Minggu, Agustus 27, 2017

Report Game Level 3 Day 10

Sabtu, 26/8 adalah hari kesepuluh game family project saya. Fampro saya tentang membaca dan menulis sejauh ini belum maksimal dan dilakukan oleh semua anggota keluarga. Hanya saya dan si kecil yang benar-benar bisa melakukan fampro dengan konsisten. Dikarenakan ayah kerja seringnya di luar kota/pulau dan kakak Mahira sekolah sehingga waktunya habis untuk pekerjaan dan pelajaran sekolah.
Satu naskah telah mulai ditulis, belum final, tetapi  ternyata setelah ditulis ide banyak bermunculan dan membuat saya lebih bersemangat untuk menyelesaikan dengan alur dan ending yang terbaik menurut saya.

Seperti game level 2 saya yang justru berhasil ketika waktunya telah selesai, saya harap ini pun akan berhasil meskipun waktunya sdh selesai.

#day10
#tantangan10hari
#level3
#myfamilymyteam

Sabtu, Agustus 26, 2017

Report Game Level 3 Day 9

Jumat, tanggal 25 Agustus yang lalu, saya beserta si kecil Valya dan suami berkesempatan menyambangi pondok anak pertama saya. Setelah sebulan penuh dikarantina, akhirnya bisa bertemu lagi melepas kangen. Saya teringat project saya yang belum selesai dikerjakan sehingga saya menyempatkan membawa buku-buku untuk dibaca sepanjang perjalanan nantinya.

Di perjalanan, saya bacakan buku cerita kecil untuk Valya, dan menyempatkan meng-apgred progress naskah saya via handphone. Alhamdulillah, meskipun tidak maksimal tetapi saya tetap bersyukur bisa melakukan langkah kecil menuju goal saya dalam project Ini.
Draft mentah sudah siap, esok Sabtu siap digarap menjadi naskah siap edit.

#day9
#tantangan10hari
#level3
#myfamilymyteam

Sabtu, Agustus 26, 2017

Report Day 8 Level 3
Jika ingin menjadi penulis profesional, kebiasaan menulis harus dilakukan konsisten setiap hari dengan menyempatkan waktu, bukan di waktu sisa. Hal itulah yang masih menjadi kekurangan saya. Masih belum menyempatkan waktu khusus untuk menulis. Menulis masih saya lakukan dengan mencuri-curi waktu di sela kesibukan. Sehingga progres tulisan saya masih berupa draft, belum menjadi naskah mentah sekalipun. Untunglah sempat membuat outline Dan menulis beberapa sinopsis untuk dikembangkan nantinya setelah saya benar-benar punya waktu cukup.
Hari ini, Kamis 24 Agustus 2017 tidak banyak yang saya lakukan sehubungan dengan project saya. Dikarenakan persiapan menjenguk anak pertama di pondok yang lumayan menyita waktu.

#day8
#tantangan10hari
#level3
#kuliahbunsayiip

Rabu, Agustus 23, 2017

Report Game Level 3 Day 7

Menulis adalah hobi lama yang ingin sekali saya jadikan profesi. Maka, meskipun sekarang masih repot, tapi suatu saat saya ingin menerbitkan buku sendiri sesuai minat saya di cerpen. Hari ini saya memulai project membaca dan menulis dengan anak-anak saya, karena suami masih di luar kota.

Saya terbiasa membayangkan dalam angan-angan tentang tulisan saya. Biasanya dimulai dari dialog, kemudian ke alur cerita. Saya memikirkan konsep cerpen sambil melakukan pekerjaan rumah sehingga ada masanya saya terlihat seperti sedang melamun. Tujuannya, saya ingin mendapat strong why kenapa saya harus menulis cerita tersebut. Apa pesan yang ingin saya sampaikan, apa premis yang paling menarik, dan supaya ketika di depan laptop saya tinggal menuangkan gagasan.
Itulah yang saya lakukan hari ini.

Alhamdulillah dapat tiga ide segar yang siap dieksekusi. Untuk Mahira si tengah, masih belum menulis karena ada ulangan harian di sekolahnya esok. Sementara kepada Valya, saya membacakan buku cerita dan mengajaknya berkomunikasi dengan jalan bertanya tentang karakter dalam  buku cerita yang saya bacakan. Alhamdulillah valya senang dan tertarik pada aktivitas membaca tersebut.
Sekarang, mari kita eksekusi tulisanya. Semoga besok tulisan sudah selesai aamiin.

