Selasa, Agustus 01, 2017

Pagar

(By Mabruroh)

Mata  kecil itu memandang penuh ingin tahu ke sebuah noktah di kejauhan. Titik hitam yang selalu membuatnya ingin menoleh dan memandang lama-lama. Dengan matanya, dari jerami empuk di kamarnya, Bella berusaha menembus rahasia yang tersembunyi di balik titik hitam itu.

Sayangnya, Bella terlalu penakut untuk mencari tahu. Mama mengulang cerita tentang kengerian di balik titik hitam itu sejak ia sudah bisa mengingat. Katanya, jangan pernah menuju ke sana, larang Mama menciutkan nyali Bella.

Meskipun begitu, Bella sangat ingin ke sana.

Siang itu sangat terik, Bella bosan di tempat tidur sementara mama tengah pergi mencari makanan. Ia ingin bermain, tetapi tak ada kawan di sekitar tempat Bella tinggal. Mama bilang ini tempat yang paling aman dan nyaman untuk mereka meskipun tidak banyak kawan di sekitarnya.

Seekor kupu-kupu di halaman rumah menarik perhatian Bella. Sayap tipis dengan warna hitam kuning dan jingga membuat Bella tersenyum. Sungguh cantik, Bella gemas ingin menangkap dan mengajaknya bermain. Tetapi, kupu-kupu itu terbang kian kemari, bahkan sampai ke luar pagar rumah.

Sayap hitam dengan bintik kuning yang tersebar itu seperti menyihir Bella. Bella bangkit dari jerami tempat tidurnya, lalu bergegas keluar rumah. Ia berlari kecil dan tanpa sadar telah berada di luar pagar rumah. Kupu itu terbang merendah di antar bebungaan. Bella mendekat dengan mata berbinar. Tetapi, sayang, kupu-kupu melayang lagi ke udara.

Bella mengerjapkan mata dengan semangat. Ia berlari kecil mengikuti arah kupu-kupu. Ke kanan, ke kiri, ke kuncup bunga satu ke yang lainnya. Sambil berlari kecil, Bella menikmati sekeliling. Ternyata, dunia di luar pagar begitu indah. Ada beraneka macam bunga yang baru dilihat Bella. Juga bebatuan berlumut dengan berbagai bentuk. Pohon menjulang yang rimbun dengan akar bertonjolan yang sangat besar. Belukar berkumpul membentuk kerumunan yang aneh. Juga rupa-rupa binatang yang asing, belum pernah dilihatnya. Bella takjub melihat siput berjalan lambat, juga keheranan melihat ulat memakan daun dengan rakus.

Bella menikmati semua yang terhidang di matanya. Hijau, tenang, teduh dan sunyi. Bella melihat noktah itu, ia masih ada di sana, hitam pekat. Bedanya, kini ia terasa semakin dekat.

Bella mundur beberapa langkah demi melihat lubang gelap itu. Ia sungguh takut, tetapi sangat penasaran. Ia ragu antara melangkah terus atau lari menuju rumah. Saat itu, Bella baru menyadari bahwa  ia telah begitu jauh dari pagar rumahnya.

Bella menoleh ke kanan ke kiri. Ia tak melihat lagi kupu-kupu yang dikejarnya. Dedaunan hutan begitu rapat memayungi sehingga sulit melihat matahari. Bella merasa rasa takut mulai menyerang. Mungkin sebaiknya ia segera berbalik dan berlari kencang.

Belum sempat ia berbalik, terdengar suara langkah mendekat. Berisik dedaunan kering yang terinjak menandakan sesuatu tengah menuju ke arahnya. Bella gemetar. Kakinya bergoyang sendiri menahan takut.

"Kresek!"
"Grrh!"

Jantung Bella serasa berhenti berdetak. Siapakah itu? Ia memasang telinga baik-baik, menajamkan pandangan ke sekeliling. Entah mengapa ia merasa seperti diawasi.

"Grrrhh!" napas menderu yang berat itu terdengar makin jelas.

Bella terkesiap. Suara apa itu? Terdengar sangat menakutkan. Bulunya sampai berdiri saking takutnya.

"Rroooaaaar!"

Bella terpaku di tempatnya. Ia sungguh ingin lari tetapi kakinya seolah menancap ke bumi. Tak lama kemudian, Bella merasa kakinya basah. Oh! Ternyata ia terkencing!

Sesosok makhluk berbulu loreng dengan mata besar yang tajam, kumis panjang dan kuku tajam di keempat kakinya. Bella tak pernah melihat mahluk menyeramkan itu.

Bella teringat mama. Sungguh benar yang dikatakan mama, jangan pernah kesana karena ternyata dari noktah hitam itulah makhluk itu berasal.

Bella memohon dalam hati semoga makhluk itu tak berbuat jahat padanya. Meski Bella tak yakin sebab sedetik kemudian harimau itu  melompat menerkam tubuh mungil Bella.

#
Catatan penulis fabel di atas (saya maksudnya)
Pertama kali menulis, saya termotivasi oleh sebuah karangan pendek di majalah anak berupa fabel. Entah apa judul dan siapa penulisnya saya sudah lupa. Bahkan gaya menulisnya pun saya tak ingat lagi. Yang pasti, itulah tulisan yang mendorong saya untuk menulis cerita  sendiri.
Saya rasa, saya telah menemukan gaya sendiri yang saya tak tahu pasti mirip dengan gaya siapa. Yang jelas apa yang saya ingin tulis, ya ditulis saja. Bisa jadi kurang mengenal banyak tulisan tokoh penulis membawa berkah tersendiri, dimana saya akhirnya tidak terpengaruh oleh tulisan siapapun #tsaah, oii takabur oii! Entahlah, itu berkah atau malah bencana. Calon penulis kok ga kenal penulis senior. Kualat!

You Might Also Like

0 komentar