Jumat, Oktober 21, 2016

Baper, Antara Minder dan Super

Pernah baper lihat postingan teman di medsos? Yang jalan-jalan terus lah, yang makan-makan melulu, atau yang baru nikah, yang penampakannya makin kinclong-kece badai lah, yang jualanya laris manis tanjung kimpul, atau yang punya segudang prestasi. Tanpa disadari, tiba-tiba merenung dan bertanya ke diri sendiri: terus, apa kelebihanku? Meratapi betapa beruntungnya dia, dan ujung-ujungnya jadi minder. Hiks, nyesek, ya?!
.
Sebagai manusia biasa, baper itu wajar. Sebab, sifat manusia memang selalu tidak puas dengan keadaan dirinya, suka berkeluh kesah dan kurang bersyukur. Ditambah sifat iri dan dengki, jadi lengkap deh. Tetapi, kita juga punya akal dan iman sehingga seharusnya bisa mengendalikan reaksi terhadap baper tersebut. Mau baper super apa minder, semua tergantung kita.
.
Baper super tentu saja baper yang bikin kita jadi terlecut untuk menjadi pribadi yang lebih baik ( klise ya? ). Lihat teman sukses, kita terinspirasi untuk meniru jejak kesuksesannya, di bidang kita sendiri. Lihat teman makin cantik, terpicu buat merawat diri lebih serius. Lihat teman makan melulu, terdorong buat makan lebih banyak #eh itu mah jangan yah, nanti efeknya gak enak hehehe.
.
Kalau baper minder, ya kebalikannya.  Kita justru terjebak pada rasa iri dengki dan merasa rendah diri. Bukannya terpacu untuk lebih baik, malah jadi ngga bersyukur dengan keadaan diri, akhirnya ngga bisa melihat potensi diri yang sebenarnya bisa dimaksimalkan. Yang jelas, baper negatif hampir ngga ada gunanya, jadi sebaiknya dihindari.
.
Di media sosial, setiap orang berhak untuk menulis atau meng-aplod apapun, hatta itu cuma penampakan sandal jepitnya yang setiap hari nemenin dia ke mesjid. Buat kita ngga penting, tapi buat dia mungkin penting banget.
Anda pun kalau mau aplod hal paling absurd sekalipun ya, monggo. Tapi.. ( ada tapinya ya ), harus diingat bahwa ada konsekuensi yang mengikuti tindakan kita. Minimal konsekuensi sosial dari teman-teman di medsos. Konsekuensi paling ngeri ya, kena UU ITE hehehe..
Nah, kalau setiap melihat postingan teman terus jadi baper dan baper lagi kan, gawat. Setiap orang punya hal penting, istimewa, atau momen berharga. Dalam sehari dia bisa posting puluhan kali. Lah kalau kita baperan, ya ngabisin energi kaliii.
            .
Medsos sebenarnya ngga jauh beda dengan dunia nyata. Kalau kita datang arisan atau kumpul-kumpul dengan teman, pasti yang kita lihat hanya luarannya saja. Sementara yang tersimpan dalam hatinya, persoalan hidupnya, mana ada yang tahu, kecuali orang itu kasih pengumuman. Jangan terkecoh penampilan atau yang tampak saja. Ibarat gunung es, yang tidak tampak  justru lebih besar, yang jika kita tahu belum tentu kita masih ingin menjadi seperti dia.
.
Contohnya saja nih, yang kelihatannya sukses jualan online, prosesnya ngga mudah untuk sampai pada tahap laris manis duit kumpul. Ada fase dimana dia memulainya dengan membuat dirinya disadari oleh orang lain dengan rajin like dan komen, kemudian rajin posting dan ngiklan, belum lagi perjuangannya mendapatkan supplier yang bagus dan amanah, harus menghadapi customer yang beragam sifat, ditambah seabrek konsekuensi dari jualan  online yang mengharuskan dia selalu ready kapan saja. Jangan lupa, jualan online itu lebih ribet njelimet dibanding offline, belajar ilmunya juga lumayan menyita waktu.
.
Di balik penampilan cetar membahenol, ada uang jutaan dan waktu yang dihabiskan untuk perawatan, juga olahraga dan pola makan yang seimbang. Di balik foto penghargaan menang lomba ada malam-malam yang dihiasi belajar dan latihan tanpa lelah di antara kantuk dan malas. Di balik foto mobil keren, ada cicilan tiap bulan yang bikin menggos-menggos, apalagi bunyi klakson memperjelas status kredit: diit...diiit...diiit :D.
.
Allah SWT sudah menganugerahi setap makhluk dengan potensi yang berbeda. Tinggal kita mau mencari dan memaksimalkan potensi itu atau tidak untuk menjadi sebuah prestasi. Jika kita memilih untuk menjadi super, pada akhirnya kita akan melalui jalan yang ditempuh orang-orang yang sudah lebih dulu sukses, dan saat itu kita baru sadar bahwa kesuksesan tidaklah mudah diraih, sehingga merayakan kesuksesan menjadi hal yang bisa diterima. Jangan-jangan, pada saat sukses kita pun khilaf dengan memajang bukti kesuksesan kita di medsos. Alih-alih pengen berbagi bahagia, malah jadi pamer. Nah, loh...
.
Akhirnya, ketika di titik prestasi inilah, orang lain akan memandang kita sebagai seorang yang hebat, inspiratif, keren dsb. Bisa jadi ada dari mereka yang juga ingin seperti anda. Karena tidak ada manusia yang sempurna, selalu ingin yang tidak ada pada dirinya.
.
Di dunia ini, kita cuma sawang sinawang, kata orang Jawa. Kita lihat orang lain hebat, padahal ya, belum tentu. Tidak semua seperti kelihatannya. Jadi, berhentilah baper, syukuri kelebihan yang dimiliki, dan fokuslah pada perbaikan kualitas diri untuk berprestasi. Salam baper eh superrr! 

You Might Also Like

0 komentar