Ujung Tanduk

Rabu, September 27, 2017


Tiek tengah mengunyah remah dengan bungah ketika seseorang berteriak: "Kena kamu!"
Tiek spontan berlari. Namun ia salah mengambil langkah, ia malah menuju pojok ruangan dan bukan ke arah pintu.

"Ha! Akhirnya ketemu juga pencuri selama ini!" pekik gadis itu menahan geram.
"Jadi, selama ini kamu yang suka menghabiskan makanan di meja, heh?!" hardik Neno, si gadis. Ia dengan sebilah sapu terhunus, memandang penuh dendam padanya yang tersudut takut.

Mata kecil itu menciut. Tubuh lemasnya bergetar hebat. Sisa makanan di tangan terjatuh satu satu.
"Nah sekarang kamu mengotori ruang pula!" Neno meninggikan suara.

Tiek yang terpojok tak berani membalas tatapan penuh marah gadis kecil itu. Ia sering mendengar gadis itu berteriak-teriak ketika marah pada saudaranya. Suaranya bising dan memekakkan. Tiek yakin suara sekencang itu pasti diiringi ekspresi wajah yang mengerikan.

"Dasar pencuri! Sudah nyolong, bikin kotor pula. Kamu belum pernah dipopor sapu ya?" katanya sambil menyorongkan sapu ke tubuh Tiek.
Tiek meringis. Tangannya reflek memegang ulu hati yang terkena sapu.

"Lihat dirimu! Sudah bau, jelek, suka nyolong lagi!" katanya sambil menyodokkan gagang sapu. Tiek terjerembab. Pantatnya terhempas di lantai yang keras.

"Ci...!" pekik Tiek, namun belum sempat bicara,  ayunan gagang sapu melayang ke tubuh mungilnya. Tiek merasakan tulangnya nyeri.
"Coba pikir! Apa gunanya Tuhan menciptakan kamu? Kayanya ngga ada gunanya kamu hidup, cuma bikin susah orang lain!"

Tiek meringis. Ia mulai berpikir tentang melarikan diri dari gadis sepuluh tahun yang sering kasar pada adiknya itu. Kalau kepada adiknya saja ia sanggup berbuat kasar, kepadanya akan lebih buruk lagi, pikir Tiek.

"Ci..!"
"Diam! Kamu berhak diam sampai menemui ajal!"
"Aku akan membacakan tuntutan atasmu. Dengar baik-baik. Kamu, hai Tiek, terbukti secara sah dan meyakinkan telah mencuri makanan di rumah ini, mengotori lantai dan perabot. Dan yang paling berat adalah kamu telah menggigit kabel-kabel sehingga barang elektronik di rumah ini rusak! Aku jadi tidak bisa menonton televisi! Karena itu...kamu akan dijatuhi hukuman!" tuduh gadis itu msambil menyeringai, "hukuman apa yang setimpal untuk makhluk tak berguna sepertimu?" lanjutnya.

"Ciii...." rengek Tiek.
"Kamu mau cara mudah atau sulit?" tanyanya sambil menyodok tubuh Tiek lagi.
Tiek menggigil. Membayangkan dirinya tergeletak berlumur darah tanpa nyawa di badan.

"Ah, ya. Karena dosamu tak bisa diampuni, maka kamu akan aku hukum dengan hukuman yang berat tetapi dilakukan dalam beberapa tahap!"
Seringai gadis itu cukup menggambarkan betapa mengerikan rencana di otaknya.
"Mari kita bermain, tikus kecil. Come to Mama!"

Tiek memejamkan mata. Ia telah pasrah jika harus rebah dalam kubangan darah. Tetapi, setidaknya, ia harus mencoba menyelamatkan diri.

"Satu...dua...tiii!"
"Nenooo! Disuruh nyapu malah ngoceh. Cepat sapu lantainya!"

Neno terkesiap, refleks menoleh ke arah mama dan urung menyodok. Tiek tak melewatkan kesempatan itu. Lari sekencangnya menuju pintu dan selamat.

Tiek terengah. Esok ia akan mencari rute baru yang lebih aman. Saat ini ia harus bersyukur karena Tuhan masih memberinya waktu untuk hidup dan menikmati remah esok.

