampai tidak bisa menutup mulut karena penuh makanan. Pada akhirnya Ras-ras sadar bahwa bersikap berlebihan tidak baik.

Saat mendongeng, tidak selalu berjalan lancar karena Valya suka menyela dan membuka halaman buku semaunya. Tetapi alhamdulillah Valya suka cerita ini dan malah meminta dibacakan lagi.


#tantangan10hari
#level10
#kuliahbunsayiip
#Grabyourimagination

Resensi Buku Nostalgia Biru

Minggu, April 08, 2018


Judul: Nostalgia Biru
Pengarang: Heru Sang Amurwabhumi dkk (Komunitas One Day One Post Batch 3)
Penerbit: Embrio Publisher
Ketebalan: 176 halaman (14×20cm)
Tahun terbit: 2018
Edisi: Pertama
Editor: Mabruroh Qosim, Dita Dyah

Buku antologi Nostalgia Biru adalah buku yang ditulis oleh para penulis dari komunitas One Day One Post (ODOP) Batch 3. Komunitas ODOP merupakan wadah yang memfasilitasi para penulis baik pemula maupun senior yang ingin konsisten menulis setiap hari. Aktivitas komunitas tersebut selain menulis juga mempelajari ilmu menulis dasar baik fiksi maupun non fiksi secara cuma-cuma.

Buku ini berisi dua belas cerita yang sebagian besar bertema reuni dan beberapa yang lain bertema cinta. Ada juga cerpen dengan tema isu sosial dan religi. Pemilihan judul "Nostalgia Biru" agaknya merujuk kepada tema reuni yang kental dalam buku ini. Karena reuni dan nostalgia merupakan hal yang tak terpisahkan. Seringkali nostalgia menghadirkan kesan haru yang biru. Kesan dari judul tersebut benar-benar terbukti dalam cerpen-cerpen yang disajikan di buku ini.

Sebagai pembuka, cerpen "Memoar Kubah Langgar" menyuguhkan cerita yang sangat memikat dengan latar belakang sejarah penumpasan G30S PKI. Meski cerita utamanya adalah tentang penumpasan orang-orang yang dianggap terlibat gerakan terlarang tersebut, namun kisah cinta antara Sundari dan Tedjo menjadi bumbu yang membuat emosi teraduk-aduk.

Cerita "Pertemuan-pertemuan di Suatu Malam" mengisahkan fenomena yang masih menjadi problematika utama negeri ini yaitu korupsi yang disajikan dengan analogi yang apik.

Dalam cerita ketiga "Hikmah" kita diajak menemukan hikmah dari kejadian yang kerap kita temui sehari-hari.

Tema reuni mulai kental terasa sejak cerpen keempat dan seterusnya meskipun beberapa memang masih berbumbu cinta. Aneka ragam kisah reuni dipaparkan dengan gaya cerita khas penulisnya. Ada kisah cinta-dendam dalam cerita "Sebuah Pilihan", berkisah tentang Fandi yang terpaksa menyimpan cintanya karena ternyata wanita yang dicintainya adalah anak dari teman ayahnya yang pernah punya konflik di masa lalu.

Ada kekecewaan reuni yang dialami oleh Minah dan Safrudin dalam "Setelah Reuni". Juga bumbu cinta lama belum kelar yang berujung pada kesadaran akan hakikat cinta yang tulus dalam cerpen "Misteri Cinta". Kesadaran yang sama dirasakan oleh Lulu dalam "Cinta Lulu".

Ada yang menarik dalam Reuni Biru karya Hikmah Ali dimana ia mendefinisikan reuni dalam sekup yang lebih sempit yaitu pertemuan antar anggota keluarga, namun kejutan di akhir cerita membuat makna reuni menjadi makin mengaduk emosi.

Kisah reuni yang dituturkan Ane Fariz dalam "Reuni" awalnya terkesan klise namun lagi-lagi ending twist yang tak terduga membuat cerpen tersebut jadi menarik dan menyunggingkan senyum.

