MENCINTAI DENGAN SEDERHANA

Rabu, November 23, 2016


                                                    www.riejeleek.blogspot.com

Aku hanya capek, Yah!”
Kalimat terakhir itu menjadi penutup perbincangan istriku lewat wattsapp. Aku terpekur. Jariku kebingungan hendak memilih huruf yang akan dirangkai untuk meredakan gejolak hatinya.
Kuhela napas panjang. Bukan sekali-dua kali ini dia mengeluh tentang betapa melelahkan peran yang dijalaninya. Dalam seminggu, pasti ada satu hari dimana dia terlihat lemah seperti yang baru saja diperlihatkannya padaku. Berpanjang kata dan bertabur emotikon untuk menggambarkan suasana hatinya yang jemu. Dapat kutebak , dia sudah berusaha meredam emosi sejak pagi, sejak lima hari yang lalu. Dan perasaan itu tumpah ruah di Jum’at malam menjelang kepulanganku besok dari luar kota.
Kuhembuskan napas berat, mencoba memahami situasi yang dihadapi istriku. Dia mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa asisten, juga mengurus tiga buah hatiku dengan karakter dan kebutuhan yang unik. Seandainya tidak ada bumbu pertengkaran, kerewelan, dan pembangkangan dari anak-anak, mungkin semua peran itu tak begitu memenatkan. Kurasa, sebenarnya dia hanya kehabisan energi jiwa untuk menangani anak-anak, dan bukan energi fisik untuk seabreg pekerjaan rumahnya. 
Semoga Allah gantikan setiap lelahmu dengan pahala yang berganda-ganda.” Akhirnya, hanya itu yang bisa aku kirimkan sebagai salam perpisahan.
            Segera kumatikan koneksi internetku supaya aku bisa segera menyelesaikan pekerjaan dan pulang menemuinya. Sebuah rencana terlintas begitu saja di kepalaku. Hemm, sepertinya bukan ide yang buruk.
            *********************
            Adzan subuh sayup-sayup mendayu, membuatku terbangun. Setelah terjaga lima detik lamanya, kesadaranku kembali. Aku coba mengingat, rupanya ini hari Sabtu. Seulas senyum mengembang begitu saja, hatiku bersorak. Suamiku akan datang!
            Usai meneguk segelas air, kususun rencana untuk hari itu. Jika dia sampai rumah jam lima sore, maka aku harus memastikan semua pekerjaanku selesai sebelumnya. Selepas subuh dan mengaji, aku harus segera ke pasar. Membeli sayur, buah dan sarapan, juga kudapan hari itu. Sambil mengawasi anak-anak bemain di rumah, akan kugilir mengerjakan sederetan pekerjaan rumah dari mulai menyapu mengepel, mencuci baju dan piring. Kemudian mengurus si kecil mulai dari mandi, makan, tidur dan bermain. Menjelang Dhuhur aku harus memasak dan setelah itu aku bisa membaca buku dan menulis. Meskipun biasanya tidak selalu mudah, di sore hari selepas Ashar aku harus menyiapkan anak-anak untuk mandi, sehingga begitu ayahnya datang mereka sudah  bersih dan wangi.
            Sambil tersenyum, aku bangkit dengan bersemangat. Sebab suamiku akan kembali hari ini. Selain kangen, tentu saja ada yang akan berbagi peran setelah lima hari melakukan tugas orang tua sendirian. Di hari biasa, semua daftar pekerjaan itu masih ditambah dengan peran sebagai guru les dan sopir antar jemput, dan tentu saja juru lerai untuk setiap perselisihan mereka. Memang benar, berpasangan lebih kuat daripada sendiri.
Entah dari mana datangnya, sebersit ide terbetik dalam kepalaku. Hemm...sepertinya bukan ide yang buruk.
**********************
“Assalamualaikuum!” teriak lelaki itu dari balik pintu. Segera setelah mendorong pintu, ditemukannya wajah istrinya yang berhias senyum dan dipoles make up tipis menyambutnya hangat.
“Waalaikumussalam, hai My Dear Ayah!” sapa perempuan itu sumringah. Sebuah gelas berisi jus buah diangsurkan kepada lelaki dengan mata lelah itu.
