Akhirnya sehari sebelum keberangkatan (20 Desember) suami memutuskan agar kami berangkat ke Bali dengan pesawat terbang. Saya dan tiga anak, Hisyam, Mahira dan Valya dibelikan tiket PP Surabaya-Denpasar tanpa dirinya ikut serta. Rencananya ia akan menyusul dengan terbang langsung dari Medan (transit Jakarta) ke Denpasar. Padahal, tiketnya sudah issued untuk pulang ke Surabaya dari Medan. Rencananya ia akan mengubah tujuan ke Denpasar karena kebetulan tiketnya adalah platinum tipe Y yang membolehkan berganti tanggal atau jam penerbangan. Ia akan mengusahakan agar bisa berganti rute, bukan ke Surabaya melainkan Denpasar. Sounds impossible, tapi ia meyakinkan saya insyaAllah bisa.
Akhirnya, dengan waktu yang singkat untuk bersiap, saya mulai packing. Dari situlah saya tahu ternyata anak-anak ngga punya baju yang layak untuk pergi :D. Alamat harus beli beberapa baju. Maka, Kamis pagi (21 Desember) jam sepuluh, saya pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa potong baju, alhamdulillah dapat baju yang diskon besar. Lumayan.
Pukul dua belas kurang saya sampai rumah, langsung menyetrika beberapa baju yang sangat kusut (untunglah Valya tidur siang), cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum selesai, mengamankan rumah, dan tepat pukul setengah dua kami berangkat ke bandara untuk check in pukul setengah tiga sore dengan menyewa Go Car. Pesawat kami dijadwalkan terbang pada pukul 15.35 WIB. Saya lupa bahwa ini musim liburan jadi perjalanan ke bandara sangat mungkin macet.
Saya terus berdoa karena takut terlambat check in. Ahamdulillah persis pukul setengah tiga sampailah kami di terminal 1 bandara Juanda. Saya yang tak sabar menunggu antrian mobil masuk drop zone bandara, turun lebih dulu setelah sebelumnya menyuruh anak-anak menunggu saya di Terminal 1B. Setengah berlari sambil menggendong Valya yang alamak berat banget, saya berhasil check in meskipun melewati waktu yang seharusnya. Satu masalah selesai, tapi kemudian saya harus menemukan anak-anak yang entah turun di mana. Saya keluar lagi dan mencari mereka di ruang tunggu.
Benar saja, mereka tak ada di sana. Saya mulai resah, saya telepon driver Go Car yang menurunkan anak-anak, dia menjawab ia menyuruh mereka menunggu di depan ruang tunggu Terminal 1B. Saya kembali mencari, berjalan cepat sambil menggendong Valya. Berat, kadang Valya saya tuntun, terseret-seret karena saya berjalan dengan panik. Saya tahu benar anak-anak itu tidak akan menunggu, mereka pasti berkeliling mencari saya. Saya begitu ceroboh telah meninggalkan mereka.
Di antara ratusan manusia yang memadati bandara sangat sulit mencari apalagi dengan membawa batita. Peluh bercucuran, perut yang belum terisi makanan dari pagi sampai lupa rasanya lapar. Saya terus menyesali mengapa saya meninggalkan mereka.
Akhirnya, setelah lelah mencari, saya mengambil keputusan untuk lapor ke informasi. Saya diterima oleh seorang personil TNI yang langsung membantu saya lapor ke informasi. Di situ saya menarik napas panjang kemudian menyugesti diri bahwa mereka pasti akan saya temukan. Saya harus tenang....
Tidak lama setelah saya tenang, tiba-tiba muncul Mahira yang sudah berpeluh dan kepayahan membawa tas jinjing. Hisyam yang membawa koper mengekor di belakangnya. Benar dugaan saya, mereka mencari saya kemana-mana dan bukannya menunggu sesuai perintah.
Saya sangat bersyukur bertemu mereka kembali. Saya peluk dan minta maaf karena meninggalkan mereka. Pelajaran berharga, apapun situasinya, jangan pernah terpisah dengan anak kecuali yakin bahwa anak-anak bisa dihubungi.
