SEKALI SAJA
Selasa, November 29, 2016
Seraut wajah manis dengan alis
bak semut berbaris menyembul dari balik pintu. Ia menatapku penuh tanya, meski
tetap tersenyum ramah. Tentu saja, dengan helm dan penutup muka yang masih
terpasang, dia takkan mengenali siapa aku.
“Mbak Dina?” tanyaku memastikan. Lebih baik aku
mendahuluinya daripada dia yang bertanya lebih dulu tentangku.
“Iya, saya sendiri...” jawabnya sambil mengangguk.
Gadis berwajah bersih dengan
sebentuk lesung pipit yang indah, pantas saja abangku tersihir dalam sekali
perjumpaan. Ia pasti punya kekuatan magis sehingga sanggup merubah seorang brengsek
menjadi penyair.
Sejurus kemudian dia telah muncul
seutuhnya di hadapanku. Semampai, agak kurus, dengan gamis dan kerudung rumah
yang senada.
“Saya hanya mau menyampaikan ini..” kataku sambil
cepat-cepat menyerahkan sebuah amplop biru kepadanya.
Dia meragu. Tapi, tak urung diterimanya
juga pemberianku.
“Mbak ini si..”
“Itu dari Abang saya. Saya permisi.” potongku
cepat.
“Loh?! Mbak!”
Tanpa memedulikan teriakannya,
aku melesat menuju sepeda motor, menghidupkan mesin dengan terburu-buru, lalu
melaju secepat yang kubisa. Sudah seharusnya aku segera pergi, setelah beberapa
waktu ini berita tentang abangku menjadi obrolan di setiap warung kopi. Aku
tidak akan konyol dengan berlama-lama di sini.
Samar kuingat wajah abangku.
“Bang, telah kutunaikan
pesanmu. Kau benar, gadis itu istimewa, meski baru sekali kubertemu dengannya.”
Larik-larik air
berbondong-bondong meluncur dari pelupuk mata, menganak sungai tanpa kusuruh.
Batinku perih.
#bersambung...
3 komentar
Wah..penasaran mbak mab...
BalasHapusSuka..suka...suka
siapp insyaallah :)
HapusWow ... keren. Udah bikin cerita bersambung nih. Siip :)
BalasHapusLanjutkan, Mbak :)