Sebagai buku pertama yang ditulis oleh para penulis pemula, buku ini cukup apik memaparkan cerita sesuai gaya khas masing-masing penulisnya. Tema yang diangkat pun merupakan tema yang lekat dengan keseharian masyarakat pada umumnya. Buku ini menjadi semacam refleksi akan kejadian sehari-hari sehingga kita dapat lebih mensyukuri yang kita punya saat ini.

Buku ini menjadi pilihan yang pas untuk Anda yang ingin menghadiri reuni agar dapat memandang peristiwa reuni lebih dari sekadar pertemuan dengan kawan lama. Sebab, setiap reuni memiliki nostalgia dan setiap nostalgia menghadirkan birunya sendiri.
Sayangnya, masih ditemukan kesalahan ejaan dan tanda baca. Juga kesalahan dalam lay out, yaitu dalam cerpen "Misteri Cinta", ada paragraf yang acak-acakan. Meskipun tidak mengurangi esensi cerita namun menyebabkan kurang nyaman dibaca.

Namun, sebagai buku pertama dari para penulis pemula, buku ini layak mendapatkan apresiasi karena kualitas isi tulisan, cetakan dan cover sudah cukup baik.

Akhirnya, sebelum anda datang ke acara reuni, anda wajib membaca buku ini. Selamat bernostalgia!

Pizza ala Mama

Sabtu, April 07, 2018

Punya bahan-bahan kue di dapur enaknya diapain ya. Ada tepung segitiga biru, keju Mozarella, susu, fermipan. Ah akhirnya keidean bikin pizza aja deh.


Anak-anak kebetulan juga suka pizza. Jadilah setelah semua bahan siap, saya ajak Valya ke dapur dan memberinya semangkuk tepung agar Valya pun punya aktivitas.
Singkat cerita, pizza pun jadi setelah proses yang lumayan makan waktu. Karena dia ikut melihat proses pembuatannya, setelah pizza matang ia ikut makan dengan lahap. Alhamdulillah
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Gambar Gembira

Sabtu, April 07, 2018

Ah sebenarnya saya malu memposting hal ini untuk kuliah bunda sayang IIP. Judulnya aja think creative, tapi rasanya semua yang saya kerjakan ngga kreatif sama sekali.
Seperti gambar di bawah ini.


Awalnya Valya menemukan boneka jari bentuk tikus di belakang rumah. Eh, tiba-tiba dia nyari boneka serupa. Celakanya saya lupa nyimpennya. Akhirnya saya bujuk Valya agar mau main gambar dan mewarnai saja sebagai gantinya.

Di situ, saya merasa sedih. Soalnya gambar saya benar-benar ngga nyambung. Hasrat hati mau gambar tikus malah disebut kelinci sama Valya. Pun ketika menggambar bentuk lain, disebut dengan nama yang berbeda. Hadeeh! Emang dari dulu paling susah kalau disuruh gambar. Tapi demi si kecil gembira, saya pede aja menggambar untuk sii kecil

Akhirnya, begini deh jadinya. Hihihi, kudu belajar gambar yang lebih oke lagi ini mah :D

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Hadiah Lelah

Kamis, April 05, 2018

Minggu kemarin, rumah saya kebanjiran. Alhamdulillah ada ayah di rumah sehingga tugas membersihkan air dan kotoran banjir dihandel olehnya. Pukul tujuh malam waktu itu ketika air mulai surut dan ayah mulai bekerja membersihkan rumah.

Dalam hati kasihan juga melihat suami kerja seperti itu. Tapi dia bersikeras ngga mau dibantuin. Akhirnya saya melipir ke dapur dan keidean untuk membaut kudapan aja. Habis capek ngepel, hujan-hujan, enaknya makan kue yang anget kan?

