Perempuan Rambut Mayang

Rabu, Oktober 11, 2017

Hari ini kuterkenang akan seorang perempuan....

Ia tinggi semampai, berkulit bersih, wajahnya ayu dengan hidung bangir khas keluarga besarnya. Wajahnya sendu, seolah Tuhan sudah menyesuaikannya dengan kisah hidup yang sering menguras air mata dan kesabaran. Pun, ia jarang tersenyum.
Agaknya (sekarang) aku dapat menerka, mengapa menjadii demikian rupa wajahnya.

Ia dikandung bunda, ketika sang ayah pergi entah kemana. Dengan empat saudara perempuan dan satu lelaki yang lebih dulu lahir, ia adalah bungsu yang tak disangka akan menambah jumlah anggota keluarga. Ia dikandung dalam payah dan susah, lahir ataupun batin. Hidup di jaman pasca kemerdekaan yang jauh dari kemajuan, di pelosok desa yang nun jauh tersentuh dari perhatian pemerintah, kesejahteraan adalah mimpi besar yang sulit diraih. Makan dengan garam, ikan asin atau bahkan tak makan sama sekali.

Beruntung, kuasa Allah membawanya kembali. Sang ayah, yang lelah mengelana cinta, kembali ke pangkuan bunda. Dua tahun sejak bungsu di kandungan terlahir, lelaki itu kembali. Bertanya dengan heran, siapakah gadis kecil berkulit bersih itu. Bunda menjawab dengan pilu, itulah anakmu yang kau tinggal sejak dari kandungan.

Perempuan, gadis dengan rambut mayang itu tumbuh dalam diam, dalam keterbatasan penghidupan, ditempa kesusahan yang jamak untuk hampir semua tetangganya pula. Ia penurut, tak banyak bicara dan neriman.
Ketika menginjak usia gadis mekar, tak lama ia disunting pemuda yang jatuh hati pada rambut mayangnya. Mereka menikah di usiai muda, enambelas tahun dan dua puluh tahun. Seorang gadis pendiam dan pemuda lugu yang hanya tahu bahwa ia cinta dan sanggup bertanggungjawab padanya. Cinta pemuda itu tulus, dalam, dan begitu besar. Ia melimpahi sang gadis dengan sayang dan cinta yang tak kurang, meskipun cintanya kadang tak mampu membaca gerangan apa isi hati terdalam sang gadis rambut mayang.

Berpuluh tahun hidup menjadi istri, menjalin cinta jarak jauh yang lebih sering menahan rindu. Tak ada diskusi parenting untuk membahas anak dan masa depannya, tak ada telepon untuk melepas rindu, hanya surat untuk berbagi kabar dan kisah.

Berpuluh tahun sejak menjadi menantu, hidup  satu atap dengan sang ibu mertua, menorehkan banyak kisah dan air mata. Tak terungkap, tak terkatakan, ia simpan dalam diam, hanya tangis menjelang tidur dan doa yang dipanjatkan yang menjadi pelepas beban. Penghiburannya adalah anak-anak yang manis dan baik, serta teman-teman jama'ah pengajian di kampung. Ia yang pandai menyanyi, menemukan muara kesenangan kecilnya dengan menajdi vokalis nasyid pngajian. Sejak saat itu, bibirnya tak berhenti menyenandungkan sholawat nabi.
Hingga akhirnya sakit menggerogoti tubuh semampainya. Ia sadar sakitnya bukan sakit biasa, tetapi hasrat hidupnya sangat tinggi, ia lawan dengan menelan semua obat dan ramuan. Ia sembunyikan takut dan khawatir akan dirinya dengan tetap tegar dan yakin akan kesembuhan. Sakitnya seperti air pembasuh dosa dan kesalahannya di masa lalu, yang menyisakan dirinya yang bersih. Dalam sakit, ia masih suka bersolawat sepanjang hari.

Ia bersih dan tenang, dan tersenyumu. Di akhir hidupnya, ia tersenyum.
Ya, meskipun pada akhirnya tubuhnya menyerah kalah, namun jiwa dan semangatnya tetap hidup. Kenangannya abadi dalam benak  yang mengenalnya. Ia harum dengan kebaikan yang terus disebut oleh teman dan kerabat. Ternyata setelah tiada, barulah terasa ia seorang istimewa.
Amat istimewa hingga enam tahun kepergianya, sang pemuda yang jatuh hati pada rambut mayangnya masih tak mampu berpaling pada perempuan lain. Ia mencari yang seperti gadis itu, namun sayang, langka yang seperti dia.

Aku mengenang perempuan itu hari ini, sebab tiga puluh  tujuh tahun lalu, dari rahimnya aku terlahir. Dari air susunya aku tumbuh. Dari sayangnya aku terawat.
Ia ibuku, yang tak mampu lagi kupeluk ketika aku telah menginjak usia tiga puluh tujuh. Ia yang tak lagi bisa kumintai doa dan harapan yang paling didengar Allah.
Mama, aku tak mampu lagi berkata, aku hanya ingin katakan: aku rindu, dan aku sayang padamu. Terimakasih untuk semua susah payah, airmata, pengorbanan,  dan lelahmu.  Semoga menjadi amal ibadah yang diterima Allah SWT dan berbuah surga kelak. Aamiin.

You Might Also Like

2 komentar