Jumat, Oktober 21, 2016

Teruntuk adik-adikku...

Adik, hidup terasa begitu berat, ya?
Pahit menghimpit hati, keras menguras emosi
Andai tiada iman, ingin rasanya berhenti

Sungguh, sebab doa siapa kau bisa teguh
Dalam hidup yang sedemikian rapuh
Mungkin doa bunda
Yang menggema meski raganya tiada...

Dik,
Aku tahu...kau perlu bahu untuk bersandar
Butuh telinga untuk mendengar
Ingin nasihat untuk tersadar
Bahwa...
Hakikat hidup adalah cabar

Namun,  jarak menghampar dengan angkuh
Memintas tangan yang ingin merengkuh

Hanya doa dan baris kata dalam pesan
yang berusaha sekuat kesanggupan
Mewakilkan tangan
Menyapu larik air mata
Bahu untuk bersandar
Dan telinga untuk mendengar

Dulu, kita berbagi ruang untuk terlelap dalam lelah
Berbagi nikmat masakan bunda
Berebut kasih ayahanda

Kini, kita menapaki garis nasib sendiri
Dengan masa depan yang misteri
Meski ujian begitu musykil, jangan pernah berhenti
Sebab berhenti adalah mati

Ingatlah bahwa Tuhan begitu seksama
Takkan menguji di luar kuasa

Percayalah, bahwa tangan yang tengadah
Takkan terkatup kecuali telah mendapat berkah

Tuhan berkata
Mintalah pertolongan 
Dengan sabar dan shalat
Buka pintu karunia
Dengan derma dan taubat

Yakinlah dik, 
Tak ada badai yang senantiasa
Akan terbit pelangi, usai hujan mendera

You Might Also Like

0 komentar