#day7
#tantangan10hari
#level3
#myfamilymyteam


Rabu, Agustus 23, 2017

Report Game Level 3 Day 6

Pada hari Senin tanggal 21 Agustus kemarin, tepatnya pada hari keenam projects saya, saya dan anak2 menginap di rumah nenek sehingga project saya tentang berbenah rumah terpaksa terhenti sejenak.
Hari ini project saya adalah tentang membaca dan menulis. Tujuan akhir dari project Ini adalah untuk menghasilkan tulisan berkualitas yang akan dikirim ke media. Saya dan anak kedua saya  (si tengah Mahira) suka menulis cerpen. Tetapi hingga detik ini belum sekalipun menulis ke media (tepok jidat, kemana ajaaa).
Untuk si kecil Valya, game ini berarti tentang memberinya banyak waktu untuk membacakan cerita dan mengenalkan huruf-huruf. Valya suka buku cerita bergambar, meskipun belum bisa diam mendengarkan cerita, tetapi dia suka melihat buku gambar dan berceloteh sendiri. Juga karena telah sering mendengar lagu tentang abjad ( latin dan Arab), valya sesudah agak familiar dengan huruf-huruf. Tinggal mengasah dan menguatkan saja dengan cara yang fun.
Projects tentang gaya hidup sehat tetap saya lakukan Alhamdulillah konsisten tetapi saya tambah dengan project lain yang sesuai dengan sikon saat ini.

#day6
#tantangan10hari
#level3
#myfamilymyteam

Minggu, Agustus 20, 2017

Report Day 5 Game Level 3 Kuliah Bunsay IIP

Alhamdulillah, setelah beberapa hari tidak melaporkan pelaksanaan game level 3 dengan fampro "gaya hidup sehat", hari ini saya kembali melaksanakan fampro baru, dengan tetap melakukan fampro gaya hidup sehat.

Fampro baru ini tentang "ayo berbenah rumah" yang saya maksudkan untuk membenahi dan membersihkan rumah dari sampah dan barang bekas yang tidak diperlukan lagi di rumah. Seperti baju bekas, kipas angin rusak, dipenser yang sudah tidak dipakai lagi, koran bekas, sabun dan sandal hotel dll. Semua barang tersebut disortir kemudian dikeluarkan dari rumah untuk saya loakkan di tukang loak (contoh : kabel-kabel, kipas rusak dan elektronik lainnya) dan beberapa ada yang saya hibahkan cuma-cuma ke pemulung atau tukang sampah.

Karena pekerjaan ini butuh waktu dan tenaga yang banyak, saya melibatkan si tengah untuk membantu pekerjaan rumah yang saya tinggalkan sejenak seperti menyapu dan membereskan rumah serta mencuci piring. Ayah bertugas menyortir dan mengumpulkan resi/bon untuk klaim ke perusahaan. Alhamdulillah, setelah berjibaku dengan barang-barang bekas cukup lama, selesailah fampro hari ini dengan hasil memuaskan ketika menjelang Maghrib.

Insyaallah fampro ini masih akan berlanjut hingga dua atau tiga hari mendatang. Semangaat!!!

