Membaca Sebagai Kekuatan Menulis

Sabtu, November 04, 2017



Menulis tidak bisa dipisahkan dari membaca. Bahkan banyak orang jadi ingin menulis setelah membaca. Menulis setelah membaca berfungsi untuk mengikat ilmu, sedangkan membaca sebelum menulis berfungsi memberikan bobot pada kualitas tulisan.

Tidak bisa dipungkiri, perasaan jenuh kadang bisa menimpa siapa saja yang sudah sering menulis. Maka, menjadi penting bagi penulis untuk selalu menyiasati pada saat kejenuhan ini menimpa kita. Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan memberi jeda menulis untuk membaca. Membaca saja dengan menikmati tulisan tanpa menilai, tanpa menghakimi. Baca dan baca saja buku-buku yang sekiranya menyenangkan untuk dibaca atau yang sesuai kebutuhan. Siapa tahu dengan membaca karya orang lain kita akan mendapatkan ide baru atau suntikan  motivasi yang mampu menggairahkan niat menulis lagi.

Salah satu buku yang cukup bagus dibaca pada saat mengalami kebuntuan atau kejenuhan menulis adalah buku "Kekuatan Pena" karya Eko Prasetyo, seorang jurnalis senior. Bukunya berisi tentang kisah-kisah inspiratif seputar dunia menulis, kebanyakan tentang motivasi menulis yang diangkat dari kisah-kisah para penulis baik yang senior maupun pemula. Bahasanya padat, mengalir, dan sangat renyah dinikmati. Jadi, walaupun buku non fiksi, tetapi tidak membosankan dan bahkan ingin segera melanjutkan ke halaman berikutnya.

Buku ini menjadi buku yang ingin segera saya selesaikan dalam minggu ini. Bersamaan dengan itu, saya lebih termotivasi untuk menulis dan berhasil keluar dari kejenuhan.

Si kecil Valya hari ini masih minta dibacakan buku seri Poldi yang berjudul "Tempat". Tidak terlalu lama sesi membaca buku hari ini, karena mungkin ia juga telah bosan dengan buku tersebut. Buku serial Poldi sangat menarik karena ilustrasi gambarnya besar dan teksnya tidak terlalu banyak, dengan cerita yang menarik dan merangsang kecerdasan anak.

#Bunda sayang
#Ibu profesional
#IIP
#For things to change, i must change first

You Might Also Like

0 komentar