GADIS BERBALUT KIDUNG

Senin, November 28, 2016


Aku sedang memacu sepeda motorku ketika kudengar seseorang bersenandung di belakangku. Mendengar suara keras yang melafalkan lirik asing dengan beat cepat,  aku langsung berpikir mungkin dia anak sekolah yang mengikuti lirik lagu dari headsetnya sambil berkendara.

Senandung itu lebih mirip nyanyian kamar mandi yang pindah panggung ke jalanan saking kencangnya, sehingga hatiku tergelitik ingin tahu, siapa sebenarnya anak “kurang sopan” yang nyanyi sekeras itu di jalan raya, padahal dia tidak sendiri.

Ketika dia menyalip, kuperhatikan dengan seksama anak itu. Ternyata, dia bukanlah seorang anak seperti yang kukira. Dia seorang gadis, setidaknya menurut firasatku, karena perawakannya yang langsing (selangsing-langsingnya emak, masih ada ciri khas yang membedakan dari gadis, yaitu lemak yang berdesakan di perut :p). Bukan soal gadisnya yang membuat keningku berkerut. Ada yang lebih membuat takjub, dia bukan sembarang gadis. Dia gadis berhijab rapi, dengan gamis plus manset tangan, kaos kaki, jilbab lebar berkibar dan asesoris khas lajang: tas punggung. Sayangnya, tak bisa kuamati wajah yang tertutup masker di balik helm full facenya.

Dia berhijab rapi, tetapi jelas dia tidak sedang mengaji. Tidak pula mendendangkan nasyid atau lagu perjuangan kemerdekaan, apalagi lagu anak. Dia menyanyi lagu barat, yang sayangnya tidak kukenal. Mungkin suara dari headset menyesaki ruang dengarnya sehingga ia tak kuasa menahan godaan untuk tak ikut menyanyi. Atau mungkin, ada rasa yang diluapkan ketika menyanyikan lagu itu. Dari keduanya, kurasa pilihan kedualah yang jadi alasan dia melakukannya.

Aku bisa merasakan: ada emosi, rasa, pesan, yang dikirimkannya lewat pekikan lagu. Entahlah, firasatku mengatakan, itu lebih mirip ekspresi kekesalan atau kemarahan ketimbang kegembiraan.

Terbukti, dia bergeming meskipun saya menoleh padanya dengan menyelidik sambil menganga, antara geli dan tak percaya. Dia tak peduli.
Mungkin dia kesal
Dan saya paham....
Sebab saya pernah begitu

Melaju di atas motor dengan tatapan kosong, mata basah oleh air mata, dan mulut bersenandung. Oh, bukan..., bernyanyi lagu sedih milik Rhoma Irama yang dinyanyikan Rita Sugiarto: Janji

Ada emosi kesedihan yang menghambur melalui bait-bait bernada sedih, saat menyanyikannya. Bukan isi lagunya yang menyayat hatiku, sama sekali bukan. Tetapi, ada kenangan haru di balik lagu itu.

Aku teringat Mama, yang di hari-hari terakhir hidupnya tertawa melihat Bapak berjoget diiringi lagu sedih itu...
Bapak menggoda Mama, agar senyum terbit dari bibirnya, melupakan sejenak sakitnya. Lalu, Mama tertawa dengan riangnya...

Aku kenang saat itu, ketika Mama telah tiada, dengan bernyanyi (atau teriak?) lagu kenangan tentang dua orang yang saling cinta itu.
Tidak dengan tawa...tapi dengan derai air mata.

Seperti halnya diriku, gadis berhijab itu mungkin tengah menahan emosi yang mengurung jiwanya. Entah emosi apa itu, biarlah hanya dia yang tahu. Maka aku maklum dan akhirnya tersenyum simpul padanya.

Meskipun janggal, lepaskanlah...mungkin dengan begitu bebanmu akan berkurang, wahai gadis berbalut kidung...



You Might Also Like

5 komentar

  1. Nice postny mbak...kenangan itu dibawakan dr lagu..hehe

    BalasHapus
  2. Aku nggak tahu lagu janji yg mana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Surga yang engkau janjikan, neraka yang kau berikan wkwkw, cari di youtube mbaak hihii:)

      Hapus