Ujung Tanduk

Rabu, September 27, 2017


Tiek tengah mengunyah remah dengan bungah ketika seseorang berteriak: "Kena kamu!"
Tiek spontan berlari. Namun ia salah mengambil langkah, ia malah menuju pojok ruangan dan bukan ke arah pintu.

"Ha! Akhirnya ketemu juga pencuri selama ini!" pekik gadis itu menahan geram.
"Jadi, selama ini kamu yang suka menghabiskan makanan di meja, heh?!" hardik Neno, si gadis. Ia dengan sebilah sapu terhunus, memandang penuh dendam padanya yang tersudut takut.

Mata kecil itu menciut. Tubuh lemasnya bergetar hebat. Sisa makanan di tangan terjatuh satu satu.
"Nah sekarang kamu mengotori ruang pula!" Neno meninggikan suara.

Tiek yang terpojok tak berani membalas tatapan penuh marah gadis kecil itu. Ia sering mendengar gadis itu berteriak-teriak ketika marah pada saudaranya. Suaranya bising dan memekakkan. Tiek yakin suara sekencang itu pasti diiringi ekspresi wajah yang mengerikan.

"Dasar pencuri! Sudah nyolong, bikin kotor pula. Kamu belum pernah dipopor sapu ya?" katanya sambil menyorongkan sapu ke tubuh Tiek.
Tiek meringis. Tangannya reflek memegang ulu hati yang terkena sapu.

"Lihat dirimu! Sudah bau, jelek, suka nyolong lagi!" katanya sambil menyodokkan gagang sapu. Tiek terjerembab. Pantatnya terhempas di lantai yang keras.

"Ci...!" pekik Tiek, namun belum sempat bicara,  ayunan gagang sapu melayang ke tubuh mungilnya. Tiek merasakan tulangnya nyeri.
"Coba pikir! Apa gunanya Tuhan menciptakan kamu? Kayanya ngga ada gunanya kamu hidup, cuma bikin susah orang lain!"

Tiek meringis. Ia mulai berpikir tentang melarikan diri dari gadis sepuluh tahun yang sering kasar pada adiknya itu. Kalau kepada adiknya saja ia sanggup berbuat kasar, kepadanya akan lebih buruk lagi, pikir Tiek.

"Ci..!"
"Diam! Kamu berhak diam sampai menemui ajal!"
"Aku akan membacakan tuntutan atasmu. Dengar baik-baik. Kamu, hai Tiek, terbukti secara sah dan meyakinkan telah mencuri makanan di rumah ini, mengotori lantai dan perabot. Dan yang paling berat adalah kamu telah menggigit kabel-kabel sehingga barang elektronik di rumah ini rusak! Aku jadi tidak bisa menonton televisi! Karena itu...kamu akan dijatuhi hukuman!" tuduh gadis itu msambil menyeringai, "hukuman apa yang setimpal untuk makhluk tak berguna sepertimu?" lanjutnya.

"Ciii...." rengek Tiek.
"Kamu mau cara mudah atau sulit?" tanyanya sambil menyodok tubuh Tiek lagi.
Tiek menggigil. Membayangkan dirinya tergeletak berlumur darah tanpa nyawa di badan.

"Ah, ya. Karena dosamu tak bisa diampuni, maka kamu akan aku hukum dengan hukuman yang berat tetapi dilakukan dalam beberapa tahap!"
Seringai gadis itu cukup menggambarkan betapa mengerikan rencana di otaknya.
"Mari kita bermain, tikus kecil. Come to Mama!"

Tiek memejamkan mata. Ia telah pasrah jika harus rebah dalam kubangan darah. Tetapi, setidaknya, ia harus mencoba menyelamatkan diri.

"Satu...dua...tiii!"
"Nenooo! Disuruh nyapu malah ngoceh. Cepat sapu lantainya!"

Neno terkesiap, refleks menoleh ke arah mama dan urung menyodok. Tiek tak melewatkan kesempatan itu. Lari sekencangnya menuju pintu dan selamat.

Tiek terengah. Esok ia akan mencari rute baru yang lebih aman. Saat ini ia harus bersyukur karena Tuhan masih memberinya waktu untuk hidup dan menikmati remah esok.

You Might Also Like

9 komentar

  1. Wow...
    Kereen Mak Mab...
    Dari awal sudah dibuat penasaran dengan nama yang tak biasa, Tiek.

    Si Tiek kupikir gadis penjual korek api yang kelaparan sehingga berani mencuri.

    Eladala... Ternyata...


    Daebak Mak Mab...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiek....tiekoez wkwkwk thanks kang fer :)

      Hapus
    2. penasaran ama tuntutan Neno atas Tiek, mngkn Téh Ibunk bs jadi pengacara Tiek, biar tuntutannya dibatalin, hehehe...

      T-O-P B-G-T lah (y)

      Hapus
  2. Oalah tiek ... Tiek.
    Tiekkus...
    Mbak Mab ada-ada saja 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di rumah banyak tikus bikin keki! Keidean nulis ini aja hihii

      Hapus
  3. Yeey... Alhirnya aki bisa komen 😁😂

    BalasHapus