Ternyata Hampir Semua Lintasan Pikiran Saya Menjadi Kenyataan
Minggu, Mei 21, 2017
Ketika kecil dulu, saya adalah seorang pengkhayal. Saya suka membayangkan
sebuah peristiwa atau membayangkan saya menjadi sesuatu yang saya inginkan di
masa depan. Di antara khayalan yang saya ingat adalah saya pernah berimajinasi
diwawancara oleh sebuah stasiun TV karena saya menguasai beberapa bahasa
daerah. Kan, Indonesia begitu kaya dengan bahasa daerah yang beragam, saya
merasa pasti keren jika bisa menguasai banyak bahasa.
Bertahun kemudian, Saya memang tidak pernah diwawancara oleh kru TV
manapun sejauh ini, tetapi saya dapat mempelajari bahasa dengan cukup mudah dan
cepat. Sebelum kuliah, saya berteman dengan anak Jambi yang sangat khas logat
dan bahasanya. Saya tanpa malu-malu, mengikuti caranya berbicara, sampai sampai
saya dikira orang Padang dan Palembang gara-gara logat saya.
Kemudian, ketika kuliah di Bandung, saya belajar dan berkomunikasi
menggunakan Bahasa Sunda dalam waktu kurang dari setahun, hanya dengan praktek
langsung dengan teman-teman sekosan yang rata-rata native speaker dari
Tasikmalaya. Orang Tasikmalaya atau Garut terkenal dengan bahasanya yang lemes
(halus). Dan saya berhasil lancar berkomunikasi dengan bahasa Sunda lemes yang
sukses membuat saya disangka orang Bandung. Hehehe.
Oh, itu bukan prestasi ya? Hahhaa
ya, maaf. Kan, bagi beberapa orang, sangat sulit memahami bahasa lain yang
bukan bahasa ibunya apalagi mempraktekannya. Ya kan? #beladiri.
Kalau mau dihubungkan dengan prestasi akademik, maka khayalan saya untuk
naik panggung dengan gelar terbaik paralel di SMP sudah jadi kenyataan. Meskipun
saya peringkat kedua, tapi yang penting naik panggung ;p. Pun, label juara
kelas di setiap semester berhasil saya raih berkat tulisan super gede di kamar
saya yang bunyinya: I MUST BE NUMBER ONE. Sayangnya, saya hanya bertengger di
posisi enam, delapan, dan terbaik adalah posisi dua ketika SMA, saingannya makin
berat, Bro.
Saya pernah berkhayal turun dari sebuah mobil Kijang Super dengan bayi di
gendongan, sementara suami saya memarkir mobil di samping rumah saya di
kampung. Puluhan tahun berlalu, jauh melintasi waktu sejak khayalan saya kala
itu, Allah menakdikan khayalan masa kecil itu terwujud. Bahkan bagaimana
postur, rambut dan wajah suami yang saya khayalkan hampir 90% mendekati kenyataaan.
MasyaAllah :D, untung saya bayanginnya yang ganteng, ups!
Semasa kecil, saya sering membaca gelar Dra disematkan pada nama
seseorang. Saya kecil, lagi-lagi ingin menjadi Dra. Padahal saya nggak tahu Dra
itu gelar apa, hanya tahu bahwa itu singkatan dari doktoranda. Ketika lulus
SMA, saya ingin jadi dokter, dan tentu saja mendaftar di kedokteran melalui jalur
UMPTN. Qodarullah, saya gagal masuk ke kedokteran. Tetapi, berhasil diterima di
IKIP (sekarang UPI) dan mendapat gelar S.Pd yang merupakan gelar baru pengganti
Dra. Ajaib! Padahal saya tidak pernah membayangkan saya akan menjadi guru. Tetapi,
Dra berhasil tersemat di belakang nama saya dalam bentuk lain, yaitu S.Pd.
Omegod!
Nah, satu lagi nih. Begitu pun ketika akhirnya menikah dengan suami saya,
itu pun bisa jadi buah dari pikiran saya seniri. Karena saya pernah berkhayal
andaikan menikah dengan orang yang baru saja dikenal. Qodarullah, saya dan
suami hanya bertemu tiga kali sebelum menikah. Kisah selengkapnya mungkin akan
saya tulis di part lain, itu juga kalau ada yang kepo, wkwkwk.
Belajar dari pengalaman tersebut, saya jadi mikir. Harus berhati-hati
dalam bermimpi/berkhayal. Bahkan dalam berbicara. Karena bisa jadi apa yang
kita pikirkan akan jadi kenyataan. Pun, kata-kata adalah doa. Hemm...serem, ya.
Baiklah kala begitu, saya akan mulai memikirkan yang baik-baik saja untuk
masa depan saya. Caranya adalah membuat list 27 hal yang paling ingin dicapai dalam setahun ini. Banyak, ya?
Dari 27 list tersebut, kalau diambil yang paling ingin dicapai, maka saya
akan memilih 1, yaitu memiliki
bisnis yang bisa saya tangani, yang bisa saya andalkan sebagai sumber
penghasilan yang cukup dan berkah. Mimpi saya, Insya Allah usaha itu akan beromset sekian juta
dalam Desember 2017 ini, aamiin.
Btw, unik juga ya angka 1 dan 27 ini. Sebab, 1 dan 27 mengingatkan saya
akan pahala yang didapat ketika solat sendiri dan berjamaah. Sebuah kebetulan
yang manis bukan, hehehe.
Oke, sekian tulisan genre entah berantah ini yang saya buat dalam rangka
memenuhi tantangan oleh Mbak Sabrina Lasama. Semoga berkenan ya, Mbak. Barakallah
fii umrik, yaa Mbak Sabrina, maaf telat banget ngucapinnya. Ini kado sederhana
dari saya :)
4 komentar
Bagus mbak tulisannya,
BalasHapusEnak dibaca...
Aamiiin,
Semoga impiannya tercapai,
Saya kepo dengan perjalanan cintanya, :D
makasih kang fer kunjungannya, doanya.cuma tulisan sederhana:)
HapusSaya juga kepo nih sama perjalanan cintanya...😍😍
HapusBun Mab aku dari Tasik juga loh hehe
BalasHapusEnak baca tulisan ini renyah ngaliirr ...
Dan sama penasaran juga sama cerita pertemuannya kwkwk