SANG PEMBAKAR

Senin, September 25, 2017




Kelas menulis FLP Sidoarjo kemarin membara dibakar seorang emak. Bukan karena sang emak membawa obor dan bensin, tetapi karena emak tersebut membawa api semangat  yang panasnya terasa sampai kepada kami, para peserta Kelas Menulis yang menyimak penuturannya.

Dia adalah Shabrina Ws, nama pena dari Eni Wuitalansari, seorang penulis novel dan buku cerita anak dari Sidoarjo. Ia sebenanya berasal dari Pacitan, namun sudah lama  bermukim di Sidoarjo. Karya-karyanya antara lain Pelari Cilik, Petualangan Ciki Kelinci, Sakti dan Sapi Rebo, Pus Tower dll.

Mbak Shabrina menjadi pemateri tamu untuk Kelas Menulis FLP Sidoarjo yang diadakan pada Minggu, 24 September 2017. Ia membawakan materi tentang menulis novel. Ibu berperawakan mungil ini mengawali kelas dengan mengatakan kepada kami bahwa ia tak pandai bertutur dengan enak, sehingga ia menyiapkan ringkasan materi yang dibagikan kepada peserta. Kemudian, ia mulai mengajak peserta untuk membaca ringkasan tersebut.

Awalnya saya menduga sesi ini akan menjemukan. Tetapi, setelah beliau membaca baris pertama ringkasan materi, kemudian menjelaskan tanpa teks, disitulah saya merasa saya telah salah sangka. Cara bertuturnya terkesan gugup pada awalnya, tetapi menurut saya bukan karena grogi, melainkan karena apa yang berkelebatan di kepala lebih cepat dari kemapuannya menyampaikan dengan lisan. Ia menyampaikan materi dengan jelas dan lantang menandakan semangatnya yang berkobar.

Rupanya, semangat itu memang selalu bersemanyam dalam dirinya. Ia memilik jiwa penulis sejati, yang bisa menangkap ide dimana saja. Ia selalu siap dengan buku catatan untuk menulis ide yang ditemukan, meski awalnya tidak tahu akan diapakan kelak. Yang penting tulis saja sebelum ia menguap. Ia suka merenungkan idenya tersebut, memikirkan jalan ceritanya dll. Jika ia membaca quotes menarik, ia akan menyalinnya di buku notes atau mengolah kata sendiri untuk menjadi quote yang menarik.

Dalam menuliskan ide menjadi cerpen atau novel, ia sangat memikirkan dengan detail tentang segala halnya. Setting tempat misalnya, ia lakukan riset mendalam dari mulai mengumpulkan peta, mencari tahu tentang flora fauna di tempat tersebut, makanan khas, jarak dan ongkos dari tempat A ke B, misalnya. Ia memberi tips memilh setting tempat yaitu dengan memilih tempat yang disukai atau yang ingin dikunjungi, agar senang hati saat mencari tahu tentang tempat tersebut hingga sedetailnya.

            Beres urusan tempat, berlanjut ke tokoh. Ia membuat dengan detail karakter setiap tokohnya sampai seolah-olah tokoh itu ada. Ia memberi tips, carilah nama yang paling disukai untuk tokoh tersebut, buat karakternya dengan detail, kemudian “hadirkan ia di hadapan kita” dan “biarkan ia bercerita”. Maka, ceritanya akan mengalir dan hidup.

            Sebuah sesi menulis yang sangat berkesan. Saya merasa beruntung bisa bertemu dengan orang yang inspirastif seperti beliau. Kalau ingin tahu juga siapa beliau, kunjungi laman pribadinya di www.shabrinaws.blogspot.com atau facebook di Shabrina Ws.

           


Gaya Belajar Valya: Report Game Level 4 Day 10

Sabtu, September 23, 2017

Hari terakhir game level 4 ini diisi dengan membacakan buku cerita anak. Valya suka buku Poldi yang berukuran besar dengan ilustrasi menarik. Ceritanya pun beragam dan kreatif.

Valya memilih buku tentang ukuran dimana di buku tersebut Poldi, diceritakan naik balon udara kemudian balon yang dinaikinya tiba-tiba jatuh dan menelungkup sehingga Poldi tertutup keranjang balon udara tersebut. Poldi mulai dikerumuni binatang dengan aneka ukuran.

Valya suka menyimak saya membacakan buku tetapi tidak pernah bertahan lama, karena ia akan meminta bukunya dan membuka-buka sendiri. Sambil berceloteh ia menunjuk gambar menebak warna, nama benda, nama binatang dan tertawa.

