Kamis, Oktober 27, 2016

pic source: www.pictaram.com

Sebab Doa Bunda Dia Kembali

Wanita itu telah sepuh, meskipun gurat kecantikan di masa lalu masih jelas tergambar. Kerut merut di seluruh wajah dan badannya adalah bukti bahwa ia telah melewati banyak pergantian musim dan aneka rupa historis negeri ini. Langkahnya tertatih, sering terhenti demi mencari pijakan yang kokoh.
.
Dia, sang ibunda kesayangan. Ia yang tak pernah berharap apapun kecuali kebaikan. Tiada yang diinginkannya selain keberkahan di dunia dan keselamatan akhirat. Ia gemar membaca apa saja. Jangan sangsi tentang kalam Ilahi, karena itu adalah bacaan pertamanya ketika memulai hari. Beragam buku dilahapnya demi ilmu dan cahaya dalam perjalanan hidup. Keluasan wawasan dan ketajaman analisanya mengundang decak kagum, bukti bahwa usia bukanlah halangan untuk menuntut ilmu.
.
Wanita uzur itu, srikandi bagi anak keturunannya. Ia mungkin telah lemah, tetapi ia lebih kuat dari yang tampak. Ia kuat bukan karena raganya, melainkan karena doanya yang menembus langit. Ia manusia berselimut doa.
.
Sebagai seorang yang berilmu, ia tahu konsekuensi dari hidup, bahwa setiap orang tua akan berpisah dengan anak-anaknya, sebanyak apapun. Ia telah terbiasa melepas satu demi satu anak untuk bertebaran di muka bumi mencari bekal kehidupan. Ia mafhum bahwa anak-anak telah memiliki urusan sendiri dengan keluarga masing-masing.
.
Tetapi, ia tetaplah seorang ibu, yang karena sayangnya tak kan rela menyaksikan anak-anaknya menderita. Ia begitu kuatir dengan kisah sang pangais bungsu-nya, anak lelaki terakhirnya. Waktu telah mengajarkan bahwa sang anak yang jauh dari jangkauannya, sering tanpa kabar dan jarang pulang, membuat ia memendam rindu yang sangat. Apalagi terdengar kabar, sang putra tak bahagia, tak sejahtera.
.
Dalam kegundahannya, ia mengadu pada sang pemilik jiwa. Ia meminta restu dari sang penguasa raga, agar sudilah kiranya Dia membawa kembali sang putra ke pangkuannya. Maka, hari demi hari tiada terlewat kecuali telah terlantun doa kepada-Nya. Permohonan agar Sang Pangais Bungsu itu pulang, memeluknya lagi sebagaimana dulu. Meminta dengan harap dan cemas agar Tuhan menghadirkan sosoknya, dekat dalam jangkauan penglihatannya. Ia ingin sang putra kembali, bukan untuk sehari-dua hari, tetapi untuk waktu yang tak terpatri.
.
Sebab ia yakin, nasihatnya akan menyirami jiwanya yang gersang. Rengkuhan tangannya akan menguatkan sang putra mengarungi kehidupan. Kasih sayangnya akan membuatnya aman. Ridhanya adalah perantara ridha Tuhan. Doa di ubun-ubunnya akan menjadi jalan keberkahan.
.
Karenanya, ia tak berhenti memohon, tak surut berharap. Hingga keluh kesahnya mengetuk langit menuju Allah. Doa seorang ibu shalihah yang bersusah hati merindukan sang anak.
.
Tuhan tak pernah mengecewakan siapapun yang meminta, menengadahkan tangan padaNya. Apalagi harapan seorang ibu yang telah dijamin bahwa setiap katanya adalah doa.
.
Di pertengahan tahun 2014, terbitlah secercah harapan. Skenario Tuhan membuat anak lelaki itu tak kuasa menolak tawaran pekerjaan baru yang letaknya dekat saja dengan tanah kelahirannya. Akhirnya, Sang Pangais Bungsu akan segera kembali ke rumah kenangannya, dengan tekad hijrah mendekati Ibunda yang telah lanjut usia, mengharap ridhanya. Bukan main bahagianya Ibunda. Dalam tangis haru dan sujud syukur, Ibunda tak henti berkata: Terimakasih ya Allah...Kau kabulkan pintaku.
.
Dan, di sinilah dia sekarang, setelah berpuluh tahun lelah mengembara di rantau orang. Cinta dan doa Ibunda membawanya kembali ke pangkuan tanah leluhurnya. Sang putra itu, Rizka Izzat Verdy, adalah suamiku, yang esok genap berusia 38 tahun. Dan sang Ibunda adalah Ibu Mertuaku, Hajjah Muslichah Fadlun.
.
Seperti biasa, tak ada kue ulang tahun ataupun perayaan dan tiup lilin. Cukuplah doa dari orang terkasih dan Ibunda sebagai jalan kebahagiaan, kesuksesan, keberkahan.
.
Tak ada ucapan yang kepagian. Barakallah fiikum wahai sang buah hati   kesayangan Ibunda. Semoga Allah selalu meridhai keduanya...


You Might Also Like

11 komentar

  1. Barakallah.. Jd inget ibu mertua yang juga sudah sepuh dan jauh dr suamiku, putra bungsu kesayanganna..

    BalasHapus
  2. Sosweet mba :-) Barakallah mba semoga umur y d berkai .

    BalasHapus
  3. Barakallah Mba ... kisah yang inspiratif 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ...semoga ada hikmahnya. Makasih mba fitriani :)

      Hapus
  4. Balasan
    1. Makasiih mba wid, tksh atas ilmunya. Sy belajar banyak dr mba wid n suhu lain di odop:)

      Hapus
  5. Kangen ibu....
    3 tahun tak pernah bersua Karena krja yang jauh 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaallah ...semoga allah berikan jalan spy bs deket sm ibu, dg pekerjaan yg lebih baik. Minta didoain ibu mbak dewi, insyaallah makbul:)

      Hapus
  6. Kangen ibu....
    3 tahun tak pernah bersua Karena krja yang jauh 😭

    BalasHapus