Minggu, Oktober 30, 2016

pic source: www.clipartpanda.com


Paradoks of Candy

*Hanya menyarikan dari nasihat yang saya dengar...

Jika anda disuruh memilih antara permen yang masih dibungkus kemasan dengan permen yang sudah tidak dibungkus, mana yang akan anda pilih?
Pada umumnya orang akan memilih permen yang dibungkus. Mungkin dengan alasan masih higienis, atau lebih aman karena dari kemasan itu bisa tahu jenis kandungan permennya. Faktanya, hampir semua permen menggunakan kemasan/bungkus.
            .
Apapun alasannya, anehnya, toh bungkus itu pada akhirnya akan dibuang. Ya, kan? Karena sebenarnya kita hanya ingin isinya dan ngga mau bungkusnya. Itulah yang disebut dengan paradox of candy. Maunya permen yang dibungkus tetapi toh kenyataanya bungkusnya akan dibuang/tidak diinginkan.
.
Jika dihubungkan dengan ilmu rizki, maka isi permen itu adalah rizki dan bungkusnya adalah ujian, musibah, masalah dll. Seringkali orang mau rizkinya tapi tak mau bungkusnya, padahal sebagaimana permen, tidak ada rizki tanpa bungkus / kemasan.
.
Manusia menolak musibah, ujian, dan kesulitan. Padahal dibalik semua itu ada rizki dari Allah yang manis rasanya. Tetapi karena bungkusnya tidak enak, manusia tidak suka menerimanya.
Bentuk rizki pun bermacam-macam, bahkan sebenarnya rizki itu bertebaran di hadapan kita tetapi kita tidak mengenalinya karena terlanjur menolak bungkusnya.
Contohnya ketika seorang ibu menjemur baju, kemudian turun hujan. Biasanya yang akan dilontarkan oleh ibu tersebut adalah: “yaah... hujan!” Seolah-olah “bungkus” berupa hujan tersebut adalah penghalang, musibah, karena dengan hujan cuciannya tidak kering. Padahal Allah berfirman bahwa hujan adalah rahmat, rizki urnuk mahluk hidup dimuka bumi.
            .
Karena menolak masalah/ujian, akhirnya rizki pun tak didapat. Sama saja dengan ketika seseorang menyodorkan anda sebungkus permen, lalu anda tolak. Menolaknya sama saja dengan menolak isinya sebab di dalam bungkus permen pasti ada permen yang manis.
*************************************************
Nasihat itu disampaikan seseorang ustadz, yang saya dapat rekaman audionya dari seorang kawan. Dan entah kenapa, sesuai dengan yang saya alami.
Ketika Allah menguji saya dengan musibah, tetiba kawan ini mengirim saya tausiah. Allah mengijinkan saya bertemu dengan dua dari beberapa orang jahat, dan mengirim seorang kawan baik yang menasihati saya tak lama setelah itu. 
Semua atas ijin Allah, tinggal bagaimana saya menangkap isyarat-Nya, apakah saya bisa berintrospeksi atau tidak. Allah memperkenankan sesuatu yang buruk terjadi pada diri saya, maka sangat mungkin ada banyak hal yang harus saya taubati. Dan insyaAllah tidak lama lagi saya akan merasakan manisnya rizki Allah, aamiin ya robbal ‘alamiin. Semoga....


You Might Also Like

4 komentar