Ada tape nganggur di kulkas, enaknya diapain ya? Dulu pernah bikin prol tape tapi dasarnya saya ngga terlalu suka masak, jadi resep pun ngga nyangkol. Jadi, saya harus Googling lagi nyari resep buat bikin Prol tape.

Kelar nyari resep, tinggal eksekusi. Bahan-bajan kebetulan ada semua di kulkas. Kali ini anak gadis saya yang ikut heboh membantu. Dia saya beri tugas mengocok telur dan gula. Sementara saya menyiapkan bahan lainnya.

Sebenarnya, harusnya ada olesan kuning telur dan keju/kismis sih tapi karena malas ke toko lagi, akhirnya prol tape dibuat tanpa topping.
Sebagian proses saya serahkan ke gadis saya, saya hanya mengarahkan. Setelah dipanggang selama 50 menit akhirnya matang. Ngga butuh waktu lama untuk menikmati prol tape hangat, karena rasanya yang legit dan gurih langsung memikat seisi rumah. Termasuk si kecil Valya yang biasanya ngga suka makan kue. Alhamdulillah...

#tantangan10hari
#gamelevel9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Pinky Bear

Kamis, April 05, 2018


Valya punya satu boneka kesayangan, boneka beruang ukuran kecil berwarna pink. Entah apa yang menarik perhatian Valya, boneka ini jadi idola banget sebelum tidur atau diajak kemana saja, bahkan ketika ikut Mama antar kakak ke sekolah.

Di rumah pun ngga cuma dipeluk sebagai teman tidur, tapi juga diajak main. Sepertinya sih, dia meniru cerita Winnie The Pooh yang ada naratornya itu, loh. Di akhir cerita biasanya sang narator menyanyikan lagu "tidur seperti beruang".

Seperti beberapa hari ini, Valya mendudukkan beruang pinky-nya, menyelimutinya, kemudian membacakannya cerita. Padahal dia baru saja bangun tidur :D. Akhirnya saya iringi aktivitasnya dengan lagu tidur seperti beruang sama dengan yang dinyanyikan narator. Sementara Valya komat-kamit baca buku mendongeng untuk pinky bear.

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Happy Cooking with Mama

Sabtu, Maret 31, 2018



Ceritanya Mama lagi rajin, nih. Jadi, Sabtu pagi yang cerah Mama keidean masak soto betawi yang dari namanya aja udah kebayang lezatnya. Sejak pukul sembilan pagi Mama sudah mulai hunting bahan yang akan dibuat Soto Betawi.

Sepulang dari pasar, Mama langsung ke dapur karena proses membuat soto Betawi cukup lama di bagian merebus daging. Mama langsung menyiapkan sayur, bumbu dan daging yang akan dimasak. Valya yang mengekor di belakang saya langsung berbinar. Dia suka menemani saya di dapur.

Valya membuat dapur ramai dengan celotehnya. Kadang dia bertanya, "apa ini?" Atau meminta saya memotong sayur, menggoreng tempe, dll. Tapi ngga cuma meminta ini-itu, Valya juga membantu saya mengupas bawang merah dan menunggui saya dengan sabar ketika mengulek bawang yang dikupasnya. Momen memasak itu saya jadikan ajang untuk mengenalkan aneka bumbu dan sayur serta alat masak di dapur. Juga saya manfaatkan untuk melatih tangung jawab terhadap tugas dengan cara meminta ia mengambilkan benda yang saya inginkan seperti centong, garam dll. Tentu saja aja saya memberi tahu dulu nama bendanya, menunjukkan padanya baru dia ambil dan menyerahkan pada saya.

Valya riang membantu mama sekaligus belajar mengenal benda di dapur.