Setelah bertemu, kami bergegas menuju ruang tunggu di lantai dua. Kami berjalan cepat karena ternyata pesawat sudah memanggil kami untuk boarding. Di situ lah Valya mulai rewel. Dia melihat seorang perempuan menenteng Pop Mie. Rupanya Valya lapar dan pengen Pop Mie. Untunglah saya membawa bekal Pop Mie di tas karena khawatir sewaktu-waktu lapar di hotel ketika malam. Saya minta Hisyam untuk mengambil air panas di dispenser bandara untuk menyeduh Pop Mie.
Alhamdulillah satu masalah selesai. Sambil menunggu antrian boarding, Valya asyik melahap mie-nya.
Sayang, bukan yang terakhir karena setelah itu ada hal menegangkan lainnya yang terjadi.
#to be continued
Sejak menikah dan punya anak, nyali saya untuk berpergian sendiri sepertinya berkurang secara signifikan. Dulu, saya terbiasa kemana-mana sendiri. Ya, tentu saja keadaan mengharuskan begitu. Sekarang, ke Surabaya sendiri saja tanpa suami rasanya kapok, gak kepengin lagi. Bukan apa-apa, rempongnya itu loh, mengikuti kegiatan sambil mengasuh Valya yang super aktif dan susah move on dari kesenangannya.
Ceritanya, beberapa bulan lalu suami mendapat tawaran menginap di hotel Novotel Nusa Dua, Bali untuk dua malam dengan harga yang cukup murah. Maka, tanpa pikir panjang ia mengiyakan. Padahal, kami tidak pernah merencanakan pergi ke Bali untuk liburan. Tetapi, karena sudah kadung dibayar, kami pikir nanti bisa berangkat dengan kendaraan pribadi saja untuk menghemat biaya.
Semakin mendekati hari H yaitu tanggal 21-23 Desember, harapan untuk pergi ke Bali semakin kabur. Karena, ternyata suami tidak ambil cuti untuk tanggal tersebut. Ditambah sejak tanggal 18 suami mendapat tugas ke luar kota hingga tanggal 21, tepat di hari pertama berlakunya voucher menginap tersebut. Saya pun menganggap uang yang sudah terbayar itu sebagai musibah karena terbuang percuma. Tetapi, pihak Accor Vacation Club yang memberikan voucher terus mempersuasi saya untuk berangkat karena sayang dengan uang yang sudah dibayarkan. Mereka menyarankan agar saya berangkat duluan tanpa suami, biar nanti suami yang menyusul. Saya yang memang tidak mengalokasikan untuk naik pesawat tentu saja keberatan dengan usul tersebut. Ya, tahu sendiri, nyari tiket menjelang keberangkatan pasti mahal. Saya tetap berpikir untuk mengikhlaskan uang tersebut.
Diluar dugaan ternyata suami terprovokasi oleh bujukan pihak Accor. Ia yang tengah berada di Lubuk Linggau mengusahakan mencari travel dari Surabaya ke Bali atau tiket kereta dari Sidoarjo ke Banyuwangi, kemudian lanjut dengan travel ke Bali. Ia juga menawarkan tiket pesawat tetapi saya menolak karena harganya pasti mahal.
Dari jarak yang berjauhan kami bimbang. Berkomunikasi hanya lewat watsap untuk memutuskan apakah jadi kami berangkat atau tidak ke Bali.
Hingga H-2 kami masih belum memutuskan apakah akan ke Bali atau tidak, boro-boro memilih mau naik apa untuk ke sana. Bimbang, antara sayang uang dengan takut pergi sendirian.
#to be continued.
Kota wisata Batu kian hari makin sibuk berbenah untuk memberikan pengalaman liburan yang berkesan untuk para pelancong. Banyak wahana wisata baru yang dibuka, sebut saja Taman Dolan Batu yang terletak di pintu masuk kota Batu dari arah Karangploso, tepatnya di daerah Bumiaji, Batu.