Alhamdulillah, meski ini hari terakhir, tapi mama telah menemukan hal menari untuk terus dilakukan bersama Valya esok. Valya akan terus belajar yang menstimulus tiga modalitas belajarnya dan menemukan cara terbaik sesuai gaya belajarnya. Ia akan senang belajar insyaAllah. Menemukan makna, menemukan hakikat.

#day10
#gaya belajar anak
#level4
#kuliahbunsayiip


Sabtu, September 23, 2017

Sejauh Sauh

Ribuan malam terjaga
Ditemani rupa-rupa purnama
Ditampar angin
Dijilat dingin

Air kerap menyaru
Lembut serupa debu
Seringkali gahar laksana deru

Benak mengingat wajah kekasih
Kekasih terlelap tersisih
Sedang ia dikepung sunyi
Meski batin ramai menghiba rezeki

Dalam legam malam
Gemintang setia menjadi kawan
Berbaik hati menuntun jalan

Sekali sauh dilayangkan
Pantang pulang tanpa muatan
Ribuan ikan
Penyambung harapan

Sidoarjo, 23 September 2017





Kangen

Jumat, September 22, 2017


Lelaki senja, mengurung rindu
Mata berduka, sendu
Masa menoreh garis di tubuh
Tak satu, melainkan beribu

Benak menuang kisah paling abadi
Akan buah hati
Pada tiap jenak yang terjejak
Terpahat kenang
Senyum merekah mengembang
Berbuncah ria
Bergelak tawa

Bekal sudahlah ditanam
Watak telah disemai
Sayang, ia alpa
Buatkan jalan pulang

Lelaki senja
Terkepung renjana
Menanti tak kunjung bersua

Jumat, September 22, 2017

Gaya Belajar Valya: Report Game Level 4 Day 9



Hari ini, 22 September 2017 Valya banyak main di luar saja. Belajar langsung dari halaman rumah. Memetik daun yang hijau, mencabut rumput kering, mengejar kucing, menginjak buah asam yang busuk, bereksplorasi di halaman rumah dengan riang. Ia tidak takut bermain sendirian (saya mengawasi di teras hehehe). Padahal, biasanya saya harus selalu ikut dia bermain.

Bermain di luar rumah dengan ekplorasi lingkungan merangsang ketiga modalitas belajar baik audio, visual, hingga kinestetik. Terutama kinestetiknya, sangat terstimulus.
Valya, seperti biasa, sangat suka menyebut bentuk atau warna ketika memegang atau melihat sesuatu. Ia mengatakan "green" ketika memegang daun, oval ketika daun yang dipegangnya berbentuk oval. Begitupun dengan daun yang sudah jatuh dan menguning, ia sebut yellow.

Valya agak lambat kemampuan bicaranya, baru bisa mengucapkan per kata, belum satu kalimat utuh. Tetapi ia cepat menangkap hal baru yang diajarkan, bahkan kadang saya tidak menyadari bahwa saya telah mengajarkannya kosakata baru. Tahu tahu dia sudah bisa mengatakan kosakata tertentu. Alhamdulillah...

#day9
#level4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip

Jumat, September 22, 2017

Gaya belajar valya: report Game level 4 day 8

Valya senang mengamati saya ketika membuat jus. Mungkin suaranya yang berisik dengan sesuatu di dalam blender yang berputar itu sangat menarik buatnya. Kemarin kami membuat jus bersama.
Awalnya saya keluarkan blender dari kardus, Valya langsung girang dan melonjak-lonjak. Saya katakan: kita akan membuat jus ya. Dia mengulang kata-kata saya: jus, jus. Kemudian saya siapkan jambu, air, dan gula untuk diblender. Valya begitu semangat dan tak berhenti berceloteh. Ia sebut kata green untuk warna jambu yang hijau, circle untuk bentuk jambu yang bulat, air untuk air dll.  Setelah semua bahan siap, saya blender hingga halus.

Ia mengamati blender yang bekerja dengan penuh ingin tahu. Ia pegang pengaduk yang sedang berputar, memencet tombol on off, meniru saya. Hingga akhirnya selesai memblender.