Ketika waktu makan siang tiba, Valya makan dengan lahap. Mungkin karena dia merasa ikut andil, hihihi. Eh tapi memang karena enak, kok :D

#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#gamelevel9
#thinkcreative

Riang Menyanyi dengan Alat Musik Mainan

Rabu, Maret 28, 2018

Hari ini, Rabu, 28 Maret 2018, ayah baru saja datang dari luar kota. Karena ayah kurang suka Valya main playdough, Jadi semua playdough-nya sementara diumpetin dulu, deh.

Tapi dari pagi hingga siang Mama sibuk bantu beres-beres di rumah Mbah. Jadi Valya asyik nonton Upin Ipin sementara Mama bersihin rumah. Sampai rumah pun Valya malah main sendiri.

Sampai ketika malam hari, Valya mainin piano mainannya yang sudah ngga ada baterainya. Dia bergaya bak pianis, menggerakkan jarinya di tuts piano mainan. Kebetulan kakak Mahira ada di dekatnya, dia ikut pura-pura jadi penyanyi. Lagu yang dibawakannya adalah lagu Upin Ipin yang berjudul Selamat Pengantin Baru.



Tidak ketinggalan, kebetulan ada rebana mainan di samping Valya, saya ambil rebana itu dan ikut bernyanyi sambil memukul rebananya. Valya terlihat senang sekaligus malu-malu, karena biasanya dia nyanyi-nyanyi kecil sendirian.

Kami bergembira bersama dengan menyanyi bareng lagu anak-anak dengan iringan alat musik mainan.

#tantangan10hari
#bunsayiip
#gamelevel9
#thinkcreative

Be Creative With Kiddos

Selasa, Maret 27, 2018

Well, makin ke sini, game di kuliah Bunda Sayang IIP makin bikin saya klepek-klepek, deh! Makin menantang sekaligus bikin mikir keras. Saya yang dominan otak kiri, harus berusaha lebih keras untuk mengeksekusi game level sembilan ini.

Tapi, ibu profesional tidak mudah menyerah! Saya terima tantangan ini, dan here we come!

Baiklah, game kali ini adalah tentang kreatifitas dalam menstimulus si kecil. Tuing-tuing, kira-kira apa yang yang bisa saya lakukan, ya?

Jadi gini, hari ini Valya kebetulan nemuin playdough-nya yang sudah diumpetin ayah karena bikin kotor  (omaigod, duh coba ini ayahnya gimana sih, wkwkwk). Saking girangnya Valya mau main itu terus. Dibentuk bulat, digulung, dipipihkan, sampai dijejalkan di sela mainannya. Pokoknya semua tentang playdough.



Ketika asik main, tiba-tiba dia bilang: Donat! Donat!

Rupanya dia ingin dibuatkan bentuk donat. Baiklah, itu tak sulit. Saya buatkan bentuk donat berbagai ukuran dan tiba-tiba cling! Keidean untuk membuat wajah manusia dari donat tersebut. Akhirnya saya dan Valya menyusun donat dan bentuk lain membentuk wajah yang disebut Valya sebagai wajah ayah. Lantas ia dengan lancar menyebutkan bagian-bagian wajah seperti nose, mouth, ear dst.

Ternyata Valya cermat, di bulatan donat yang disebutnya sebagai mata, dia tambahkan satu bulatan kecil. Bulatan kecil itu dianggapnya mata, sementara bulatan donat sebagai kacamata. Hihi, benar juga sih, kan ayah pake kacamata. Pinter Valya!




Setelah puas main dengan wajah ayah, akhirnya ia menyatukan lagi semua playdough-nya. Permainan selesai. Kira-kira besok dia akan buat apa lagi ya? We'll see deh!

#tantangan10hari
#gamelevel9
#kelasbunsayiip
#thinkcreative

Bait-Bait Hujan

Sabtu, Maret 17, 2018

Oleh: Mabruroh



Hujan adalah bait-bait kerinduan, renjana panjang akan seorang kawan. Ia sanggup menjelma berbaris puisi dan tentu saja dia dalam tiap rinainya. Karena hujan adalah dia, impian, juga doa-doa yang terpanjatkan.