“Alhamdulillah, nikmatnya.” kata lelaki itu setelah habis menenggak isinya.
Tak butuh waktu lama, ketiga anaknya menghambur menuju lelaki yang datang dengan senyum terbaiknya, dan begitu dilihatnya sosok si kecil, wajahnya semakin ceria. Dicium dan dipeluknya gadis kecil itu.
“Ayah kangen Valya tau..”
Perempuan itu tersenyum lebar, sama sekali tak tampak sisa kelemahan, kelelahan dan emosi yang kemarin meledak di watsapp. Mata lelaki itu berkeliling, hidungnya mengendus. Rumah rapi, anak-anak wangi dan bersih, wangi masakan sedap, dan dijumpainya sang istri dengan wajah tersenyum. Mendadak segala penatnya lenyap.
“Makasih Bunda, kamu mengerjakan semuanya dengan baik sekali.” puji lelaki itu tulus, yang sanggup membuat perempuan itu jengah. Dicubitnya lengan lelaki itu, lalu katanya, ”Aku masak kepiting, ayo makan!”
            Kepiting asam manis, capcay, tempe goreng, kerupuk, potongan buah semangka, benar-benar makan malam yang sempurna. Persis seperti yang diidamkan lelaki itu. Kala perut berdemo sejak siang, dia berdoa semoga istrinya memasak sesuatu yang spesial ketika dia datang.
            “Sebentar, ” lelaki itu mengambil sesuatu dari tasnya, “Ayah bawa oleh-oleh buat Bunda.”
Sekotak brownies kesukaan istrinya. Perempuan itu terpekik. Suaminya tahu betul dia suka coklat dan menyempatkan membeli untuk menyenangkan hatinya.
Sebuah ciuman hangat mendarat di pipi sang suami. Segala lelah dan emosinya lenyap seketika mendapatkan hadiah kecil darinya. Dalam hati keduanya, mereka bersorak: yess, kejutanku berhasil!
            **********************
Mereka sadar, sejak mengikat janji yang mengguncang lauhul mahfudz, ada peran sesuai kodrat yang senantiasa mengikuti. Mereka tahu, tak ada yang lebih tinggi atau rendah dalam peran masing-masing. Mereka mengerti bahwa peran keduanya sama pentingnya demi kelangsungan hidup rumah tangga yang SaMaWa.
Tetapi, sebagai manusia biasa, terkadang mereka lelah, jenuh dan putus asa. Maka, meledaklah curahan hati penuh emosi diiringi derai air mata dari sang perempuan, atau sikap diam, dingin, dan tak ingin diganggu dari sang lelaki.
Beruntunglah, agama menerangi jalan yang mereka tempuh. Sang suami mafhum, istri hanya butuh dihargai dan diperhatikan, agar segala beban dan lelahnya tak lagi terasa. Dan sang istri sadar, suami butuh kasih sayang dalam diam, ketenangan sebagai tempat bersitirahat dari kepenatan dan kerasnya dunia di luar rumahnya.
Karena itulah, episode ini tercipta. Keduanya saling menguatkan lewat pujian, perhatian kecil, dan sambutan terbaik. Daun kering kejenuhan itu berguguran, lalu kandas ditiup angin pengertian, mengalirkan kekuatan baru untuk menjalani peran, sampai nanti, sampai mati...InsyaAllah.

You Might Also Like

12 komentar

  1. Suami istri saling berbagi peran dalam sbuah rumah...saling mnghrgai stiap perannya. Akibatny bisa mnumbuhkan kelurga yg samara...moga saya bisa mnciptakan kelurga sperti itu. Tlisanny mnginspirasi mbak..trima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiih mas rohmat sdh berkunjung. Semoga mas rohmat bs segera menemukan belahan jiwa yang solihah aamiin

      Hapus
  2. Balasan
    1. alhamdulillah, cinta dalam sepotong brownies ehehehe...

      Hapus
  3. Nyessss adeeemmm bacanya mba ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba ane, smg ada manfaatnya ya. padahal sy malu posting kehidupan peribadi begini, demi ODOP lah...:)

      Hapus
  4. Mau komen so sweet tapi udah keduluan mbak anik.. Hihi...nice share mbak

    BalasHapus
  5. Ceritanya bagus, menginspirasi. Betapa tak hanya perempuan yang suka diberi kejutan, namun priapun tak menampiknya. :)

    BalasHapus