Valya tak sabar ingin segera minum. Begitu saya sodori ia segelas jus, ia berbinar dan langsung meminum dengan semangat. Sampai habis. Alhamdulillah

Hari ini valya belajar membuat jus dengan pengalaman langsung yang merangsang semau modalitasnya. Dia senang, dia kenyang. Alhamdulillah.

#day8
#gayabelajaranak
#level4
#kuliahbunsayiip

JEBAKAN POPULARITAS

Kamis, September 21, 2017




Membaca itu kawan dekat penulis. Biasanya orang bisa termotivasi menulis setelah banyak membaca. Pun saya, timbul keinginan untuk menulis setelah membaca cernak di majalah Ceria, majalah anak terbitan Semarang. Jadi, teorinya, semakin banyak membaca semakin banyak ide atau bahan untuk menulis. Teorinya loh, yaa.

Faktanya, saya tak tahu dengan yang terjadi pada diri saya saat ini. Dulu, di masa awal bergabung dengan ODOP, saya menulis hampir tiap hari dengan tema beragam. Pun dengan jumlah karakter yang cukup banyak. Saya tidak terlalu sulit menulis, padahal bacaan saya waktu itu minim karena sok sibuk mengurus ini itu. Sekarang, mengapa menulis jadi sulit, padahal beberapa cerpen keren saya lahap tiap hari dan buku-buku saya baca juga tiap hari. (Terima kasih pada program ODOP yang mewajibkan member untuk membaca dan menyetorkan bacaanya ke grup).

Seorang senior berkata, itu namanya jebakan popularitas. Sebuah situasi ketika kita justru tak mampu menulis setelah membaca tulisan orang lain yang sangat bagus. Karena merasa tidak bisa menulis sebagus tulisanya. Bahasa kerennya: ngeper. Lantas bagaimana caranya keluar dari situasi tersebut? Masih menurut senior yang tak boleh disebut namanya itu, caranya adalah dengan mengikuti perkembangan sastra yang terus berkembang. Secara teknis, yaitu dengan membaca cerita/tulisan yang bagus (standar tinggi) kemudian tirulah.

Membuat tulisan yang bagus itu, apalagi sastra koran, buat saya yang biasa menulis cerita sehari-hari, agak sulit. Apalagi satir yang memuat konflik dalam ketenangan. Gimana bisa coba, berkonflik tapi tenang, hehehe. 

Okelah, sekian curhat tengah malam seorang amatir yang lagi keder mau nulis apa. Kita lanjut baca cerpen koran lagi, yuk? Semoga setelah ini saya jadi mahir menulis satir.

Rabu, September 20, 2017

Gaya Belajar Valya : Report Game Level 4 Day 7


Hari Rabu, 20 September 2017, saya lumayan sibuk. Kebetulan malam sebelumnya kami menginap di rumah nenek, sehingga berangkat sekolah dari rumah nenek. Padahal hari Rabu itu Mahira harus berjualan di market Day. Karena sampai Mahira berangkat barang jualan belum siap, saya harus kembali ke rumah dan menyiapkan dulu barang yang mau dijual. Setelah itu kembali lagi ke sekolah.

Valya seperti biasanya selalu antusias bermain di Playground. Maka, ketika mengantar jualan Mahira, dia minta bermain dulu. Akhirnya saya temani dia beberapa lamanya sampai puas, dia mencoba semua wahana dengan riang. Masalahnya, Valya selalu menganggap Playground itu miliknya seorang sehingga teman lain tidak boleh ikut main. Tetapi jika teman barunya bersikeras, lambat lain ia akan mengijinkan temannya bermain bersama.  Setelah satu jam bermain, kemudian saya ajak Valya mengaji di rumah teman.

Selama mengaji, Valya asyik bermain dengan dua anak teman mengaji saya dan terlihat  cukup mudah bersosialisasi. Tetapi ia masih ingin mendominasi mainan, teman-temanya tak boleh memainkan mainan yang sudah dia pilih sebelumnya. Tetapi, dia cukup bisa berbaur dengan teman-teman yang lain, padahal sebelumnya biasanya ia tampak takut bermain dengan teman.

Hari ini valya belajar tentang bermain dengan teman. Hari ini valya belajar berbagi mainan di Playground. Alhamdulillah...