Hujan masih menyimbah sejak petang, menghadirkan kenangan tentangnya yang tak pernah lekang. Seandainya dia di sini, di saat satu impian yang pernah kupinta bersamanya kala hujan telah jadi kenyataan. Buku pertamaku telah terbit, buku yang kutulis tentang kami, tentang hujan.
#

Empat tahun silam, tahun ketiga di SMA.
Saat itu, Jumat terakhir di bulan Oktober. Setelah bel pulang berdentang, hujan kedua mulai menyapa setelah enggan muncul berbulan lamanya.

"Rena! Hujan!" katanya dengan mata berbinar.
"Alhamdulillah!" balasku setengah berteriak.
"Kita keluar?" ajaknya. Aku terdiam sejenak, ragu. Tetapi, demi melihat binar matanya, aku tak sampai hati menolak.
"Baiklah!"

Kami bergandengan tangan menuju teras kelas, lalu menadah rinai hujan dengan tangan, membiarkan tempiasnya menyegarkan wajah lelah setelah berjam-jam berkutat dengan pelajaran di kelas. Jilbab kami basah, tetapi kami tak peduli. Hujan bagi kami adalah tentang berbagi cerita, tentang memanjatkan doa akan impian, juga tentang saling terikat dengan ikatan yang tak mereka mengerti.

"Kamu mau berdoa apa?" tanyanya riang. Aku memejamkan mata, memanjatkan doa dalam hati kemudian tersenyum padanya. Aku berdoa agar Allah memberimu kesembuhan, supaya bisa selalu menikmati hujan bersamaku.  Batinku.

"Apa doamu?" tanyaku. Gadis berkulit putih itu tersenyum samar.
"Aku doakan cita-citamu menjadi penulis terkabul." ujarnya.
"Amin...." Kami berseru bersamaan.
"Kamu dulu." Aku mempersilakannya bercerita lebih dulu. Ia mengangguk.
"Kemarin aku menanam kaktus yang kusimpan di samping kamar. Kuharap bisa melihatnya ketika berbunga nanti."

Aku tertegun. Seingatku, kaktus milik ibuku memakan waktu lama untuk sampai berbunga. Hujan sebelumnya, ia bercerita tentang bibit pohon yang ditanam di depan rumah. Ia tak yakin akan melihat pohon itu kelak, namun ia berkata setidaknya ia akan dikenang melalui pohon itu. Ia katakan hal itu tanpa sedih sedikit pun.

"Kaktus pilihan yang bagus. Aku juga suka kaktus," ujarku untuk menyenangkannya, "apa Mama membolehkanmu menanam kaktus? Durinya bisa melukaimu."
Dia tertawa kecil. "Sepertinya semua orang berpikir hal yang sama, mereka ingin memberikan semua yang kuminta karena takut aku pergi sebelum keinginanku terpenuhi." katanya tanpa ekspresi.

Aku hanya tersenyum. Mia yang mengidap kanker kelenjar getah bening sejak SMP kelas tiga, sudah melewati masa-masa sulit ketika ia menolak takdir. Marah, sedih, kecewa, putus asa, bahkan menggugat Tuhan pernah dia lalui. Ia beruntung memiliki ibu yang terus memberinya semangat untuk sembuh dan hidup bahagia. Mia bercerita, ibu selalu membacakanya Alquran sebagai terapi pengobatan dan sejak saat itu kondisi kejiwaan Mia berangsur membaik.

Kini, ia telah berdamai dengan diri dan penyakitnya. Ia tabah menjalani serangkaian pengobatan sambil terus bersekolah. Dari raut wajah dan ucapannya, sepertinya ia telah pasrah dengan apapun keputusan Tuhan terhadapnya.

Meskipun begitu, kukatakan padanya di suatu kesempatan, bahwa mati adalah hak prerogatif Tuhan. Tak ada yang menjamin vonis dokter selalu benar. Buktinya, eyangku yang puluhan tahun sakit kronis, malah didahului tante yang sehat bugar.

"Apa yang ingin kamu ceritakan?" tanya Mia antusias.
Wajahku muram seketika. Bayangan wajah ayah memenuhi otakku. Ia yang dengan keras berkata bahwa aku tidak boleh menulis sampai lulus dengan hasil terbaik di sekolah.
"Ayah membandingkanku dengan dua kakakku yang selalu juara kelas. Ia ingin aku seperti mereka." Aku mulai bercerita. Mia mendesah, matanya yang cekung mengirim empati padaku.
"Seberapa besar keinginanmu menjadi penulis?" tanyanya
"Sebesar keinginanku melawan ayah." jawabku sekenanya.

Mia mengarahkan pandangan ke lapangan basket di hadapan kami.
"Rena, kata Pak Guru Agama, rida Allah tergantung rida orang tua. Tidak ada yang perlu  dipertentangkan. Jika menjadi lulusan terbaik akan membuat ayah rida, maka kejarlah. Penuhi syarat yang diminta ayah agar kamu dibebaskan menulis." Mia memberi nasihat.

Aku menatapnya ragu. "Kamu bercanda, ya? Masuk sepuluh besar saja sudah untung. Mana mungkin aku bisa mengalahkan anak-anak langganan juara kelas itu?"
"Kamu tidak yakin kamu bisa?"
Aku meragu. Antara iya dan tidak. Aku memang tidak pernah juara kelas, tetapi rasanya aku tak terlalu bodoh untuk menguasai pelajaran.
"Kalau kamu sendiri ragu dengan kemampuanmu, apalagi orang lain, Rena?!" seru Mia.

Aku tercenung. Sebuah syarat yang berat. Tetapi, menulis adalah jiwaku. Tak sanggup kubayangkan hidup tanpa menulis.
"Memang benar umur manusia itu rahasia Tuhan. Jika aku yang hanya punya waktu beberapa tahun saja masih ingin mengejar impian, maka seharusnya kamu jauh lebih bersemangat karena mungkin kamu akan merasakan manisnya hasil perjuangan, sementara aku mungkin tidak." katanya dengan suara bergetar, "setelah orang tua rida, aku percaya jalan untuk menjadi penulis tidak akan sulit. " lanjutnya.

Aku menghembuskan napas berat. Mungkin Mia benar, tetapi hati kecilku tetap saja merasa ini tidak adil. Kedua kakakku tidak dimintai syarat apapun untuk menjadi yang mereka inginkan.

"Entahlah, Mia," jawabku pendek, "sementara itu, mari kita berkhayal telah menjadi penulis dan telah menjadi guru seperti mimpimu."
Mia tertawa riang. Lalu, gemuruh hujan berlomba dengan suara kami yang makin keras melambungkan bait-bait mimpi. Imajinasi tanpa batas akan menjadi pemenang di masa depan. Membayangkannya saja sudah senang, apalagi jika benar terjadi. Entah mengapa, setiap  habis hujan, aku pulang dengan semangat dan kekuatan yang lebih dari sebelumnya.

Namun, malang bagi Mia, setiap habis hujan, ia akan kembali ke kasur  dan istirahat seminggu penuh untuk memulihkan kondisinya. Mia meyakinkanku bahwa hujan tak salah, begitu pun denganku yang setia menjadi kawan ketika hujan. Pun, ia tak menyalahkan sakitnya. Ia hanya ingin menikmati hujan, yang diyakininya sebagai rahmat Allah dan waktu paling mustajab untuk berdoa.

