ADALAH DIA

Selasa, Mei 09, 2017


  
                                                    pic source:www.lpmpprofesi.com

Aku pernah berjanji sebelum ini, takkan menuliskan ( lagi ) tentang dia. Akan tetapi, hampir seperempat definisi akan kehilangan merujuk kepada satu nama, dia. Tak ada rasa kosong yang begitu hampa selain ketiadaannya. Tak ada yang lebih menyakitkan selain berpisah dengannya.

Apa aku berlebihan? Kau akan menjawab iya jika belum pernah merasakan. Namun, aku yakin kau akan tertunduk setuju jika telah mengalaminya. Kutuliskan lagi tentang dirinya, semata sebagai pengingat bagimu yang masih beribu. Sungguh jauh dari kata menyesali kehendak-Nya.

Jangan anggap ini keterlaluan. Engkau berpisah dengan seseorang yang sebelumnya telah bersatu denganmu selama sembilan bulan dalam rahimnya yang kokoh. Kau mendengar detak jantungnya bak simfoni yang menenangkan. Ia membagi sebagian besar nutrisi untukmu berkembang dan tumbuh. Melindungimu dengan doa-doa terbaik yang melampaui batas waktu hingga masa yang belum terkira. Mengorbankan badan bahkan nyawa ketika melahirkan. Mendedikasikan hidup untuk mengurus dan mendidikmu.

Kau bahagia, aman, senang, tenang, bersamanya. Bahkan dalam duka yang paling mengguncang emosi sekali pun, kau tetap merasa damai. Sebab, ia ada sebagai pelipur dengan kata, belaian dan doa teriring tanpa jeda.

Kemudian. secara mengejutkan, ia diambil darimu. Bukan sehari dua hari, tetapi s e l a m a n y a. Peristiwa besar yang memutus komunikasi lahir dengan seorang yang sebelumnya bisa dengan mudah kau jumpai. Sebuah tabir penyekat dua alam telah terbentang antara kau dan dia, tanpa bisa dicegah. Ia begitu nyata, meski maya adanya.

Seiring mangkat jiwanya, khatam sudah doa ibunda untukmu. Berharaplah semoga doa-doanya yang lalu melampaui rentang usiamu, sehingga engkau tetap terlindungi hingga malaikat menjemput.
Tiba-tiba saja kau ragu, apakah ia masih mengenalmu sebagai anak yang pernah dikandungnya? Engkau diliputi tanya, bagaimana ia di sana? Sejahtera dan bahagiakah? Atau sebaliknya, menderita dan nestapa.

Engkau berharap dapat menemuinya sekali lagi. Memandang teduh wajahnya, menikmati senyumnya, mendengar suaranya, merasakan hangat peluknya. Sayang, tak satupun kecanggihan ilmu dapat menjembatani hubungan dengannya. Kau hanya bisa bertemu setelah menitipkan doa ‘Tuhan, pertemukan aku dengan ibu, aku rindu’. Jikalau pun bersua, itu pun dalam sebuah ruang bernama mimpi yang tak bisa kau yakini entah benar atau tidak.

Lalu, kau mengenangnya dengan pelupuk mata tergenang, berbuncah penyesalan selalu terselip setiap kali mengingatnya. Tetapi, semua tak berguna lagi.
Lagipula, ia tak butuh sesalmu. Ia tak perlukan ratapmu.
Bunda merindukan doa, membutuhkan sedekah atas namanya, menginginkan kesalihan anak-anaknya.
Begitulah, sampai kelak kau bertemu dengannya di jannah, Insyaallah.

Jadi, apa aku berlebihan? Maaf kawan, jika kau masih menganggap demikian, mungkin kau harus memeriksakan sensor kepekaan.

Adalah dia, seorang ibu. Kau takkan merasakan sampai kau mengalaminya.

You Might Also Like

5 komentar

  1. Balasan
    1. Puk puuk, kangen ibu ya jadinya? Ayo telpon :)

      Hapus
  2. Mba mab :'( hiks hiks ... syediih

    Eh mba mab. Ini masuk.cerpen atau apa ??

    BalasHapus
  3. Saya membayangkan Mba Mab bacain tulisan ini dg lagu "Ibu"nya Iwan Fals sbg backsoundnya. Pasti bikin baper.
    #tissue mana tissue?

    BalasHapus