#day7
#tantangan10hari
#level4
#kuliahbunsayiip

Selasa, September 19, 2017

Gaya Belajar Valya: Report Game Level 4 Day 6

Ayah membelikan valya pensil warna. Valya senang sekali. Hari ini ia menggambar di kertas HVS putih (lebih tepatnya Corat-coret hehehe). Sambil berseru "circle, square, oval", dia menggambar. Padahal hasilnya jauh dari kata yang dimaksud.

Selain menggambar, hari ini valya menonton video edukasi Baby Einstein yang sangat menarik. Selain ilustrasinya musik klasik, video ini hidup dengan banyaknya warna dan benda yang lucu-lucu, penampilan kocak puppet dan panduan audio agar anak-anak bisa mengikuti instruksi di video. Valya tidak hanya monoton menonton saja tetapi juga ikut menirukan suara atau bergerak sesuai yang dilihatnya di video. Valya riang dan belajar dengan cepat melalui audio visual yang interaktif.

Ketika malam menjelang, saya ajak Valya membuat bentuk dari origami. Ia dengan antusias menyebut nama bentuk dan mengumpulkan yang sejenis. Meskipun kadang masih salah. Tetapi ia sudah mahir mengenal bentuk bentuk dalam bahasa Inggris. Alhamdulillah.

#day6
#tantangan10hari
#level4
#kuliahbunsayiip


Sabtu, September 16, 2017

Hari kelima game level 4: Gaya Belajar Valya



Jumat, 15 September kemarin saya keluar kota, ke Malang tepatnya, untuk menjenguk anak pertama saya yang mondok. Di sela kunjungan tersebut saya menyempatkan ke alun-alun kota Batu untuk sekedar jalan-jalan.

Di alun-alun kota Batu terdapat Playground yang cukup luas untuk anak usia balita. Saya ajak Valya bermain di sana. Bermain di Playground pasti sangat menyenangkan dan sangat menstimulus kinestetiknya. Valya sangat suka bermain di perosotan sampai sulit diajak pulang. Ia tak takut sama sekali dengan perosotan yang tinggi sekalipun padahal banyak perosotan lain yang lebih pendek. Ia sangat riang dan lincah berpindah dari satu wahana ke wahana lain. Ngga ada capeknya. Ketika saya katakan 'ayo pulang', dia serta merta menolak dan bilang 'nggak!'

Sambil bermain ia berceloteh sendiri dengan benda yang dilihat. Misalnya berteriak circle ketika melihat lingkaran atau pink ketika melihat warna merah muda. Melihat bangunan berbentuk apel, dia teriak apel. Begitupun saat melihat stroberi, patung kelinci dan patung sapi. Ia dapat menyebutkan nama-nama dengan lancar dan antusias. Ia sangat bersemangat dan ceria. Hemm, sepertinya ia harus distimulus di Playground, nih untuk mengaktifkan kinestektiknya. Sambil bermain diselipkan pengenalan konsep baru dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

#day5
#tantangan10hari
#level4
#kuliahbunsayiip

Kamis, September 14, 2017

Gaya belajar valya
Report Game level 4 Day 4


Kemarin, 13 September 2017, saya mencoba memberi banyak stimulus untuk kinestetik Valya. Kebetulan ada Lego yang lama tersimpan di gudang. Saya ajak Valya menyusun Lego, meskipun sebenarnya kurang pas medianya karena Lego ini terlalu kecil sehingga tidak mudah bagi valya untuk ikut menyusun. Tetapi, sering sambil saya menyusun Lego, saya minta tolong (memberi instruksi sederhana) untuk mengambilkan part Lego yang saya inginkan. Tujuannya selain membuatnya bergerak juga supaya ia terlibat dalam aktivitas tersebut. Juga melatih tanggung jawab.

Valya saya beri Lego yang ukuranya lebih besar dan saya biarkan dia menyusun sendiri. Alhamdulillah dia bisa menyusun sendiri sambil mengamati saya memasang Lego untuknya.

Ketika Lego sudah jadi, Valya dengan antusias memainkannya. Saya mengajaknya bermain rumah-rumahan dengan media rumah Lego yang baru dibuat. Ia terlihat sangat bersemangat memainkan rumah legonya. Alhamdulillah :)

#day4
#tantangan10hari
#level4
#kuliah bunsayiip

Stop ke salon, pergi ke dapur dan jadilah cantik semudah mengupas bawang

Rabu, September 13, 2017

Ke salon untuk perawatan? Kalau punya waktu dan uang sih ngga apa-apa. Tapi kalau kaya saya yang mau mandi lamaan dikit aja udah ditangisi, boro-boro nyalon. Apalagi ditambah bujet yang tarik ulur sama iuran-tagihan-bayaran anak sekolah, impian ke salon biar bisa segeran dikit, pupus sudah.