Sebenarnya, dokter sudah melarangnya sekolah agar kondisinya tidak melemah. Tetapi, Mia bukanlah gadis biasa. Meski sering ambruk, ia nekad sekolah ketika sudah baikan. Sekolah akhirnya memberi keistimewaan seolah ingin meluluskan permintaan terakhir agar Mia tetap bahagia. Dengan bahagia, semoga Mia lebih cepat sembuh, meski tampaknya itu mustahil.
Mia bersahabat denganku sejak awal kelas tiga. Awalnya, aku terlambat datang di hari pertama sekolah dan tak  mendapat teman sebangku ketika perebutan bangku pada hari itu. Hanya ada sisa satu bangku di sebelah Mia yang kebetulan absen. Sejak saat itu, aku resmi menjadi teman baiknya.

Ternyata ia tak seseram penyakitnya. Dibalik sosok ringkih berwajah manis itu, ia menyimpan semangat hidup dan keyakinan luar biasa. Ia gadis istimewa yang dikirim Tuhan untuk membuatku sadar bahwa selalu ada harapan selama terus berusaha dan berdoa.

Tak butuh waktu lama untuk dekat dengan Mia. Apalagi hobi kami sama: menikmati hujan. Sebuah hobi yang sukses membuat kami dijuluki orang aneh.
#
Setelah Januari berlalu, hujan makin langka ditemui di bulan berikutnya. Aku tahu Mia rindu hujan, begitu pun aku. Tetapi, musim telah berganti menjadi kemarau yang panjang.
Mia tak kekurangan akal, sepulang sekolah ia akan mengajakku duduk di kolam ikan di halaman sekolah, menikmati gemericik air dan tempias yang pelit dari air mancur kolam.

Namun, itu hanya terjadi empat kali dalam empat bulan, karena sisanya Mia terbaring di rumah sakit. Ia roboh lagi, kondisinya makin memburuk mendekati vonis dokter akan batas waktunya. Semangat hidup dan mimpi Mia tak cukup kuat melawan sel ganas dalam tubuh  yang terus menggerogoti organ penting dalam tubuhnya.

Di Minggu pagi pertengahan bulan Juni, kudatang padanya membawa kabar. Aku telah menaklukkan empat mata pelajaran penentu kelulusan UN dan menjadi terbaik ketiga di sekolah kami. Meski bukan juara pertama, ayahku sangat bangga. Ia memenuhi janjinya, aku boleh menulis dan menjadi penulis.

Sayang, Mia tengah tak sadar ketika kudatang. Ia koma beberapa hari setelah anfal. Kaktusnya telah berbunga, pohonnya telah meninggi. Dan, impianku telah terwujud. Namun, dua hari kemudian ia akhirnya benar benar pergi.

Hujan seakan tahu Mia mencintainya, siang itu ia mengiringi kepergian Mia dengan derai tak biasa. Hujan turun perlahan di tengah terik mentari yang memendarkan cahaya menjadi pelangi. Seolah langit pun tahu, Mia pantas mendapat sambutan.

Aku tergugu. Pilu. Haru. Sendu.

Tetap Gaya dengan Busana Syar'i: Rosmala Comfort Syar'i

Rabu, Maret 14, 2018

Tren penggunaan busana muslim yang sesuai syariat masih terus diminati. Hampir semua kalangan menggemari busana syar'i mulai dari ibu rumah tangga hingga para selebritis tanah air yang berhijrah. Kebutuhan busana syar'i ini pun disambut baik oleh para produsen busana muslim dengan menyediakan beragam pilihan model dan warna sesuai selera masyarakat. Ada yang imut, mewah, feminin-anggun bak princess, sampai yang casual sporty.

Saya sudah berhijab sejak SMA dan sudah suka pakai gamis dan kerudung lebar untuk kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman, saya menyimpulkan bahwa ternyata pemilihan bahan dan model sangat mempengaruhi kenyamanan pemakainya. Kebayang kan, kalau seharian pakai gamis yang bahannya nggak nyaman dan nggak menyerap keringat, rasanya nggak betah dan ingin segera pulang ke rumah untuk ganti baju. Ditambah dengan model yang ribet atau terlalu banyak detail juga membuat ruang gerak nggak leluasa. Memang pada dasarnya saya orangnya nggak  suka ribet dan agak tomboi, sehingga saya selalu suka dengan model gamis yang simpel dan yang penting nyaman dipakai.