#day5
#tantangan10hari
#level3
#myfamiliymyteam

Malam Tujuh Belasan

Kamis, Agustus 17, 2017

Di suatu malam tujuh belasan. Sepasang suami istri bertemu di meja makan.
"Esok libur tujuh belas Agustus, kita pergi ke lapangan lihat karnaval ya, Bang?"
"Abang besok kerja. Lembur, Sayang"
"Lembur gimana? Bukannya semua kantor juga tutup? Yang benar saja! Tujuh belasan kok kerja."
"Besok orang yang mau Abang temui tak keberatan. Tak boleh nolak rejeki, Dik. Dapat uang lembur kita!"
"Tapi Abang ngga bisa tengok anak kita naik panggung terima hadiah..."
"Alah tak apa, kan ada kau?!"
Sang istri menekuk wajah. Bibirnya mengerucut.
"Kau masak kurang garam, ya?"
"Garam mahal, ngirit! Kalau masih kurang asin pakai lah upil kau!"
"Waah... nyonya marah rupanya!"
"Siapa lah yang marah? Abang kerja yang rajin, biar hutang cepat lunas."
"Nah, itu baru pintar!"
Sang istri melirik sebal.
"Sebenarnya Abang lembur karena tak mau ketemu  bapakku." ungutnya.
"Eh, manalah mungkin Abang begitu sama bapak? Bapakmu itu bapakku juga!"
"Alah, macam aku tak tau saja omelanmu tentang bapak. Betul kan, bapak bilang kita harus mulai mikir rumah sendiri, sudah belasan tahun menumpang mertua, apa tak bosan diceramahi terus?"
"Ya lah, maka itu aku kerja keras, kan? Tak salah kalau aku lembur di hari kemerdekaan..." Kilahnya, "Eh, kau ganti merek beras, ya?"
Sang istri mendelik.
"Sama saja dengan yang kemarin, kenapa pula?"
"Ah, yang ini beda. Yang kemarin lebih pulen, yang sekarang pera macam nasi aking."
"Aiih, sejak kapan kau pandai menilai  beras. Penjualnya bilang ini beras impor. Impor, Bang! Dan, yang penting murah."
"Ah pantas saja tak enak. Besok kau gantilah pake beras lokal. Menolong petani sendiri."
"Pemerintah sudah lelah-lelah datangkan beras, gula, garam, bahkan cangkul dari luar negeri. Hargailah kerja mereka dengan membelinya. Kau tinggal kunyah saja banyak pula mengeluh!"
"Tapi ini sungguh tak enak."
"Enak tak enak yang penting impor, pernah naik kapal, menyeberangi lautan luas, mendaki gunung lewati lembah. Ditanam oleh petani luar negeri, hebat kan? Yang kau makan itu hasil keringat orang asing . Baguslah petani kita tak usah lagi berpayah menanam!"
"Salah petani tak menanam lagi!"
"Bagaimana mau menanam, lahan habis dibeli konglomerat buat bikin perumahan, supaya rakyat kecil yang menumpang macam kau ini segera punya rumah sendiri. Baik bukan maksud pemerintah?"
"Eh, sejak kapan kau peduli pada kebijakan pemerintah?!"
"Sejak kau bilang mau lembur di hari kemerdekaan!"
Sang istri melengos dengan wajah marah menuju dapur.
##


Selasa, Agustus 15, 2017

Report Game Level 3 Day 4

Alhamdulillah di hari keempat ini saya masih bisa menerapkan gaya hidup sehat yang setahap demi setahap dilakukan. Sepertinya tantanganya bukan pada makanan apa yang harus dimakan, tetapi lebih ke exercise Apa yang harus dilakukan agar tubuh bugar. Sekarang saya diserang flu dan sulit tidur.

Rencana untuk membuat poster ataupun kutipan quote belum terlaksana karena dua hari ini saya masih sibuk piket jaga di rumah ibu mertua, pulang ke rumah sudah sore dan kembali berkutat dengan pekerjaan rumah. Semoga di hari kelima esok bisa segera membuat poster yang saya rencanakan.

#day4
#tantangan10hari
#level3
#myfamilymyteam
#kuliahbunsayiip

Minggu, Agustus 13, 2017

Report Game Level 3 Day 3

Di hari ketiga, setelah hari sebelumnya menyiapkan bahan-bahan, saya mulai menerapkan gaya hidup sehat bersama keluarga. Di antaranya: makan sayur dan sumber protein yang lebih banyak dan beragam, cukup buah dan air putih. Saya melengkapi menu dengan teh hijau dan air jahe. Alhamdulillah, terasa nikmat dan sehat.

Untuk poster dan petikan quote yang saya rencanakan sebelumnya, belum saya buat karena di waktu luang saya diminta si  tengah untuk menyampuli buku-bukunya yang lumayan banyak. Kegiatan tersebut menyita waktu sehingga rencana membuat poster gagal. Saya juga ada deadline tulisan sehingga waktu luang saya gunakan untuk menyelesaikan tugas.

Besok insyaallah saya baru akan mulai membuat poster tentang hidup sehat saya sekeluarga.

Alhamdulillah, sejauh ini project berjalan lancar dan menyenangkan. Semoga tetap bisa konsisten, aamiin.

#day3
#tantangan10hari
#level3
#myfamiliymyteam

Minggu, Agustus 13, 2017



Lingkaran Rindu

Gerimis mengantar sore untuk bertukar rupa menjadi senja. Matahari enggan pulang meski pelangi yang memudar telah lelah membias sinar. Mungkin, ia simpati pada seraut wajah yang termenung menekuri bukunya. Tak yakin apakah dia membaca atau berpura-pura membaca. Semacam pengalihan perhatian agar tak terlihat mengenaskan duduk di cafe tanpa seorang pun kawan. 

Kawan atau kekasih? Seharusnya ya, kekasih. Sudah bukan masanya membunuh waktu dengan kawan di usia matang. Kalaupun dengan kawan, tentulah kawan dengan anak yang merengek minta es krim. Bukan kawan seperti dirinya, sendiri. 

Ia mengenyahkan ironi dengan membuang napas berat. Padahal, ia bisa saja membuka halaman bukunya. Tetapi, ia tak berminat. Pikirannya berkelana menyusuri rimba kenangan ketika sepuluh tahun yang lalu ia bersama dua kawannya tergelak karena lelucon. Di meja ini, di sore menjelang senja seperti sekarang.

Saat ini, dua kawannya mungkin tengah tergelak pula, tetapi dengan keluarga kecil mereka. Menertawakan bayi mungil yang terjatuh karena belajar berjalan atau menertawakan suami yang tertukar makan saos sambel yang dikira saos tomat. Betapa membahagiakan!

Sedangkan ia, dunialah yang tergelak kepadanya. Sungguh menggelikan! Di usia hampir kepala empat, dengan wajah cantik dan penampilan menarik, ditambah embel-embel gelar berderet di belakang namanya, tetapi masih saja sulit baginya memilih satu diantara puluhan lelaki untuk menjadi suami. 

Perempuan itu terpekur. Ia mengakui, seandainya memilih itu mudah, ia takkan sesulit ini. Rindu menyergap hati kepada kawan (tidak, sebenarnya bukan kawan, tetapi, ibu. Ia rindu pada sang ibu). Menemuinya bukan perkara sulit di era ketika ujung jari bisa mengkoneksi jarak yang terpencil sekalipun. Tetapi, menjadi begitu sukar karena keduanya berbeda nalar akan jodoh. 

Ibu menganggapnya pemilih, ia merasa hanya sedikit hati-hati. Ibu merasa ia banyak tuntutan, ia pikir hanya ingin lelaki idaman. Ibu berpendapat cinta akan datang setelah menikah, ia berprinsip sebaliknya. Ibu pikir di usia matang seharusnya wanita telah menimang bayi, ia berprinsip manusia punya takdir sendiri.

Batin perempuan itu teguh pada pendirian bahwa manusia lahir membawa takdirnya sendiri, mengapa harus diseragamkan dengan yang lain? Jika ia terlambat menikah karena mematuhi takdir, apakah itu sebuah salah? Apakah ada kata terlambat atau terlalu cepat di mata pemilik takdir? Semua hal berjalan sesuai  masa dan takaran.

Ia mengusap layar telepon genggamnya. Sebuah nama terpampang dengan tombol telepon yang pasrah ditekan sekehendaknya: Suryanti, sang ibu. Perempuan itu hanya ingin mendengar suaranya, rindu pada berondongan tanya akan kesehatannya, sudah makan atau belum, uang bulanan, dan pelajaran. Lebih lagi, ia kangen usapan tangan pada rambut dan bahunya. 

Ternyata, cinta ibunda bisa berubah, setidaknya itulah yang terjadi sejak ia seringkali menolak pinangan. Ia merasa asing dengan wanita yang pada tatapannya telah tertambah rasa sedih, kesal, marah, selain cinta yang tak terperi. Tentu bukan karena maunya ia menjadi berbeda, melainkan karena lidah tetangga yang tajam melukai hati. Terkadang, tuntutan sekeliling menyebabkan kita menjadi orang lain seperti yang mereka ingin, bukan? 

