JEBAKAN POPULARITAS

Kamis, September 21, 2017




Membaca itu kawan dekat penulis. Biasanya orang bisa termotivasi menulis setelah banyak membaca. Pun saya, timbul keinginan untuk menulis setelah membaca cernak di majalah Ceria, majalah anak terbitan Semarang. Jadi, teorinya, semakin banyak membaca semakin banyak ide atau bahan untuk menulis. Teorinya loh, yaa.

Faktanya, saya tak tahu dengan yang terjadi pada diri saya saat ini. Dulu, di masa awal bergabung dengan ODOP, saya menulis hampir tiap hari dengan tema beragam. Pun dengan jumlah karakter yang cukup banyak. Saya tidak terlalu sulit menulis, padahal bacaan saya waktu itu minim karena sok sibuk mengurus ini itu. Sekarang, mengapa menulis jadi sulit, padahal beberapa cerpen keren saya lahap tiap hari dan buku-buku saya baca juga tiap hari. (Terima kasih pada program ODOP yang mewajibkan member untuk membaca dan menyetorkan bacaanya ke grup).

Seorang senior berkata, itu namanya jebakan popularitas. Sebuah situasi ketika kita justru tak mampu menulis setelah membaca tulisan orang lain yang sangat bagus. Karena merasa tidak bisa menulis sebagus tulisanya. Bahasa kerennya: ngeper. Lantas bagaimana caranya keluar dari situasi tersebut? Masih menurut senior yang tak boleh disebut namanya itu, caranya adalah dengan mengikuti perkembangan sastra yang terus berkembang. Secara teknis, yaitu dengan membaca cerita/tulisan yang bagus (standar tinggi) kemudian tirulah.

Membuat tulisan yang bagus itu, apalagi sastra koran, buat saya yang biasa menulis cerita sehari-hari, agak sulit. Apalagi satir yang memuat konflik dalam ketenangan. Gimana bisa coba, berkonflik tapi tenang, hehehe. 

Okelah, sekian curhat tengah malam seorang amatir yang lagi keder mau nulis apa. Kita lanjut baca cerpen koran lagi, yuk? Semoga setelah ini saya jadi mahir menulis satir.

You Might Also Like

10 komentar