Apapun pilihan model dan bahannya, yang terpenting busana syar'i itu harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Tidak tipis / tidak menerawang
2. Tidak membentuk lekuk tubuh
3. Menjulurkan kerudung untuk menutup dada
4. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
5. Warna dan  model yang tidak mencolok perhatian.

Namanya juga manusia, meskipun syar'i tapi tetap pengen kelihatan modis dan kece, kan? Bagaimana pun tampilan indah pun perlu sebab Allah mencintai keindahan. Tampilan yang menarik juga merupakan syiar agar semakin banyak yang tertarik menggunakan busana syar'i. Tetapi tentu saja tidak boleh berlebihan sehingga terlalu menarik perhatian yang ujung-ujungnya jadi ngga syar'i lagi.

Dari sekian banyak model gamis dan kerudung, ada yang selau bikin saya baper banget setiap melihat koleksinya. Benar-benar sesuai kriteria syar'i dan sesuai dengan selera saya yaitu simpel dan nyaman. Apalagi melihat tampilannya, meskipun simpel tapi elegan dan kece banget. Cocok buat sehari-hari ataupun dipakai jalan-jalan. So casual and trendy.

Penasaran kan, siapa sih pencuri hati ini? Perkenalkan, dia adalah brand Rosmala Syar'i yang mengusung tagline comfort syar'i. Jelas dari tagline-nya saja kita bisa tahu bahwa yang ditonjolkan adalah kenyamanan dalam balutan busana syar'i. Harapannya tentu tidak ada lagi alasan untuk tidak syar'i karena alasan gerah, ribet, atau nggak trendi. Rosmala Syar'i adalah brand fashion muslim yang berasal dari Bandung milik Teh Santi Rosmala.




Gimana, kece kan? So simpel, elegan dan casual banget. Nggak heran kalau peminatnya sampai repeat order lagi, sampai ada yang koleksi gamis asma hingga lima warna. Kalau ngga bikin jatuh hati kan nggak mungkin repeat order berkali-kali. Ya, kan?

Kenyamanan yang ditawarkan Rosmala Syar'i disebabkan karena pemilihan bahan yang berkualitas bagus, menyerap keringat dan adem dipakai. Contohnya katun toyobo yang sedang naik daun untuk gamis dan ceruty ultimate untuk kerudung.

Selain memproduksi gamis dan kerudung, brand Rosmala juga memproduksi handsock dan ciput rajut yang menggunakan bahan premium yang dijamin nggak melar dan ngga panas dipakai. Jadi, pasti nyaman dan bikin tampilan lebih manis.


Qodarullah, oleh suatu sebab adanya kompetisi di grup nulis, dimana Rosmala jadi sponsornya, tulisan saya terpilih jadi salah satu tulisan terbaik dan berhak atas sebuah kerudung cantik berwarna salem-abu muda dari Rosmala Syar'i. Alhamdulillah.



Kerudung yang nyaman dengan bahan bubble crepe yang adem, jatuh dan tidak nerawang membuat saya nyaman berhijab walaupun dipakai tanpa dalaman.

Rosmala Syar'i tersedia dalam berbagai ukuran sesuai size tubuh kita jadi jangan khawatir dengan ukuran. Pengen ukuran yang pas dengan badan sendiri juga bisa, tinggal hubungi CS-nya dan gamis siap diproduksi sesuai pesanan. Koleksi Rosmala Syar'i bisa dilihat di instagramnya @gerairosmala atau di facebooknya: gerai rosmala. Atau langsung ke websitenya di www.gerairosmala.com

Pengen gamis yang syar'i tetapi tetap modis dan nyaman? Ya, Rosmala Comfort Syar'i!