Nekad Mbolang Tanpa Suami

Jumat, Desember 22, 2017


Akhirnya sehari sebelum keberangkatan (20 Desember) suami memutuskan agar kami berangkat ke Bali dengan pesawat terbang. Saya dan tiga anak, Hisyam, Mahira dan Valya dibelikan tiket PP Surabaya-Denpasar tanpa dirinya ikut serta. Rencananya ia akan menyusul dengan terbang langsung dari Medan (transit Jakarta) ke Denpasar. Padahal, tiketnya sudah issued untuk pulang ke Surabaya dari Medan. Rencananya ia akan mengubah tujuan ke Denpasar karena kebetulan tiketnya adalah platinum tipe Y yang membolehkan berganti tanggal atau jam penerbangan. Ia akan mengusahakan agar bisa berganti rute, bukan ke Surabaya melainkan Denpasar. Sounds impossible, tapi ia meyakinkan saya insyaAllah bisa.

Akhirnya, dengan waktu yang singkat untuk bersiap, saya mulai packing. Dari situlah saya tahu ternyata anak-anak ngga punya baju yang layak untuk pergi :D. Alamat harus beli beberapa baju. Maka, Kamis pagi (21 Desember) jam sepuluh, saya pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa potong baju, alhamdulillah dapat baju yang diskon besar. Lumayan.

Pukul dua belas kurang saya sampai rumah, langsung menyetrika beberapa baju yang sangat kusut (untunglah Valya tidur siang), cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum selesai, mengamankan rumah, dan tepat pukul setengah dua kami berangkat ke bandara untuk check in pukul setengah tiga sore dengan menyewa Go Car. Pesawat kami dijadwalkan terbang pada pukul 15.35 WIB. Saya lupa bahwa ini musim liburan jadi perjalanan ke bandara sangat mungkin macet.

Saya terus berdoa karena takut terlambat check in. Ahamdulillah persis pukul setengah tiga sampailah kami di terminal 1 bandara Juanda. Saya yang tak sabar menunggu antrian mobil masuk drop zone bandara, turun lebih dulu setelah sebelumnya menyuruh anak-anak menunggu saya di Terminal 1B. Setengah berlari sambil menggendong Valya yang alamak berat banget, saya berhasil check in meskipun melewati waktu yang seharusnya. Satu masalah selesai, tapi kemudian saya harus menemukan anak-anak yang entah turun di mana. Saya keluar lagi dan mencari mereka di ruang tunggu.

Benar saja, mereka tak ada di sana. Saya mulai resah, saya telepon driver Go Car yang menurunkan anak-anak, dia menjawab ia menyuruh mereka menunggu di depan ruang tunggu Terminal 1B. Saya kembali mencari, berjalan cepat sambil menggendong Valya. Berat, kadang Valya saya tuntun, terseret-seret karena saya berjalan dengan panik. Saya tahu benar anak-anak itu tidak akan menunggu, mereka pasti berkeliling mencari saya. Saya begitu ceroboh telah meninggalkan mereka.

Di antara ratusan manusia yang memadati bandara sangat sulit mencari apalagi dengan membawa batita. Peluh bercucuran, perut yang belum terisi makanan dari pagi sampai lupa rasanya lapar. Saya terus menyesali mengapa saya meninggalkan mereka.

Akhirnya, setelah lelah mencari, saya mengambil keputusan untuk lapor ke informasi. Saya diterima oleh seorang personil TNI yang langsung membantu saya lapor ke informasi. Di situ saya menarik napas panjang kemudian menyugesti diri bahwa mereka pasti akan saya temukan. Saya harus tenang....

Tidak lama setelah saya tenang, tiba-tiba muncul Mahira yang sudah berpeluh dan kepayahan membawa tas jinjing. Hisyam yang membawa koper mengekor di belakangnya. Benar dugaan saya, mereka mencari saya kemana-mana dan bukannya menunggu sesuai perintah.

Saya sangat bersyukur bertemu mereka kembali. Saya peluk dan minta maaf karena meninggalkan mereka. Pelajaran berharga, apapun situasinya, jangan pernah terpisah dengan anak kecuali  yakin bahwa anak-anak bisa dihubungi.

Setelah bertemu, kami bergegas menuju ruang tunggu di lantai dua. Kami berjalan cepat karena ternyata pesawat sudah memanggil kami untuk boarding. Di situ lah Valya mulai rewel. Dia melihat seorang perempuan menenteng Pop Mie. Rupanya Valya lapar dan pengen Pop Mie. Untunglah saya membawa bekal Pop Mie di tas karena khawatir sewaktu-waktu lapar di hotel ketika malam. Saya minta Hisyam untuk mengambil air panas di dispenser bandara untuk menyeduh Pop Mie.

Alhamdulillah satu masalah selesai. Sambil menunggu antrian boarding, Valya asyik melahap mie-nya.
Sayang, bukan yang terakhir karena setelah itu ada hal menegangkan lainnya yang terjadi.

#to be continued

You Might Also Like

0 komentar