OLEH-OLEH PULANG KAMPUNG

Senin, Maret 20, 2017




Ketika naik moda transportasi umum, dengan siapa kita akan duduk dan menghabiskan waktu, benar-benar tergantung pada rezeki kita. Apakah kita ditakdirkan bertemu dengan seseorang yang menyenangkan, atau justru sebaliknya, yang menyebalkan. Atau bisa jadi yang diam tanpa suara dan ekspresi. Jika sedang beruntung, kita mungkin bertemu dengan orang isnpiratif yang akan mengubah hidup kita*tsah. 

Perjalanan panjang dengan orang-orang yang baru kita temui mengharuskan kita menghabiskan masa dengan mereka, seperti dipaksa untuk dekat dan akrab dalam waktu singkat, tiba-tiba saling “mengenal” satu sama lain sampai pada hal yang detail. Raut wajah, penampilan, apa merek gadget dan bahkan ekspresinya saat tidur. Bukankah itu sangat pribadi?

Sungguh beruntung jika kita bertemu dengan teman yang yang menyenangkan diajak ngobrol atau bahkan bisa menginspirasi. Seperti yang saya alami kemarin, ketika dalam perjalanan dari Sidoarjo menuju Tegal. Saya bertemu dengan seorang mahasiswi tingkat akhir yang berbisnis kain ikat celup khas Yogya. Dari kenalan ringan berlanjut ke obrolan serius tentang bisnis dan pengembangan diri. Saya yang beberapa kali ikut training bisnis bertukar info dengannya tentang suka dukanya menjalani bisnis dengan brand yang dibangun sendiri dari nol. Rasanya seperti berkah ketika bisa mendapat sesuatu yang bermanfaat dalam perjalanan yang membosankan.

Tetapi, lain lagi ceritanya ketika pulang dari Tegal menuju Sidoarjo. Saya dikelilingi tiga lelaki dengan tiga sifat berbeda (ya iyalah). Yang pertama, lelaki dengan topi, jaket, headset, dan gadget yang sepertinya memutar musik. Yang kedua, lelaki dengan dandanan simpel berupa kaos oblong dan celana berbahan kain. Kelihatannya ia seorang terpelajar. Ia memakai masker untuk menutup hidung dan mulut (ternyata dia sedang batuk). Lelaki ketiga, persis di samping saya, dengan baju yang terlihat lecek dan kotor, terlihat lelah dengan bawaan segambreng (ternyata dia seorang teknisi#pantesaan). Tetapi, dia yang paling ramah, dia yang mengajak saya mengobrol sesekali. 

Duduk di antara tiga lelaki seperti itu, tak urung membuat saya memilih menahan lapar daripada memperlihatkan bekal makan saya. Meskipun, lelaki bertopi membuka bekal tanpa malu-malu, tetap saja saya tak berani makan di depan mereka. Padahal bekal lelaki bertopi adalah tumis kacang panjang dan ayam goreng plus sambal yang menggoda, sangat bertolak belakang dengan penampilannya yang gaul. Yang menarik, di luar dugaan, dia tak sungkan menawari kami makan. Lelaki kedua tak makan sama sekali, memilih tidur sepanjang perjalanan. Lelaki ketiga makan dengan makanan yang dibeli di kereta. Dan saya, memilih mengamati mereka wkwkwk.

Senja beranjak menuju malam, saya dikejutkan lagi ketika tiba-tiba lelaki di depan saya mengangkat tangan untuk takbir. MasyaAllah! Lelaki dengan headset itu solat! Sementara dua lelaki yang lainnya tidak. Saya heran dan takjub, lagi-lagi karena penampilannya. Saya beristighfar, Ya Allah kenapa prasangka saya mendahului faktanya. Saya tak berhak menilai seseorang, apalagi orang yang baru saya kenal.

Dari pengalaman tersebut, saya harus sadari bahwa pada dasarnya tidak ada yang kebetulan dan sia-sia dalam setiap episode hidup kita. Yang ada, apakah kita bisa menangkap isyarat yang diberikan Allah pada kita dan mengambil hikmah atau tidak. Sebab, bagi seorang muslim, semua keadaan itu baik, mau enak atau ngga. Yang membedakan adalah penerimaan kita akan keadaan tersebut. Bersyukur dan bersabarkah,  atau tidak. Bisa mengambil hikmah atau tidak. Saya berharap, pengakuan dosa saya ini adalah tanda bahwa saya mengambil hikmah dari kejadian kemarin. Jangan menilai orang, jangan berprasangka buruk. 

Jadi,  setelah ini, bertemu dengan orang baru di moda transportasi umum lagi? Siapa takut, bersiaplah dengan kejutan dan rezeki yang akan Allah kasih. Have a pleasant journey!

You Might Also Like

4 komentar

  1. Emang gx ada mahrom yg nganterin mbak ya???
    Khawatir kalo trjdi apa2.. apalagi kan perjalanan jauh.. Hehe.
    Slain brani, mngkin harus dapat skil lain tuh.. skil beladiri..Krn kadang ada aja orang reseh dprjalanan
    #saran... Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah sarannya bener banget mas rohmat, kebetulan kmrn sy ngga ada yang bisa menemani, jadi ya terpaksa pergi dengan si kecil saja :)

      Hapus
  2. Iya ya...rejeki itu siapa yg duduk sebelahkita

    BalasHapus