Amal Setelah Ilmu

Selasa, Oktober 03, 2017

Yang terberat setelah mengetahui ilmu adalah mengamalkannya...

Setelah khatam buku Deadly Mist, saya lanjutkan membaca buku Rasulullah Is My Doctor by Jerry D Gray. Dikatakan dalam buku tersebut, yang menyembuhkan sakit adalah Allah dan bukan obat-obatan atau dokter. Maka, jika sakit mohonlah kepada Allah akan berkah dan manfaat dari obat yang diminum untuk kesembuhan. Konsep sederhana dan tampak sangat biasa kita dengar, namun sulit ketika kita diuji dengan sakit. Bukankah umumnya kita  mengandalkan obat yang kita minum alih-alih mengandalkan pertolongan Allah dengan doa yang sungguh?

Pun, ketika harus memilih apakah akan menggunakan metode thibbun Nabawi atau menyerah pada obat kimia dengan ragam efek samping. Saya telah lama meninggalkan obat kimia, tetapi tidak benar-benar murni meninggalkan. Jika situasinya memang darurat, saya bisa saja menggunakan obat kimia. Ketika anak demam contohnya, kalau sudah lebih dari tiga hari demam tidak turun, saya akan menyerah pada obat penurun panas buatan pabrik farmasi.

Saya diuji dengan Valya yang sakit beberapa hari ini. Ia demam sejak lima hari yang lalu. Tak tega melihatnya menderita panas tanpa ada gejala pilek atau batuk berat (ia hanya pilek ringan), mencret atau sakit yang lain. Saya curiga akan thypus dan DBD, tentu saja.  Saya terus mencari tahu penyebab demamnya. Sayang, tidak juga menemukan suatu peristiwa sebelum ia demam yang mungkin menjadi penyebab sakitnya.

Di sinilah saya diuji. Tentang yang saya ketahui dari buku bahwa madu, habassauda dan minyak zaitun adalah obat untuk hampir segala jenis penyakit. Selain Sunnah Rasul, ketiga obat tersebut aman dan berefek menguatkan sistem kekebalan tubuh. Mengobati dengan membangun kekebalan tubuh. Bukan desktruktif seperti obat kimia yang mengobati namun memberi dampak negatif untuk tubuh.

Saya terus menguatkan hati untuk yakin pada Allah melalui doa yang saya panjatkan. Bacaan rukyah yang saya rapal dan balurkan ke seluruh tubuhnya. Lalu, saya berusaha sabar menunggu hasil dari ikhtiar saya mengobati dengan meminumkannya madu, jintan hitam dan zaitun secara rutin. Karena saya mengkhawatirkan demamnya, saya tambah dengan vermint untuk meredakan panas. Memang butuh kesabaran karena hingga hari keempat masih belum ada tanda membaik.

Tak ada yang lebih merisaukan hati bunda selain anak yang sakit. Ia tak nyenyak tidur, sering terbangun dan menangis semalaman, tak mau makan, rewel dan merengek seharian. Namun saya harus tetap teguh dan sabar dalam proses penyembuhan. Takkan menyerah pada obat kimia meski hati tak tega. Saya percaya bahwa saya tidak sedang menyakitinya. Saya justru melatih tubuhnya, menguatkan kekebalan tubuhnya, memberinya nutrisi dan amunisi yang diperlukan tubuh untuk melawan penyebab penyakit.

Dan di malam kelima, ketika saya mulai khawatir dan goyah, Allah menjawab doa saya. Suhu tubuhnya menurun secara signifikan dan  akhirnya ia bisa tidur. Ya Allah, Alhamdulillah. Sungguh nikmatnya terasa berbeda ketika sudah ikhtiar maksimal dalam hal yang disunnahkan. Dibanding ketika ia sembuh karena meminum obat kimia.

Sejatinya, saya tidak hanya sedang diuji dengan sakitnya Valya. Keimanan dan keyakinan saya pada kebenaran Sunnah Rasul pun diuji. Saya harap saya telah lulus ujian ini dan kini saya membagikan pengalaman saya untuk yang membaca tulisan ini.

Berobat dengan thibbun Nabawi, sejatinya hanya butuh sedikit sabar dan banyak doa. Tentang hasilnya, yakin pasti Allah sembuhkan. Kuncinya yakin dan yakin.
Sekarang, si kecil Valya telah pulih dari demam dan saya akan tetap meminumkan madu, habasauda dan zaitun untuk menjaga  kesehatannya, insyaAllah.

You Might Also Like

5 komentar

  1. Alhamdulillah ... sehat-sehat selalu ya Valya 😊

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah sudah reda panasnya ya mbak,semoga pengalaman ini memotivasi kita untuk selalu yakin datangnya pertolongan Allah azza wa jalla.

    BalasHapus