Mengenalkan bentuk geometri dasar pun bisa dilakukan sambil bermain. Saya membeli origami beraneka warna yang kemudian saya gunting membentuk bangun sederhana seperti lingkaran, segi empat, persegi panjang, dll.
Valya suka sekali dengan permainan ini, ia memilih bentuk yang disukai kemudian menyebutkan nama bentuk bangun datar tersebut. Setelah itu, ia mengelompokkan bangun datar tersebut berdasarkan kesamaan bentuknya, meski belum seratus persen benar, tetapi sebagian besar hasil pengelompokan itu benar.
Selain belajar mengelompokkan, saya juga memberinya contoh menyusun sebuah gambar dari kertas origami yang sudah digunting tadi menjadi bentuk rumah, bentuk badut, bentuk bulan, dll.
Valya masih belum menyukai aktivitas membuat sendiri gambar dari bangun datar yang ada, tetapi lebih suka meminta saya yang membuatkan untuknya. Tak apa, lain kali insyaAllah Valya pasti bisa menyusun gambar dari bangun datar.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Bermain dengan angka dan huruf sudah seperti hal yang biasa untuk Valya. Itu karena mainan yang saya miliki kebetulan adalah puzzle baik huruf maupun angka, juga mainan edukatif berbentuk bangun ruang seperti balok, kerucut, silinder dll. Di dalam buku pun terdapat pembelajaran tentang angka, urutan besar-kecil dan huruf.
Untuk angka dan huruf, Valya sudah cukup menguasai, namun membedakan mana benda yang besar dengan yang kecil, Valya masih belum terlatih. Untuk itu, saya memberinya buku serial Poldi tentang ukuran. Buku tersebut menceritakan Poldi yang tengah naik balon udara tiba-tiba jatuh ke tanah dan tertelungkup di dalam keranjang balon udaranya. Kemudian beberapa hewan dengan berbagai ukuran datang melihat balo udara tersebut. Dari gambar dapat terlihat dimensi dari tiap benda dengan keranjang itu sebagai patokan.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Sejak mengenal angka, Valya sering menghitung benda yang ada di sekitarnya. Mainan, buku, buah, sampai bebek yang sedang berenang menjadi obyek berhitungnya. Yang mengherankan, ia masih kesulitan menyebut angka lima, baik itu dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Jadi hitungannya terlewat satu, setelah angka empat langsung enam. Padahal ia bisa menyebutkan angka lima atau five jika tidak sedang menghitung secara berurutan.
Kemampuan Valya berhitung terutama terstimulus dari lagu anak dan acara tv di baby TV yang ada kartun tentang angka. Ia dengan cepat menirukan pengucapan angka dan mengenalinya ketika melihat angka-angka tersebut di wahana lain. Misal ia melihat angka di bungkus makanan, ia dapat mengenali dan menyebutkannya dengan benar.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Di antara lagu "matematika" yang Valya suka adalah "Ten in the Bed" yang mengajarkan pengurangan dalam bentuk lagu. Videonya tentang sepuluh hewan yang tidur dalam satu bed besar dengan salah satu diantaranya adalah yang paling kecil di antara mereka. Si kecil ini tidur di paling pinggir kanan, merasa kesempitan dan meminta saudara-saudaranya untuk geser berguling ke kiri. Karena semua berguling maka yang paling ujung kiri terjatuh.
Begitu seterusnya hingga semua saudaranya terjatuh karena bergeser dan si kecil ini sendirian di kasur. Berikut adalah liriknya:
There are ten in bed and the little one said: "roll over roll over!"
So they all roll over and one fell out
Intro (nine)
There are nine in the bed and the little one said: "roll over roll over!"
So they all roll over and one fell out
Intro (Eight)
There are eight in the bed dst dst...
Lirik lagu itu sama dan berulang-ulang, hanya angkanya saja diganti sesuai hasil pengurangannya. Begitu terus hingga akhirnya setelah semua saudaranya geser dan tersisa si kecil saja yang tidur sendiri di bed. Pada akhirnya ia berkata ''i'm lonely" dan saudara-saudaranya naik kembali ke bed dengan posisi si kecil di tengah mereka.
Simpel, namun bermakna. Valya suka sekali lagi tersebut. Kosakata One sampai Ten sudah dikuasainya dengan baik berkat lagu tersebut.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Valya suka melihat video lagu anak dalam bahas Inggris. Sebut saja Bob the Train dan Little Baby Bum. Beberapa lagunya berisi tentang matematika, contohnya menyebutkan angka satu sampai sepuluh, menghitung jumlah, mengenal bentuk geometri dasar, mengenal urutan dll. Kesemuanya dikemas dalam lagu yang menarik dan mudah diikuti.
Yang mengherankan untuk saya adalah Valya mampu mengasosiasikan bentuk-bentuk benda di sekelilingnya dengan bentuk geometri dasar yang pernah "dipelajarinya' melalui lagu dalam video tersebut. Misalnya, ketika melihat topi bundar, dia tunjukan topi tersebut dan bilang "circle, circle!" Jika melihat buku dia katakan"square!" Masyaallah....
Bagi saya, kemampuannya mengenali bentuk geometri dasar dari sebuah benda adalah kecerdasan yang layak diapresiasi. Dengan demikian ia akan mampu memberikan contoh benda jika diminta menyebutkan benda apa saja yang berbentuk lingkaran misalnya. Alhamdulillah....
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Bermain tepuk menjadi hal baru untuk Valya. Ketika saya mengenalkannya dengan konsep besar dan kecil, saya mengunakan tangannya dan tangan saya sebagai media. Tangan saya adalah tangan besar, sedangkan tangannya adalah tangan kecil.
Saya katakan tangan besar sambil melambaikan telapak tangan saya. Dan menunjuk tangannya untuk memahamkan tangan kecil.
Cara ini rupanya belum berhasil karena Valya bukan fokus pada besar dan kecilnya. Ia malah asyik bertepuk tangan atau tos dengan saya Hehehehe. Tak apalah, saya harus memikirkan media lain nih.
Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
Sore itu ayah mengajak Valya main dengan baut berwarna silver bekas alat kesehatan. Ayah menyusun baut yang berukuran cukup besar itu dengan cara menumpuknya kemudian Valya robohkan dengan cara menyentuhnya. Ayah menyebut satu, dua, tiga dst ketiga menyusul baut tersebut. Valya terlihat senang dengan "mainan" baru yang tidak disengaja. Meskipun, menyebut angka secara berurutan sudah bukan hal baru untuk Valya.
Belajar sambil bermain memang kerap dilakukan secara tidak sengaja oleh Valya dan ayah satu saya sendiri. Hasilnya, 'pelajaran' jauh lebih mudah diingat. Valya samgat menikmati berlajar sambil bermain bersama ayah pada hari Minggu kemarin.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Sebelum bisa membandingkan benda satu dengan yang lainya, sebelumnya anak harus dikenalkan dengan konsep/kosakata besar, kecil, panjang, pendek, dst. Ketika telah memahami perbedaan makna kosakata tersebut maka akan mudah membandingkan benda.
Hari ini Valya bermain tepuk dengan mama. Tangan mama yang besar bertepuk dengan tangan Valya yang mungil. Saya katakan besar sambil melambaikan telapak tangan saya dan saya katakan kecil pada saat mereka Valya melambaikan tangan. Setiap bertepuk tangan saya katakan: tangan besar bertemu tangan kecil. Kemudian saya lambaikan lagi tangan saya dan saya katakan.
Mengenalkan konsep besar kecil juga saya terapkan ketika di jalan raya kami melihat bus besar saya katakan bus besar. Kemudian, saya kenalkan lagi perbedaan besar dan kecil melalui contoh. Alhamdulillah Valya bisa memahami sedikit demi sedikit.
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs