Report Game 1 Day 10

Sabtu, Juni 17, 2017


Alhamdulillah sampailah saya di hari kesepuluh latihan mengendalikan emosi. Meskipun tidak selalu berjalan mulus, tetapi jauh lebih baik dari sebelum fase latihan.

Sekarang, emosi saya relatif terkontrol dan tidak mudah meledak kecuali untuk hal yang sangat keterlaluan. Pelajaran yang dapat saya petik sepanjang latihan selama sepuluh hari ke belakang adalah bahwa sebagai seorang ibu, perlu selalu men-charge rohaninya dengan ibadah baik itu solat, doa maupun membaca kitab suci (dalam hal ini Al-Quran), melakukan kontemplasi akan hakikat diri dan juga anak-anaknya agar dapat mengendalikan emosi dalam situasi apapun, karena jiwa yang tenang akan lebih siap menghadapi peristiwa apapun InsyaAllah.

Penting juga untuk mengingat sebelum memulai hari bahwa hari ini kita akan berlatih mengendalikan emosi sehingga ketika menghadapi masalah tidak langsung terpancing. Dan benarlah bahwa puasa itu membuat kita lebih bisa menahan diri dari berkata dan bertindak yang melampaui batas, oleh karenanya terapi puasa bisa dilakukan untuk melatih pengendalian emosi.

Demikian kesimpulan saya selama latihan, saya berdoa semoga Allah selalu memberi kita kesabaran dan kemampuan untuk mendidik dan membesarkan anak-anak dengan benar, sabar dan sesuai petunjuk-Nya. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.

Report Game 1 Day 9

Sabtu, Juni 17, 2017


Hari kesembilan latihan mengendalikan emosi, dipenuhi dengan banyak godaan dari tingkah polah dan ucapan anak-anak, terutama si sulung dan si tengah. Dimulai sejak selepas sahur, si tengah menangis keras disertai teriakan karena ia tak bisa tidur di tempatnya biasa tidur. Rupanya si sulung tanpa sengaja tidur di tempat si tengah. Penyebab sepele itu membuat si tengah meradang dan akhirnya menangis. Pagi itu, saya tak terusik sedikit pun, bukan karena saya tak terganggu, tetapi lebih karena hati saya tengah merasa lapang dan damai selepas bangun malam dan berdoa di malam 21 ramadhan. Saya mendiamkan si tengah yang terus menangis sambil meracau, dengan menyibukkan diri membaca Al-Quran. Bukan membiarkan, tepatnya saya menunggu dia selesai dengan luapan perasaanya, baru saya akan ajak bicara. Ternyata, saya malah tertidur, begitu pun dengan si tengah yang tertidur di ruang tv. Setelah bangun, sepertinya ia membaik dan sudah lupa kejadian sebelumnya.

Hari bergulir, diwarnai dengan ragam tingkah anak-anak. Banyak sekali sampai saya tak ingin menuliskannya. Hanya saja, ada satu hal yang menarik. Alhamdulillah, hari ini meskipun banyak  hal yang berpotensi membuat saya marah, saya tak mudah terpancing, tidak mudah marah atau terbawa emosi. Kalau mengira-ngira penyebabnya, saya curiga bisa jadi karena malamnya saya sibukkan diri dengan solat malam, doa dan mengaji, sehingga sangat berpengaruh pada kestabilan dan ketenangan hati esoknya. Subhanaallah, saya sebenarnya pernah membaca tentang ini, bahwa jika seorang ibu banyak mengomel, mudah terbawa emosi dan marah, penyebabnya bukan kurang piknik, tapi karena kurangnya kedekatan kita dengan Allah SWT. Masyaallah!

Semoga setelah ini saya lebih konsisten mendekatkan diri saya pada Allah agar Allah selalu menjaga ucapan dan tindakan saya dalam mendidik dan membesarkan anak-anak. Semoga Allah senantiasa menguatkan saya dalam mengasuh buah hati menjadi anak-anak solih solihah, aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.

#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game 1 Day 8

Kamis, Juni 15, 2017


Alhamdulillah sampailah di hari kedelapan latihan pengendalian emosi. Hari ini cukup berat buat saya karena si sulung dan si tengah sering berantem oleh banyak sebab. Awalnya saya berusaha datar dan tenang menangani mereka,  tetapi saya mulai terpancing ketika si tengah teriak. Teriakannya sungguh memekakkan telinga dan terdengar sampai keluar rumah, membuat saya malu pada tetangga.

Hari ini bisa dikatakan awalnya saya berhasil,  tetapi gagal menjelang akhir hari. Ah, sungguh jikalau mengendalikan emosi itu mudah, tentu saya tak  perlu mengambil kelas ini. Sepertinya saya perlu membicarakan  tentang teriakan ini dengan si tengah karena seringnya saya terpancing jika mendengar teriakan. Lebih  dari  itu, saya perlu membicarakan tentang rules yang disepakati agar kehidupan berjalan tertib.

Baiklah,  insyaallah akan saya bicarakan hal ini dengan anak-anak. Meskipun gagal, saya  bersyukur telah menemukan hikmah lain yaitu perlunya saya bicara (lagi) dengan anak-anak perihal rules rumah.

#level1
#day8
#tantangan10hari
#komunkasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Report Game 1 Day 7

Rabu, Juni 14, 2017

Game 1 Day 7
Hari ini adalah latihan ketujuh saya dalam mengendalikan emosi ketika berkomunikasi dengan anak. Harus saya akui, latihan pengendalian emosi bisa jadi akan menjadi latihan sepanjang hidup, hari ini berhasil mungkin esok tidak. Kemarin, saya beberapa kali merasa berhasil dan sempat berpikir untuk berganti poin latihan, ternyata hari ini saya merasa gagal lagi.

Pasalnya, si sulung dan si tengah berantem memperebutkan handphone saya untuk main game. Si tengah merasa si kakak sudah terlalu sering bermain HP saya tanpa gangguan (si tengah memang tidak terlalu suka bermain HP), sehingga ia merasa lebih berhak, sementara si kakak merasa ia lebih berhak karena awalnya handphone tersebut miliknya (sebelumnya ayahnya memberikan handphone tersebut untuknya).

Saya berusaha tidak terpancing dengan nada tetap datar pada saat menangani keduanya. Si tengah menangis dengan teriakan yang sangat mengganggu, sementara si sulung tetap tak bergeming, tetap merasa berhak atas HP itu. Agak lama saya bertahan dalam nada datar untuk memberi solusi pertengkaran mereka, sampai akhirnya ketika saya merasa teriakannya telah melewati batas, begitu pun dengan kesabaran saya. Saya memberi si tengah peringatan, jika ia tidak berhenti berteriak, saya akan menyiramkan air padanya. Dan jika si sulung tetap pada pendiriannya, dia dipersilakan keluar rumah.

Pada akhirnya, ia tetap berteriak sambil menangis, terpaksa saya menyiram air ke badannya. Kemudian, setelah emosi saya mereda, saya duduk di antara mereka dan mulai menjelaskan duduk perkara dan menengahi perselisihan mereka. Saya menawarkan solusi bergantian dengan batas waktu, akhirnya mereka sepakat untuk berbagi dengan batas waktu yang ditentukan bersama.

Alhamdulillah akhirnya masalah berhasil diselesaikan, meskipun saya gagal di tengah proses penyelesaiannya.saya benar-benar merasa makin banyak hal yang harus saya pelajari dan saya benahi. Ampuni saya ya Allah, bimbing saya menjadi ibu yang lebih baik dari waktu ke waktu. Aamiin.

#level1
#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game 1 Day 6

Rabu, Juni 14, 2017

Game 1 day 6

Alhamdulillah, hari keenam latihan pengendalian emosi saya berlangsung lancar, tidak ada hambatan berarti. Dari latihan ini, saya dapat mendeteksi kebutuhan latihan saya berikutnya. Saya harus mulai membuat komunikasi saya berhasil merubah perilaku anak menjadi yang saya inginkan. Dengan kata lain, komunikasi harus efektif. Ini menjadi peer saya berikutnya.

#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game1 Day 5

Selasa, Juni 13, 2017

Game1 #day5
Setelah melewati beberapa hari latihan, Alhamdulillah saya mulai terbiasa mengerem emosi ketika berkomunikasi dengan anak, sampai-sampai saya merasa mungkin sudah waktunya untuk berpindah ke poin latihan lain. Nyatanya, hari ini saya kalah, karena emosi saya menjadi kurang terkendali ketika menghadapi si sulung yang masih saja menunda solat sampai akhirnya lewat waktu solat. Saya geram, nada suara meninggi, bicara tanpa jeda, dan memukul kaki si sulung dengan sapu lidi. Tidak keras, karena tujuan saya hanya mengikuti perintah nabi agar memukul anak usia sepuluh tahun ke atas yang tidak solat. Namun, saya merasa gagal karena emosi saya tidak terkontrol, akibatnya saya hanya mengomel tapi tanpa hasil. Saya merasa malu pada diri sendiri, ternyata saya masih perlu terus melatih kesabaran saya agar emosi yang terkendali menjadi kebiasaan.

#level1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game1 Day 4

Senin, Juni 12, 2017

Game 1 #day4
Di hari keempat ini, relatif tidak terlalu banyak kendala dalam pengendalian emosi, hanya saja ada dua kejadian dimana saya agak terpancing. Kejadian pertama adalah si sulung yang "lambat" ketika disuruh solat, kemudian setelah  solat pun tidak berzikir dan berdoa. Saya menunggu lama untuk jamaah solat isya dengannya, dan saat ia terus menunda, di situlah saya agak kesal hingga meletakkan handphone yang sedang saya pegang dengan kasar.

Setelah hari keempat ini, saya merasa mulai terbiasa berkomunikasi dengan anak-anak dengan lebih tenang dan terkendali. Insyaallah saya siap memperbaiki poin lain dalam komunikasi terhadap anak. Sambil terus menjaga konsistensi yang sudah dicapai.

#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game1#day 3

Jumat, Juni 09, 2017


Ini adalah hari latihan ketiga saya dalam mengendalikan emosi ketika berkomunikasi dengan anak. Di hari ketiga ini, alhamdulillah saya relatif lebih stabil dan terkendali, meskipun ada saja perilaku anak yang mengusik ketenangan hati.

Dimulai di awal hari, ketika waktu sahur, si tengah marah dan meninggikan suara, saya meladeninya dengan nada datar, meski dada bergemuruh. Di siang hari, si sulung lambat mematuhi perintah untuk solat Jumat. Setelah berulang kali menyuruhnya berangkat ke mesjid, akhirnya ia berangkat juga, tetapi mulut sampai berbusa-busa menyuruh. Setelah itu, si tengah kembali menguji saya dengan keinginannya untuk berbuka puasa dengan alasan belum baligh. Ibu gurunya mengatakan boleh berbuka jika tidak kuat untuk anak yang belum baligh. Saya mencoba membujuknya agar tidak batal puasa, namun ia terus merajuk hingga akhirnya batal puasa dhuhur kemudian lanjut puasa lagi. Saya masih stabil dan tenang di masa itu.

Hari bergulir, ketika baru saja pulang dari menjemput si tengah, si sulung yang baru saja menyadari bahwa si bungsu sudah menumpahkan susu bubuk ke sofa, berteriak "menyalahkan" si bungsu. Tergopoh-gopoh saya mencoba menyelesaikan masalah susu tumpah itu. Alhamdulillah, saya masih bisa mengontrol emosi dengan tidak marah-marah. Tidak meninggikan suara, hanya isi pesan dalam kata-kata, saya tegaskan pada si sulung agar tidak terulang lagi. Alhamdulillah, si sulung dengan sigap membantu saya menyelesaikan masalah.

Dan, puncaknya ketika usai berbuka anak-anak tidak langsung solat maghrib (kebetulan saya sedang berhalangan), saya agak terbawa emosi. Nada saya memang datar, tetapi kata-kata saya yang menyindir membuat hati saya pun tidak nyaman. Mungkin itu pula yang dirasakan anak-anak. Saya sempat keceplosan bahwa anak-anak seperti menyepelekan perintah saya karena tidak sekeras ayah dalam memerintah.

Untunglah situasi itu tidak berlangsung lama. Setelah anak- anak solat, saya minta mereka merapikan rumah dan done! Anak- anak bekerja sama merapikan rumah.

Alhamdulillah...terasa oleh saya, dengan emosi yang terkontrol akan membawa perubahan pada hati kita menjadi lebih nyaman dan tenang, mempengaruhi intonasi bicara, pesan lebih tersampaikan, sehingga anak- anak pun relatif lebih tenang, stabil dan mudah menuruti instruksi.

Semoga esok jauh lebih baik, atau esok sepertinya saya akan ganti poin? ;)

#level1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Report Game 1#day2 KuliahBunSayIIP Kompro

Selasa, Juni 06, 2017

Game 1 #day 2
Perjuangan untuk berkomunikasi produktif dengan emosi yang terkendali pada anak memang butuh kesungguhan dan konsistensi. Tidak seperti hari pertama dimana saya relatif berhasil mengendalikan emosi, maka di hari kedua, tanggal 6/5/2017, saya justru banyak terbawa emosi. Sejak pagi hingga menjelang tidur ada saja hal yang menggelitik emosi. Misalnya, anak-anak berantem (seperti biasanya, sih), si kecil menuang sayur ke semangkuk besar es blewah, si sulung menggoda adiknya terus hingga menangis, si sulung (lagi) yang lambat melakukan perintah untuk solat, dll.

Di tengah ritme pekerjaan rumah dan urusan yang silih berganti, rasanya cukup mengaduk emosi dan membuat saya terpancing untuk bicara dengan nada meninggi. Alhamdulillah tidak sampai keluar kata kasar dan tangan yang ikut andil. Bisa jadi karena saya sudah mengingat sejak bangun pagi, bahwa hari ini saya akan berlatih lagi mengendalikan emosi.

Saya relatif bisa mengerem emosi agar tidak berlebihan. Artinya, walaupun nada suara saya tetap meninggi, tapi emosi saya tidak terpancing untuk sampai berkata yang melampaui batas, atau berbuat kasar pada anak. Bagi saya, ini pencapaian yang lumayan sebab biasanya dalam case yang sama, saya sudah "merepet" marah disertai ancaman dan kadang mencubit. Astaghfirullah...#tutupmuka

Esok saya pasti bisa lebih baik lagi, mengendalikan emosi saya agar tetap stabil meskipun di tengah persoalan pelik. InsyaAllah....

"Untuk setiap jerih usaha kita  menjadi ibu yang lebih baik, ada pertolongan Allah yang membuatmu kuat, tabah hingga akhir"

#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbusayiip

MENYOAL EFEKTIVITAS MENULIS SELAMA BULAN RAMADHAN

Sabtu, Juni 03, 2017



(gambar dari www.bimbinganislam.com)


Ramadhan adalah bulan istimewa yang selalu ditunggu oleh ummat Islam. Momentum Ramadhan bukan hanya untuk mendidik fisik dengan puasa, tetapi juga mendidik hati dan jiwa melalui amal ibadah. Pendidikan tersebut dimaksudkan agar kaum muslimin menjadi orang-orang yang bertakwa (Q.S Al-Baqarah:183)

Rasullullah SAW sebagai teladan kaum Muslimin telah mencontohkan puasa dengan benar pada berabad tahun yang lalu. Bagaimana cara  sahur dan berbuka, salat tarawih, bersedekah dan ibadah lainnya, telah sempurna dicontohkan oleh nabi.  Sejarah mencatat, pernah pada bulan Ramadhan Rasullulah SAW berperang dalam keadaan berpuasa. Lantas, bagaimana dengan kita di era ini?

Tulisan ini dimaksudkan sebagai refleksi diri akan pentingnya bersungguh-sungguh dalam aktivitas kebaikan selama Ramadhan, karena sesungguhnya apa yang kita lakukan tidak ada seujung kuku pun dari beratnya perjuangan Rasulullah SAW. Dalam tulisan ini, aktivitas yang ingin saya singgung adalah menulis. Efektifkah menulis selama Ramadhan?

Puasa, jika dilakukan dengan benar sesuai tuntunan nabi, telah terbukti memperbaiki kesehatan badan. Benar yang dimaksud artinya puasa tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan agar tidak berlebihan dalam makan, juga menahan diri dari makan yang tidak bermanfaat untuk tubuh. Dengan demikian, puasa dapat meningkatkan standar kesehatan, tubuh lebih bugar, sehingga bisa lebih produktif dan berstamina dalam melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk menulis.
Bagi seorang penulis, maka indikator produktivitasnya adalah jumlah dan kualitas karya yang dihasilkan selama Ramadhan.

Sebagai bulan yang berlimpah ganjaran dari Allah SWT, Ramadhan menjadi ajang untuk mengais pahala sebanyak-banyaknya lewat kebaikan sekecil apapun. Penulis dengan penanya adalah orang-orang yang diberi anugerah ketajaman berpikir, keluasan pandangan, kejujuran batin dalam membaca isyarat dari Allah, sehingga mampu menuliskan pesan-pesan lewat karyanya. Semangat berlomba meraih pahala seharusnya membuat penulis bisa lebih termotivasi untuk menelurkan karya yang berfaedah untuk orang lain. Menyampaikan pesan dari ayat-ayat kauliyah dan kauniyah-Nya melalui tulisan. Setiap kebaikan yang dilakukan pembaca akibat tulisannya, diganjar pahala yang berkelanjutan hingga si penulis telah dikurung tanah, menjadi amal jariyah yang tidak pernah terputus.