Ia dan sang ibu, terasa jauh terpisah. Ia rindu, tetapi segan bertemu. Ia ingin dipeluk-disambut sebagai anak, hanya anak. Tanpa gelar anak perawan yang terlambat menikah atau anak yang tak patuh nasihat. 

Di kota ini, ia sendiri. Ia hanya punya dua kawan untuk berbagi. Setiap rindu, ia datang kemari, berbagi renjana dengan kawan. Tetapi, itu tinggal kenangan. Sang kawan makin jarang bertandang.

Di sini, ia terkenang kawan, kawan mengingatkannya akan bunda.
Ia rindu, pada sang bunda, pada dua kawan.

Sabtu, Agustus 12, 2017

*Report Game Level 3 Bunsay IIP*

Di hari kedua ini saya melakukan persiapan untuk pelaksanaan project. Beberapa pedoman hidup sehat yang pernah saya tahu ingin coba saya terapkan dengan disiplin pada keluarga saya.

Saya meminta anak kedua saya untuk mencari resep dan info seputar gaya hidup sehat di internet. Tujuannya agar pada tahap pelaksanaan nanti saya punya banyak referensi menu untuk menunjang pola makan yang sehat. Kemudian, saya kembali sounding dengan suami tentang project saya, Alhamdulillah dia mendukung. Saya membeli beberapa bahan, tidak banyak, hanya selembar karton berwarna untuk saya buat poster atau reminder yang akan saya tempel di sudut-sudut rumah. Isinya tentang quote atau instruksi kecil tentang hidup sehat, misalkan: sudahkah minum 2 liter air hari ini? Atau: sudahkan makan buah semangkuk hari ini? :)

Selain karton, saya juga menyiapkan tiga macam buah untuk dikonsumsi hari ini ditambah teh hijau sebagai pengganti teh hitam yang biasanya saya minum. Secara bertahap saya akan mengurangi konsumsi gula dan makanan karbohidrat.
Bismillah, semoga lancar dan konsisten apa yang saya rencanakan pada project Ini, aamiin.

#day2
#level3
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip

Kamis, Agustus 10, 2017

Report Game Level 3 Bunsay IIP

Setelah beberapa lamanya merenungkan rencana family project apakah yang akan saya buat bersama keluarga kecil saya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih project gaya hidup sehat. Sebenarnya banyak yang lebih prioritas, namun karena kendala komunikasi dan seringnya suami dinas keluar kota, jadi saya memilih yang paling mungkin untuk dilakukan meskipun berjauhan. Insyaallah project berikutnya akan dilakukan setelah projects ini selesai.

Untuk awalan, saya memulai dengan sounding ke anak kedua saya dan suami bahwa saya akan mengajak mereka untuk membuat project. Pertama kali yang saya pahamkan adalah anak kedua saya yang berusia 11 tahun. Saya minta pendapatnya kalau misalkan mulai besok kita berdua mengubah kebiasaan makan yang tadinya kurang buah dan sayur menjadi lebih banyak buah dan sayur. Alhamdulillah karena dia pernah bilang ingin menjadi vegetarian (entah ide dari mana) dia menyambut dengan gembira ajakan saya.
Kalau soal ayahnya, dia mah pasti dukung karena justru yang rewel soal kesehatan adalah dirinya. Tahap berikutnya adalah membuat planning mau dibuat seperti apa projectnya nanti, dan butuh bahan apa saja untuk menyukseskannya.
Bismillah, insyaallah...

#day1
#tantangan10hari
#level3
#kuliahbunsayiip

Review Cerpen Batu Kebahagiaan Kerajaan Allegria

Rabu, Agustus 09, 2017


Ketika mendapat tugas mereview tulisan milik Mbak Lisa, saya tak menyangka akan mendapat sebuat cernak (cerita anak). Meskipun saya mengenal Mbak Lisa sebagai penulis cerita anak yang mumpuni, saya kira saya akan mereview tulisannya yang lain. Terus terang, cernak adalah kenangan tersendiri bagi saya. Saya pertama kali termotivasi untuk menulis disebabkan oleh sebuah fabel yang saya baca di sebuah majalah anak. Waktu itu saya duduk di kelas lima sekolah dasar.

Saya tidak mahir membuat cerita anak. Mbak Lisa jelaslah jawaranya. Makanya, sangat tidak seimbang kalau saya mereview tulisan seorang master cernak. Tetapi, apa boleh buat, karena tugas (hiks), saya akan mencoba mereview cernak ini dari sudut pandang pembaca yang amatir saja. Hehehe....

Sebagai cerita anak, cerpen Mbak Lisa ini sangat menarik. Judulnya cukup panjang (empat suku kata) dan menggambarkan isi cerita.  Meskipun agak kurang pas menurut saya, tetapi sudah cukup mewakili. Kalau saya, lebih suka yang singkat namun membuat penasaran. Misalnya, Misteri Permata Allegria. Penasaran? Baca ceritanya di sini, ya. http://www.dunialisa.com/2017/05/batu-kebahagiaan-kerajaan-alegria.html?m=1#more

Di awal cerita, penulis membuka dengan kalimat yang langsung menuju ke konflik utama cerpen tersebut, yaitu hilangnya batu kebahagiaan milik Kerajaan Allegria. Batu tersebut sangat berharga karena dianggap menentukan kebahagiaan seluruh penduduk Kerajaan Allegria. Hal ini menarik karena membuat pembaca langsung penasaran dan ingin membaca ke paragraf berikutnya. Gaya berceritanya langsung ke konflik yang terjadi di masa lampau, kemudian alurnya maju ke masa sekarang dan terus menuju ke penyelesaian konflik. Cukup menarik dan tidak membingungkan anak. 

Penulis menggunakan nama yang unik untuk karakter yang diciptakannya. Meskipun terasa kebanyakan (ada enam tokoh dalam cerpen tersebut), tetapi tidak masalah karena masing-masing mendapat porsi watak yang pas dan sesuai. Penggunaan sudut pandang orang ketiga menurut saya sudah tepat karena dapat bercerita dengan lebih obyektif.

Penulis menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti anak, singkat (tidak menggunakan kalimat bertingkat) dan lugas (denotatif), sehingga isi cerita dapat dipahami dengan mudah oleh anak. Pesan ceritanya tersampaikan dengan baik. Sayangnya, ada beberapa logika yang belum diselesaikan dalam cerpen tersebut. Yaitu, alasan dibalik pengakuan Aldo sang putra raja serta alasan mengapa ada tongkat penyihir Plavo di ruangan tempat permata itu disimpan. Menurut saya, penjelasan tentang kedua hal tersebut perlu disisipkan. 

Pada logika tentang alasan Aldo mengakui perbuatannya, anak bisa belajar tentang proses berpikir atau mungkin juga konflik batin Aldo sampai pada keputusan untuk mengakui perbuatan yang tidak terpujinya pada raja. Konflik batin pasti dirasakan oleh Aldo dan inilah yang tidak dieksplor oleh penulis. Padahal, di sinilah titik kritis pesan penulis disampaikan. Perbuatan Aldo memang tidak terpuji, namun ia memiliki tujuan mulia. Ketika konflik batin Aldo diceritakan, maka pembaca akan tahu proses berpikirnya sehingga sampai pada keputusan untuk mengakui perbuatannya. Anak akan belajar tentang menjadi jujur meskipun memalukan dan menakutkan, disamping belajar untuk berempati.

Tentang logika tongkat sihir Plavo yang ada di ruangan tempat diletakannya batu kebahagiaan, saya tidak tahu apakah ada hubungannya dengan Aldo atau tidak. Penulis menggunakan ini sebagai pengecoh cerita untuk menggiring pada opini bahwa pencurinya adalah Plavo, sang penyihir. Hal ini sah saja asalkan ada bagian yang menjelaskan mengapa ada tongkat Plavo di ruangan tersebut, apakah ada hubungnaya dengan Aldo atau tidak. Supaya pembaca dapat belajar berpikir kritis sesuai data yng ditemukan dan melakukan penalaran. Jika memang ada hubungannya, jelaskan mengapa Aldo menggunakan Plavo sebagai yang korban (baca: tertuduh). Jika tidak ada hubungannya, dijelaskan mengapa sampai tongkat Plavo  ada di ruangan tersebut. Harapannya, anak bisa belajar untuk tidak cepat menyimpulkan sebelum jelas kebenaran datanya. 

Secara umum, penulis telah menggunakan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia dengan benar. Namun, masih banyak ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan petikan kalimat langsung. Penulis menggunakan tanda baca koma (,) untuk mengakhiri kalimat dan bukan tanda tanya (?), misalnya pada petikan dialog sebagai berikut:
“Penasehat Vidor, kira-kira siapa yang sudah mengambil permata kebahagiaan milik kerajaan,”
Begitu pun di kalimat lainnya, penulis menggunakan tanda baca koma (,) pada akhir kalimat dan bukan tanda titik (.) padahal kalimatnya sudah selesai.
Sepemahaman saya berdasarkan kaidah EBI, jika kalimat telah selesai, diakhiri dengan titik.

         Secara keseluruhan, cernak ini menarik dan pesannya sangat bagus. Saya terhibur sekaligus menemukan hikmah bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya sesuatu, karena bahagia itu ada dalam hati. 

Sekian review dari saya yang kurang ilmu, mohon maaf atas segala kekurangan dan kata yang tidak berkenan. Semoga Mbak Lisa terus berkarya melahirkan tulisan bergizinya untuk anak-anak Indonesia.

#tugasfiksi7
#odop


Selasa, Agustus 01, 2017

Mengatasi Writer's block ala saya

Pernah baca di sebuah buku, bahwa disebut penulis itu kalau seseorang sudah berhasil menerbitkan minimal tiga buku. Pendapat itu milik seorang penulis tekenal tapi sayangnya saya lupa namanya. Pernah lagi baca di grup bahwa seorang penulis itu kerjaannya ya, menulis. Perkerjaan utamanya menulis, bukan menulis kalau sempat saja. Oleh karena itu saya belumlah masuk kategori penulis sehingga saya tidak termasuk yang kena jebakan Writer's block. Sebab, konon writer's block adalah penyakitnya para penulis.

Tapi ngga apa-apa lah, saya tulis aja siapa tau nanti ketularan jadi penulis ( berpura-pura seperti penulis nanti jadi penulis beneran ).
Kalau terkena writer's block seperti yang sedang saya alami sekarang, cara agar bisa keluar dari situasi tersebut adalah dengan menutup laptop, minum kopi campur kremer atau beli sebatang es krim yang dinikmati sendiri( maklum kalau emak-emak makan es krim kalah rebutan sama anak), setelah itu biasanya mood akan membaik dan ketika buka laptop lagi, ada ide lagi yang bisa ditulis. Kalau mentok juga, ya saya gerakkan aja jari nulis ngga jelas. Tulis aja dulu sampai tiba-tiba ada aja momen dimana tulisan akan menemukan ceritanya. Demikian trik dari saya yang amatir, ga usah ditiru, soalnya ngawur hehe.

#tugas kelas fiksi ke-5
Mabruroh

Selasa, Agustus 01, 2017

Pagar

(By Mabruroh)

Mata  kecil itu memandang penuh ingin tahu ke sebuah noktah di kejauhan. Titik hitam yang selalu membuatnya ingin menoleh dan memandang lama-lama. Dengan matanya, dari jerami empuk di kamarnya, Bella berusaha menembus rahasia yang tersembunyi di balik titik hitam itu.

Sayangnya, Bella terlalu penakut untuk mencari tahu. Mama mengulang cerita tentang kengerian di balik titik hitam itu sejak ia sudah bisa mengingat. Katanya, jangan pernah menuju ke sana, larang Mama menciutkan nyali Bella.

Meskipun begitu, Bella sangat ingin ke sana.

Siang itu sangat terik, Bella bosan di tempat tidur sementara mama tengah pergi mencari makanan. Ia ingin bermain, tetapi tak ada kawan di sekitar tempat Bella tinggal. Mama bilang ini tempat yang paling aman dan nyaman untuk mereka meskipun tidak banyak kawan di sekitarnya.

Seekor kupu-kupu di halaman rumah menarik perhatian Bella. Sayap tipis dengan warna hitam kuning dan jingga membuat Bella tersenyum. Sungguh cantik, Bella gemas ingin menangkap dan mengajaknya bermain. Tetapi, kupu-kupu itu terbang kian kemari, bahkan sampai ke luar pagar rumah.

Sayap hitam dengan bintik kuning yang tersebar itu seperti menyihir Bella. Bella bangkit dari jerami tempat tidurnya, lalu bergegas keluar rumah. Ia berlari kecil dan tanpa sadar telah berada di luar pagar rumah. Kupu itu terbang merendah di antar bebungaan. Bella mendekat dengan mata berbinar. Tetapi, sayang, kupu-kupu melayang lagi ke udara.

Bella mengerjapkan mata dengan semangat. Ia berlari kecil mengikuti arah kupu-kupu. Ke kanan, ke kiri, ke kuncup bunga satu ke yang lainnya. Sambil berlari kecil, Bella menikmati sekeliling. Ternyata, dunia di luar pagar begitu indah. Ada beraneka macam bunga yang baru dilihat Bella. Juga bebatuan berlumut dengan berbagai bentuk. Pohon menjulang yang rimbun dengan akar bertonjolan yang sangat besar. Belukar berkumpul membentuk kerumunan yang aneh. Juga rupa-rupa binatang yang asing, belum pernah dilihatnya. Bella takjub melihat siput berjalan lambat, juga keheranan melihat ulat memakan daun dengan rakus.

Bella menikmati semua yang terhidang di matanya. Hijau, tenang, teduh dan sunyi. Bella melihat noktah itu, ia masih ada di sana, hitam pekat. Bedanya, kini ia terasa semakin dekat.

Bella mundur beberapa langkah demi melihat lubang gelap itu. Ia sungguh takut, tetapi sangat penasaran. Ia ragu antara melangkah terus atau lari menuju rumah. Saat itu, Bella baru menyadari bahwa  ia telah begitu jauh dari pagar rumahnya.

Bella menoleh ke kanan ke kiri. Ia tak melihat lagi kupu-kupu yang dikejarnya. Dedaunan hutan begitu rapat memayungi sehingga sulit melihat matahari. Bella merasa rasa takut mulai menyerang. Mungkin sebaiknya ia segera berbalik dan berlari kencang.

Belum sempat ia berbalik, terdengar suara langkah mendekat. Berisik dedaunan kering yang terinjak menandakan sesuatu tengah menuju ke arahnya. Bella gemetar. Kakinya bergoyang sendiri menahan takut.

"Kresek!"
"Grrh!"

Jantung Bella serasa berhenti berdetak. Siapakah itu? Ia memasang telinga baik-baik, menajamkan pandangan ke sekeliling. Entah mengapa ia merasa seperti diawasi.

"Grrrhh!" napas menderu yang berat itu terdengar makin jelas.

Bella terkesiap. Suara apa itu? Terdengar sangat menakutkan. Bulunya sampai berdiri saking takutnya.

"Rroooaaaar!"

Bella terpaku di tempatnya. Ia sungguh ingin lari tetapi kakinya seolah menancap ke bumi. Tak lama kemudian, Bella merasa kakinya basah. Oh! Ternyata ia terkencing!

Sesosok makhluk berbulu loreng dengan mata besar yang tajam, kumis panjang dan kuku tajam di keempat kakinya. Bella tak pernah melihat mahluk menyeramkan itu.

Bella teringat mama. Sungguh benar yang dikatakan mama, jangan pernah kesana karena ternyata dari noktah hitam itulah makhluk itu berasal.

Bella memohon dalam hati semoga makhluk itu tak berbuat jahat padanya. Meski Bella tak yakin sebab sedetik kemudian harimau itu  melompat menerkam tubuh mungil Bella.

#
Catatan penulis fabel di atas (saya maksudnya)
Pertama kali menulis, saya termotivasi oleh sebuah karangan pendek di majalah anak berupa fabel. Entah apa judul dan siapa penulisnya saya sudah lupa. Bahkan gaya menulisnya pun saya tak ingat lagi. Yang pasti, itulah tulisan yang mendorong saya untuk menulis cerita  sendiri.
Saya rasa, saya telah menemukan gaya sendiri yang saya tak tahu pasti mirip dengan gaya siapa. Yang jelas apa yang saya ingin tulis, ya ditulis saja. Bisa jadi kurang mengenal banyak tulisan tokoh penulis membawa berkah tersendiri, dimana saya akhirnya tidak terpengaruh oleh tulisan siapapun #tsaah, oii takabur oii! Entahlah, itu berkah atau malah bencana. Calon penulis kok ga kenal penulis senior. Kualat!