Tapi, Alhamdulillah Allah mah sudah sediakan alam dan seisinya buat kebutuhan manusia. Tinggal kitanya mau apa ngga. Lupakan salon dan pergilah ke dapur. Dapatkan beberapa bahan ini yang pasti nggak asing. Lemon atau jeruk nipis, madu, susu, dan kalau ada yoghurt. Tapi tanpa yoghurt pun sudah cukup kok.

Pertama, sebaiknya wajah udah bersih dulu, ya. Bersihkan pakai pembersih dua langkah lebih baik, atau kalau ngga ya cuci muka dengan sabun muka. Kemudian ambil jeruk lemon, iris secukupnya aja, peras. Ambil madu sesendok makan, panasin pake lilin atau pake api kecil di kompor, sebentar aja jangan sampai mendidih juga, kemudian tunggu agak adem, baru tuang ke perasan jeruk tadi. Oleskan ke wajah dan biarkan sampai 10 menit, baru bilas dengan bersih. Cukup dua hari sekali, dan lihat bedanya pada wajah. Ga butuh waktu lama buat dapetin wajah bersih. Kalau rutin dilakukan bisa nyembuhin jerawat, bikin muka kenceng, dan menghilangkan flek juga loh. Keren kaan?

Kalau ingin lebih lembap  dan glowing, pakai ramuan ini: susu ditambah madu, minyak zaitun dan yoghurt (opsional). Perbandingan 1:1 juga sudah cukup. Oleskan ke wajah dan diamkan selama 20 menit. Dijamin wajah lembap, bersinar, dan bersih. Ngga lama-lama nunggu berubahnya, dua kali pakai dalam seminggu saja sudah terlihat bedanya.
Kalau perlu ambil foto before after ya, untuk melihat hasilnya.

Saran saya sih, selang seling saja pemakaiannya antara masker jeruk lemon dengan masker susu tadi. Hasilnya akan lebih joss. Jangan lupa pakai tabir surya jika terpapar matahari dan krim malam sesuai usia biar kulit yang sudah bersih tadi tetap terawat.

Nah, gampang dan hemat banget, kan? Ga ribet, sambil nyuci atau watsapan juga bisa hehehe.

Jadi, masih mau ke salon? Aduh, pergi aja ke dapur dan taraa: bersih deh. Ingat, wajah bersih akan lebih memancarkan aura cantik. Meskipun wajahnya biasa, kalau bersih pasti terlihat lebih cantik aja. Buktikan deh! Selamat mencoba!

Rabu, September 13, 2017

Gaya belajar valya

Report Game level 4 day 3
Pada hari ketiga, tanggal 11 September kemarin saya mencoba mengajak valya belajar dari buku. Ia tertarik dengan buku kakaknya, dan menyebutkan binantang gajah ketika melihat gambar gajah. Permainan berlanjut ketika dia membuka buka buku dan melihat banyak gambar lain. Valya antusias mengikuti suara saya yang menyebutkan nama benda dalam gambar dan senang ketika saya memberi contoh bunyinya, misal bunyi kucing dengan meong dst.
Karena valya juga suka melihat video, saya rasa auditori dan visualnya cukup terlatih. Saya harus lebih merangsang kinsestetiknya agar bisa seimbang.

#day3
#tantangan10hari
#level4
#kuliahbunsayiip


Genie Cow Damn

Senin, September 11, 2017


"Sudah jam sebelas malam, aku harus pulang."
"Menginap saja di tempatku, banyak makanan di sini. Orang kampung mengirim kopi, tape, dan jajanan pasar tadi sore. Cukup untuk kita berdua." cegah Gen Drew, sahabatku.
"Tidak, aku sudah rindu dengan kamarku. Sudah seminggu lebih aku menggelandang gara-gara si Nyai tua itu datang. Dia berisik sekali, setiap malam mengaji!"
"Nyai tua itu masih di rumahmu, kan?"
"Aku tidak melihatnya hari ini, sepertinya sudah pulang."
"Baiklah, kapanpun kamu ingin, singgahlah!" kata Gen Drew menyerah.