Pada bulan Ramadhan, seluruh indera, jiwa dan hati dilatih dan disucikan dengan ibadah yang jumlahnya lebih banyak dari bulan selain Ramadhan. Sebut saja solat tarawih, tadarus Al-Qur'an, juga bangun ketika waktu sahur yang merupakan waktu yang utama untuk bermunajat. Ditambah dengan latihan pengendalian lisan, mata, telinga agar tidak mengindera yang diharamkan Allah atau yang sia-sia. Pengendalian hati dan pikiran agar selalu lurus dan selamat dari penyakit dan lintasan hati yang kotor. Kesemuanya bermanfaat agar hati menjadi tenang, pikiran jernih, jiwa bahagia, sehingga lebih kuat dan mudah menangkap sinyal, pesan atau ide yang Allah titipkan. Dengan kata lain, seyogyanya penulis tidak akan kehabisan ide. Sekarang, tinggal soal waktu untuk menulis.

Ramadhan mengandung konsekuensi adanya perubahan jadwal harian. Yang paling kentara tentu jadwal makan. Semula, makan sehari tiga kali, bahkan lebih. Ketika Ramadhan, menjadi dua kali saja. Waktu untuk menyiapkan makan pun bergeser menjadi dini hari dan sore hari. Sehingga, ada waktu 'lebih' di pagi hari setelah sahur dan siang hari ketika jam makan siang. Beberapa instansi dan sekolah bahkan memangkas jam kerja menjadi lebih pendek sehingga bisa pulang lebih awal. Perubahan jadwal selama Ramadhan memberi keuntungan adanya waktu lebih yang bisa dimanfaatkan untuk menulis. Sehingga, penulis bisa lebih produktif.

Dari seluruh paparan di atas, Ramadan seharusnya menjadi bulan yang sangat efektif dan produktif untuk seorang penulis. Karena, jika puasa Ramadhan dilakukan secara benar, penulis bisa lebih sehat dan bugar, pikiran dan hati bersih, waktu cukup, dan lebih dari itu ada motivasi kuat akan imbalan pahala atas tulisan-tulisannya.

Di ujung Ramadhan, ada lebaran. Lebaran dalam budaya orang Indonesia adalah ajang silaturahmi antar keluarga dan teman. Penulis pastinya ingin di hari lebaran memiliki sesuatu untuk ditunjukkan kepada keluarga, sebuah karya. Jika rutin menulis selama Ramadhan, dalam tiga puluh hari bisa tercipta tiga puluh tulisan yang bisa dimatangkan menjadi tulisan yang siap cetak atau siap kirim. Wow! Berkah Ramadhan, usai Ramadhan penulis mendulang rezeki, insyaAllah.

Nah, kalau begitu, apa yang kau tunggu wahai para penulis? Menulislah dan selamat mendulang pahala dari tulisan! Allah meridhai, insyaAllah....

Report Game 1 Komunikasi Produktif

Kamis, Juni 01, 2017

Rekam Jejak Game 1: Komunikasi Produktif

Hari ini, Kamis, 1 Juni 2017, saya mulai berlatih melakukan komunikasi dengan anak-anak saya secara produktif. Saya memilih poin mengendalikan emosi untuk dilatih selama kurang lebih sepuluh hari ke depan.

Alhamdulillah, hari ini tidak ada kejadian/konflik yang sedemikian pelik di antara anak-anak, sehingga emosi saya relatif stabil. Saya yang sedang berpuasa pun Alhamdulillah bisa lebih mengendalikan emosi pada saat berkomunikasi dengan mereka. Misalnya, saat si tengah marah karena tidak mengerti dengan penjelasan materi di bukunya, saya tetap stabil, tidak terpancing untuk marah.

Yang menarik, ada bonding yang lebih terasa dengan anak-anak, ketika saya tenang dan tidak terpancing dengan kejadian-kejadian yang biasanya sudah menyulut emosi. Misalnya saja, si tengah yang pulang sambil menangis karena digoda anak-anak di jalan, si sulung yang berulang kali ceroboh sehingga hampir membahayakan diri saya, atau si kecil (2y) yang rewel minta dituruti semua kemauannya.

Saya merasa lebih tenang dan senang setelah melakukan latihan ini. Saya pun tidak merasa seperti kehabisan energi. Meski awalnya agak sulit, tetapi ketika kita sadar bahwa tidak akan berguna jika emosi turut serta, saya kemudian merasakan hati lebih lapang dan riang.

Semoga saya bisa istikomah, tetap tenang, tak mudah terpicu, dan stabil. insyaAllah.

#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip