Semua Berawal Dari Bujukan

Jumat, Desember 22, 2017


Sejak menikah dan punya anak, nyali saya untuk berpergian sendiri sepertinya berkurang secara signifikan. Dulu, saya terbiasa kemana-mana sendiri. Ya, tentu saja keadaan mengharuskan begitu. Sekarang, ke Surabaya sendiri saja tanpa suami rasanya kapok, gak kepengin lagi. Bukan apa-apa, rempongnya itu loh, mengikuti kegiatan sambil mengasuh Valya yang super aktif dan susah move on dari kesenangannya.

Ceritanya, beberapa bulan lalu suami mendapat tawaran menginap di hotel Novotel Nusa Dua, Bali untuk dua malam dengan harga yang cukup murah. Maka, tanpa pikir panjang ia mengiyakan. Padahal, kami tidak pernah merencanakan pergi ke Bali untuk liburan. Tetapi, karena sudah kadung dibayar, kami pikir nanti bisa berangkat dengan kendaraan pribadi saja untuk menghemat biaya.

Semakin mendekati hari H yaitu tanggal 21-23 Desember, harapan untuk pergi ke Bali semakin kabur. Karena, ternyata suami tidak ambil cuti untuk tanggal tersebut.   Ditambah sejak tanggal 18 suami mendapat tugas ke luar kota hingga tanggal 21, tepat di hari pertama berlakunya voucher menginap tersebut. Saya pun menganggap uang yang sudah terbayar itu sebagai musibah karena terbuang percuma. Tetapi, pihak Accor Vacation Club yang memberikan voucher terus mempersuasi saya untuk berangkat karena sayang dengan uang yang sudah dibayarkan. Mereka menyarankan agar saya berangkat duluan tanpa suami, biar nanti suami yang menyusul. Saya yang memang tidak mengalokasikan untuk naik pesawat tentu saja keberatan dengan usul tersebut. Ya, tahu sendiri, nyari tiket menjelang keberangkatan pasti mahal. Saya tetap berpikir untuk mengikhlaskan uang tersebut.

Diluar dugaan ternyata suami terprovokasi oleh bujukan pihak Accor. Ia yang tengah berada di Lubuk Linggau mengusahakan mencari travel dari Surabaya ke Bali atau tiket kereta dari Sidoarjo ke Banyuwangi, kemudian lanjut dengan travel ke Bali. Ia juga menawarkan tiket pesawat tetapi saya menolak karena harganya pasti mahal.
Dari jarak yang berjauhan kami bimbang. Berkomunikasi hanya lewat watsap untuk memutuskan apakah jadi kami berangkat atau tidak ke Bali.

Hingga H-2 kami masih belum memutuskan apakah akan ke Bali atau tidak, boro-boro memilih mau naik apa untuk ke sana. Bimbang, antara sayang uang dengan takut pergi sendirian.

#to be continued.


You Might Also Like

0 komentar