Aku hanya mengangguk sebelum berlalu.
Rumahku tak jauh dari kediaman Gen Drew yang rimbun dengan pepohonan. Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah yang sudah puluhan tahun kuhuni. Pemilik rumah ini, Nyai Dasih, memintaku untuk menjaganya sejak tiga puluh tahun yang lalu. Meski kini ia telah tenang di alam kubur, takkan mungkin kumeninggalkan rumah yang setiap inci sudutnya sudah sedemikian lekat di benak. Takkan kumenyerah pada penghuni baru itu. Tentu aku lebih berhak tinggal daripada mereka yang cuma mengontrak.

Rumah terlihat gelap. Baguslah, berarti hari ini tak ada orang mengaji. Mungkin nenek tua itu sudah kembali ke kampung setelah seminggu tinggal di rumah itu dalam rangka menengok cucu baru yang masih merah. Syukurlah, aku bisa kembali tidur di kamarku dengan tenang.

Ah, benar dugaanku. Kenyamanan rumah telah kembali. Kutembus pintu dan tembok tanpa kesulitan, kulewati manusia-manusia yang kelelahan setelah berjibaku dengan hidup seharian, bergeletakan di lantai dan kasur sekenanya. Mereka tidur tanpa perlindungan, sungguh waktu yang tepat untuk mengajak mereka bermain-main.

Aih, tapi bayi merah itu lebih menarik untuk diajak bercanda. Kuberbelok menuju kamarnya, terlihat sang bunda terlelap dengan dada terbuka selepas menyusui, si jabang bayi tertidur dengan tenang. Betapa menggemaskan!

Kugoyang kaki mungilnya beberapa kali sebelum akhirnya ia terbangun. Mata kecil itu mengerjap. Aku tersenyum dan berteriak 'Ciluk Baa!' Bayi suka bermain ciluk baa, biasanya mereka akan tertawa.
Tetapi jabang ini bukannya tertawa malah menangis sejadinya. Tiba-tiba melengking, memekakkan telinga. Mata tertutup, badan menegang. Ia histeris!

Aku menyeringai. Dasar bayi kecil, rutukku. Salahkan ibu yang tak meniupkan doa ke sekujur tubuhmu sebelum tidur.

Seketika rumah menjadi ramai. Ayah tergopoh-gopoh, kakak terbangun, bunda kebingungan. Dan aku, si Genie, menyelinap menuju kamarku. Merebah dengan tenang diiringi tatapan bergidik tikus-tikus nakal.

Sial! Belum sempat mata terpejam, kudengar lantunan ayat kursi sayup-sayup sampai. Sekujur tubuhku memanas, aku benci mendengar ayat-ayat Qur'an! Tidak! Aku harus bertahan! Ini rumahku, tak ada yang boleh menganggu.

Aku bangkit. Genderang perang telah ditabuh, mereka menyatakan perlawanan denganku. Ayah terus merapal ayat Quran hingga tubuhku memanas.

Aku takkan sudi pergi. Kita lihat saja siapa yang lebih kuat bertahan. Kamu yang seringkali lengah atau aku yang selalu siap mengajak bermain.

Baiklah, peperangan baru saja dimulai. Kan kubuat kalian menyesal karena menggangu ketenangan jin qodam penunggu rumah majikan.

Senin, September 11, 2017

Gaya Belajar Valya
Report day 2 game level 4


Kalau saya amati, valya punya kecerdasan musikal yang baik. Terbukti, ia bisa mengikuti lagu dengan nada dan tempo yang pas, menirukan sesuai yang didengarnya dengan baik meskipun artikulasinya belum jelas. Kecerdasan musikalnya terlatih karena sering mendengarkan dan melihat video lagu anak dalam bahasa Inggris. Ia pun lebih cepat mengenal huruf, bentuk, dan warna dari lagu.

Hari ini valya saya ajak menonton video lagu dalam bahasa Inggris tentang bentuk dan warna. Karena ia sudah pernah menonton video tersebut sebelumnya,  ia dengan antusias ikut menyebutkan bentuk- bentuk yang terlihat di monitor. Seperti sebelumnya, Ia tidak mengikuti lagunya, tetapi merekamnya dengan baik. Ketika misalnya sedang bermain ia sering bersenandung dengan lagu yang pernah ia dengar. Pun ia dapat menebak bentuk atau warna atau nama hewan berdasarkan ingatanya dari video yang pernah ia tonton.
Saya berkesimpulan bahwa ia cepat menangkap dengan lagu, dengan kata lain gaya belajar auditorinya cukup menonjol.

Selain menonton video, hari ini saya mengajaknya menggambar dan mewarnai. Saya sebutkan bentuk, kemudian saya buatkan contoh dan memintanya mengikuti. Hanya satu bentuk yang bisa ia gambar yaitu lingkaran. Ia mengenali bentuk tersebut dan mampu menggambar dengan tangan mungilnya. Bagi saya itu sudah bagus, saya hanya perlu lebih sabar dalam melatih motoriknya.

Semakin hari semakin menantang, semakin harus berpikir keras permainan apa yang bisa dilakukan bersama si kecil.

#day2
#tantangan10hari
#gamelevel4
#kuliahbunsayiip

Minggu, September 10, 2017

Gaya belajar Valya
Report Game Level 4



Semakin hari game di kuliah bunsay IIP makin menantang saja. Setelah melalui game familiy project yang lumayan bikin muter otak, kini saatnya game berikutnya yaitu mengenali gaya belajar anak.

Belajar materi gaya belajar pada anak membuat saya merecall lagi materi kependidikan yang pernah saya pelajari di bangku kuliah. Tiga gaya belajar anak yaitu auditori, visual, dan kinestetik yang harus dikenali orang tua agar dapat memberikan stimulus yang tepat sesuai gaya belajar anak.

Kedua anak saya yang ada di rumah yaitu Mahira dan valya agaknya punya gaya berbeda dalam belajar. Mahira yang sudah kelas 4 SD tentu lebih mudah diamati daripada adiknya yang masih 2,5 tahun. Oleh karena itu di hari pertama pada tahun tanggal 7 September 2017 saya lebih fokus mengamati gaya belajar adiknya dan belum memulai memfokuskan pada kakaknya.
Untuk mengenali gaya belajar pada anak balita, salah satu tipsnya adalah  adalah dengan sering mengajaknya bermain. Permainan pertama yang saya pilih adalah bermain playdough. Playdough yang berwarna warni dan lentur disentuh sangat disukai Valya.

Saya rangsang visualnya dengan memberi playdough warna- warni, kemudian membuat bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, kotak, segitiga. Saya sebutkan nama warna dan menunjukkan padanya warna penutup wadah playdough sesuai warna isinya. Ketika playdough selesai dimainkan saya ajak valya memasukan kembali playdough ke dalam kotak dengan warna yang sama dengan warna playdoughnya. Valya sebelumnya sudah mengenal warna hijau, merah, pink dan kuning dalam bahas Inggris. Alhamdulillah, valya tidak ada kesulitan dalam mengenali warna.

Saya stimulus auditori dengan menyebutkan nama-nama warna. Valya sebelumnya sudah mengenal warna hijau, merah, pink dan kuning dalam bahas Inggris Jadi, saya stimulus auditornya dengan mengatakan "green" pada saat saya ingin dia masukan playdough hijau, misalnya. Dan Alhamdulillah berhasil, dia mengerti maksud saya dan bisa mengikuti instruksi. Ketika dia lupa nama warnanya saya akan memperlihatkan warna tutup playdough sehingga ia bisa memasukkan plastisin di wadah yang benar.

Untuk kinestetik, saya stimulus dengan membiarkan Valya berkreasi sendiri dengan plastisinnya. Ia membuat bentuk tak beraturan, meskipun saya sudah memberinya contoh. Tidak mengapa, ia saya bebaskan untuk berkreasi sambil saya rangsang dengan mengenalkan bentuk bentuk sederhana yang lain. Saya sebutkan bentuk dasar tersebut dalam bahasa Inggris untuk lebih memantapkan pengenalan dia terhadap bentuk sebelumnya.

Valya senang dan berbinar dengan permainan Day 1 ini. Sejauh stimulus berhasil dengan baik di visual dan auditori namun belum berhasil merangsang kinestetiknya. Masih ada hari esok yang lebih menantang, insyaallah.

#day1
#tantangan10hari
#gamelevel4
#kuliahbunsayiip